Nasi Sudah Jadi Bubur, Timnas Indonesia Gagal ke Piala Dunia

SAYA memilih untuk tidak menonton Timnas lawan Irak. Bukan tidak nasionalis. Bukan karena saya sudah bisa menebak. Indonesia bakal kesulitan mengalahkan Irak. Secara permainan Irak lebih bagus ketimbang Arab Saudi. Lawan Arab saja kita kalah. Apalagi lawan Irak. Bukan karena kecewa juga gara-gara kalah dari Arab saya tidak nonton Timnas lawan Irak. Tapi, jadwalnya bentrok.

Saat Timnas lawan Irak. Saya harus pergi ke rumah mertua. Di artikel tempo hari saya pernah bahas. Di rumah mertua siaran sepakbola selalu diacak. Jadi saat pertandingan Timnas lawan Irak, saya sedang berada di rumah mertua. Artinya, bukan saya tidak nasionalis, tapi situasi dan kondisi tidak memungkinkan saya nonton Timnas lawan Irak. Padahal itu laga penting. Laga hidup mati.

Nasi-Sudah-Jadi-Bubur-Timnas-Indonesia-Gagal-ke-Piala-Dunia.jpg

Saat bangun pagi, hal pertama yang saya lakuin nyari Hp lihat Youtube. Jujur, saya benar-benar kecewa. Timnas kita akhirnya gagal lolos ke Piala Dunia. Impian seluruh rakyat Indonesia, terutama para pencinta sepakbola, harus pupus setelah Timnas dikalahkan oleh Irak dengan skor tipis 1-0. Semua harapan, semua impian, plus prediksi sebelum lawan Irak, semuanya buyar di minggu dini hari.

Mari kita flashback ke belakang. Setelah berhasil menaklukan Arab Saudi dengan skor 2-0 di GBK. STY tiba-tiba dipecat. Tidak lama langsung diganti oleh Patrick Kluivert. Di situ saya merasa kaget dan bertanya-tanya. Gara-gara Timnas gagal ke Piala Dunia, nada-nada kekecewaan mesti saya ungkapkan di sini. Di mana nada-nada tersebut bisa jadi adalah unek-unek mayoritas pencinta sepakbola yang menyaksikan perjuangan Timnas dari awal sejak era STY.

Nasi-Sudah-Jadi-Bubur-Timnas-Indonesia-Gagal-ke-Piala-Dunia.jpg

Berhubung saya bukan influencer atau komentator ulung, di sini saya hanya membahas secara garis besarnya saja. Terkait data-datanya teman-teman bisa cari sendiri di media mainstream. Yang ingin saya kemukakan di sini. Bersama STY kita sudah berada di track yang benar. Dari semua pemain diaspora yang dipanggil, kehadiran Ole Romeney adalah puzzle terakhir untuk melengkapi skuad emas garuda.

Sayang, STY diputus di tengah jalan lengkap dengan drama-drama kontroversialnya yang membuat pendukung Indonesia jadi terbelah. Ada yang pro ada pula yang kontra. Karena ganti kepelatihan pola dan kerangka tim otomatis berubah. Sistem yang biasa digunakan oleh STY seketika berubah diganti dengan sistem yang dibawa oleh Patrick Kluivert. Efeknya, saat lawan Arab dan Irak beberapa pemain jadi kena bully.

Nasi sudah jadi bubur, Timnas Indonesia gagal ke Piala Dunia. Kita harus kembali lagi dari nol. Memulai proyek baru, dengan mimpi dan cita-cita baru. Saya tahu, dengan segala unek-uneknya, banyak orang yang kecewa. Gimana lagi emang begitu kenyataannya. Yang saya takutkan adalah, ketika kita sudah ikhlas, sudah rela, dan siap dukung lagi Timnas Indonesia. Besok-besok, tangan-tangan jahat dan jail, kembali bikin ulah lagi.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url