Bakso Rekomendasi Influencer Kalah Jauh dengan Kuliner Legendaris
MAU balik lagi, kata istri suruh lanjut. Padahal cuma kelewat beberapa meter. Pikir saya, dari pada entar pusing nyari bakso enak yang sesuai kantong. Mending putar arah. Tapi situasinya sudah tidak kondusif. Bakso langganan kami setiap habis pulang dari mertua ternyata pindah tempat. Pindah ke ruko sebelah yang bangunannya sempit, kecil, nyaris nggak kelihatan.
Waktu berangkat ke rumah mertua pun kita sudah curiga. Pas lewat kok gerobak baksonya nggak ada. Saya dan istri sempat bertanya-tanya. Jangan-jangan sudah pindah, atau habis kontrak. Jadwal yang selama ini terencana pun bisa-bisa buyar kalau baksonya nggak ada. Oleh sebab itu, saat mau dekat ke lokasi, kita jadi menerka-nerka: ada nggak, ada nggak, eh ada tapi kelewatan.
Ya, sudah. Karena suruh lanjut. Nggak boleh putar arah. Plan B nya terpaksa kita nyari bakso di tempat lain. Yang rasanya enak, harganya bersahabat. Tapi, saya dan istri sudah tahu, bakso mana saja yang enak. Yang harganya tidak menguras kantong. Sayangnya, sore hari bakso tersebut sudah habis. Terpaksa beralih ke plan C. Nyari bakso yang direkomendasiin para influencer.
Ketemulah salah satu bakso yang dimaksud. Kita sudah berhenti di depan. Apa yang kita lihat di medsos ternyata tak sesuai dengan kenyataan. Kalau baksonya beneran enak. Pasti banyak yang beli. Ini sudah rukonya sempit. Baksonya kurang menarik. Pembelinya juga sepi. Akhirnya kita nggak jadi beli bakso di sana. Perjalanan kita lanjut ke arah pusat kota.
Di pusat kota, kita mirip gasing. Muter-muter nggak jelas. Nyari bakso yang sekiranya enak tidak ketemu. Sudah berhenti di salah satu bakso, urung karena harganya tidak sesuai dengan ekspektasi. Lalu keingetan sama influencer yang bikin konten ada bakso gede harga Rp 15.000 terus mienya lebar. Ada juga yang ukuran biasa harga Rp 10.000 rasanya nggak jauh beda.
Kita pun sepakat pergi ke sana. Kebetulan lokasinya nggak jauh dari rumah. Begitu sampai, rukonya lumayan luas. Tempat duduknya pakai meja lesehan panjang 5 biji. Bisa untuk 10 sampai 20 orang. Cuma, entah benar entah rekayasa. Bakso yang Rp 10.000 nggak ada. Kata penjualnya sih yang Rp 10.000 sudah habis. Tapi lihat di daftar menu, yang harga Rp 10.000 tulisannya dicoret.
Bakso yang direkomendasiin oleh influencer ini. Sama dengan kuliner-kuliner lain. Cuma bagus di konten. Narasi yang dibuat bikin penonton penasaran. Hanya menguntungkan influencer dapat views banyak dan endorse menarik. Soal rasa, penyajian, dan pelayanan, masih kalah jauh dengan kuliner-kuliner legendaris, yang sudah banyak langganan, tapi tidak pernah muncul di beranda sosmed.
Waktu berangkat ke rumah mertua pun kita sudah curiga. Pas lewat kok gerobak baksonya nggak ada. Saya dan istri sempat bertanya-tanya. Jangan-jangan sudah pindah, atau habis kontrak. Jadwal yang selama ini terencana pun bisa-bisa buyar kalau baksonya nggak ada. Oleh sebab itu, saat mau dekat ke lokasi, kita jadi menerka-nerka: ada nggak, ada nggak, eh ada tapi kelewatan.
Ya, sudah. Karena suruh lanjut. Nggak boleh putar arah. Plan B nya terpaksa kita nyari bakso di tempat lain. Yang rasanya enak, harganya bersahabat. Tapi, saya dan istri sudah tahu, bakso mana saja yang enak. Yang harganya tidak menguras kantong. Sayangnya, sore hari bakso tersebut sudah habis. Terpaksa beralih ke plan C. Nyari bakso yang direkomendasiin para influencer.
Ketemulah salah satu bakso yang dimaksud. Kita sudah berhenti di depan. Apa yang kita lihat di medsos ternyata tak sesuai dengan kenyataan. Kalau baksonya beneran enak. Pasti banyak yang beli. Ini sudah rukonya sempit. Baksonya kurang menarik. Pembelinya juga sepi. Akhirnya kita nggak jadi beli bakso di sana. Perjalanan kita lanjut ke arah pusat kota.
Di pusat kota, kita mirip gasing. Muter-muter nggak jelas. Nyari bakso yang sekiranya enak tidak ketemu. Sudah berhenti di salah satu bakso, urung karena harganya tidak sesuai dengan ekspektasi. Lalu keingetan sama influencer yang bikin konten ada bakso gede harga Rp 15.000 terus mienya lebar. Ada juga yang ukuran biasa harga Rp 10.000 rasanya nggak jauh beda.
Kita pun sepakat pergi ke sana. Kebetulan lokasinya nggak jauh dari rumah. Begitu sampai, rukonya lumayan luas. Tempat duduknya pakai meja lesehan panjang 5 biji. Bisa untuk 10 sampai 20 orang. Cuma, entah benar entah rekayasa. Bakso yang Rp 10.000 nggak ada. Kata penjualnya sih yang Rp 10.000 sudah habis. Tapi lihat di daftar menu, yang harga Rp 10.000 tulisannya dicoret.
Bakso yang direkomendasiin oleh influencer ini. Sama dengan kuliner-kuliner lain. Cuma bagus di konten. Narasi yang dibuat bikin penonton penasaran. Hanya menguntungkan influencer dapat views banyak dan endorse menarik. Soal rasa, penyajian, dan pelayanan, masih kalah jauh dengan kuliner-kuliner legendaris, yang sudah banyak langganan, tapi tidak pernah muncul di beranda sosmed.

