Jualan Bubur Ayam Ternyata Sangat Menjanjikan
SEMPAT dibuat kaget karena dikira nggak jualan. Bubur ayam langganan baru saya ternyata lokasinya pindah. Pindahnya baru dua hari. Lokasi pertama ada di pinggir jalan. Pas persimpangan yang mau ke pasar induk. Lokasi ke dua masih di pinggir jalan juga. Jaraknya kurang lebih 40 meter dari lokasi yang pertama.
Kenapa jualannya pindah. Lebih detilnya saya kurang tahu. Yang saya dengar dari pedagangnya langsung. Alasannya karena lokasi yang dulu tempatnya sempit. Cuma bisa naruh satu meja dengan dua bangku panjang saling berhadapan. Udah gitu posisi roda atau gerobaknya mepet ke jalan. Nggak ada tempat parkir sama sekali.
Sementara di tempat yang baru. Lokasinya benar-benar strategis. Tempatnya sangat luas. Bisa naruh 6 sampai 7 kursi panjang. Tempat parkirnya juga luas. Mau markirin motor atau mobil di depan atau di samping gerobak leluasa. Tidak akan mengganggu pengguna jalan lain. Kalau tempatnya luas. Konsumen juga tenang. Makan buburnya tidak akan diburu-buru.
Langganan baru saya ini. Dari dulu sebenarnya sudah ada. Dia bukan penjual bubur ayam kemarin sore. Sayanya saja yang baru kepikiran buat nyicipin bubur ayamnya kemarin-kemarin. Setiap mau ke pasar atau ke pusat kota. Bubur ayam tersebut suka kelewatan. Dulu sebenarnya saya pernah beli. Tapi dibungkus nggak makan di situ. Waktu itu saya lagi meriang panas dingin. Karena sedang dalam kondisi sakit. Saya tidak tahu persis rasa bubur aslinya seperti apa.
Kelebihan dari bubur ayam langganan baru saya ini. Selain rasanya enak. Perpaduan antara bubur ayam yang pakai kerupuk dan tidak pakai kerupuk. (Di kota saya ada penjual bubur ayam yang tidak pakai kerupuk dan rasanya enak) Toppingnya juga sangat kumplit. Ada kerupuk emping. Ada hati ampela. Ada telur asin. Ada telur puyuh. Ada usus. Ada ketimun. Ada kecap asin dan cemilan-cemilan pedas yang menggoda lidah.
Aneka topping dan cemilan yang saya sebutkan barusan. Semuanya ditaruh di atas meja. Pedagang bubur ayam ini manawarkan konsep perasmanan. Kecuali bubur ayam yang disajikan langsung oleh penjual. Kita bisa mengambil topping dan cemilan yang tersedia di atas meja sesuka dan semau kita. Mau ambil berapa biji, berapa kantong, dan berapa tusuk pun tidak ada yang ngelarang.
Disamping rasanya yang sangat enak. Saya jadi tergelitik menghitung berapa penghasilan pedagang bubur ayam tersebut dalam satu bulan. Di tempat yang baru biaya sewanya katanya Rp 700.000/bulan. Harga bubur ayamnya perporsi Rp 8.000. Buletin dengan topping dan camilan jadi Rp 10.000. Jika dalam sehari ada yang beli 10 orang. Berarti sehari dapat Rp 100.000. Nah, biaya sewa tempatnya udah ketutup selama satu minggu. Sisanya, yang tiga minggu masuk kantong. Jualan bubur ayam ternyata sangat menjanjikan.
Kenapa jualannya pindah. Lebih detilnya saya kurang tahu. Yang saya dengar dari pedagangnya langsung. Alasannya karena lokasi yang dulu tempatnya sempit. Cuma bisa naruh satu meja dengan dua bangku panjang saling berhadapan. Udah gitu posisi roda atau gerobaknya mepet ke jalan. Nggak ada tempat parkir sama sekali.
Sementara di tempat yang baru. Lokasinya benar-benar strategis. Tempatnya sangat luas. Bisa naruh 6 sampai 7 kursi panjang. Tempat parkirnya juga luas. Mau markirin motor atau mobil di depan atau di samping gerobak leluasa. Tidak akan mengganggu pengguna jalan lain. Kalau tempatnya luas. Konsumen juga tenang. Makan buburnya tidak akan diburu-buru.
Langganan baru saya ini. Dari dulu sebenarnya sudah ada. Dia bukan penjual bubur ayam kemarin sore. Sayanya saja yang baru kepikiran buat nyicipin bubur ayamnya kemarin-kemarin. Setiap mau ke pasar atau ke pusat kota. Bubur ayam tersebut suka kelewatan. Dulu sebenarnya saya pernah beli. Tapi dibungkus nggak makan di situ. Waktu itu saya lagi meriang panas dingin. Karena sedang dalam kondisi sakit. Saya tidak tahu persis rasa bubur aslinya seperti apa.
Kelebihan dari bubur ayam langganan baru saya ini. Selain rasanya enak. Perpaduan antara bubur ayam yang pakai kerupuk dan tidak pakai kerupuk. (Di kota saya ada penjual bubur ayam yang tidak pakai kerupuk dan rasanya enak) Toppingnya juga sangat kumplit. Ada kerupuk emping. Ada hati ampela. Ada telur asin. Ada telur puyuh. Ada usus. Ada ketimun. Ada kecap asin dan cemilan-cemilan pedas yang menggoda lidah.
Aneka topping dan cemilan yang saya sebutkan barusan. Semuanya ditaruh di atas meja. Pedagang bubur ayam ini manawarkan konsep perasmanan. Kecuali bubur ayam yang disajikan langsung oleh penjual. Kita bisa mengambil topping dan cemilan yang tersedia di atas meja sesuka dan semau kita. Mau ambil berapa biji, berapa kantong, dan berapa tusuk pun tidak ada yang ngelarang.
Disamping rasanya yang sangat enak. Saya jadi tergelitik menghitung berapa penghasilan pedagang bubur ayam tersebut dalam satu bulan. Di tempat yang baru biaya sewanya katanya Rp 700.000/bulan. Harga bubur ayamnya perporsi Rp 8.000. Buletin dengan topping dan camilan jadi Rp 10.000. Jika dalam sehari ada yang beli 10 orang. Berarti sehari dapat Rp 100.000. Nah, biaya sewa tempatnya udah ketutup selama satu minggu. Sisanya, yang tiga minggu masuk kantong. Jualan bubur ayam ternyata sangat menjanjikan.