Tiap Hari Ibu Saya Selalu Masak Sambal Goreng

KENANGAN masa kecil yang masih teringat sampai sekarang. Setiap pagi suka diajak ibu ke warung. Belanja sayuran. Suruh milih apa yang mau dimasak hari ini. Lucunya, apa pun sayuran yang saya pilih. Ibu selalu nurut. Ayah dan adik-adik saya tidak pernah protes. Mungkin karena ibu saya bisa masak. Lauk apa pun yang dimasak oleh ibu, rasanya selalu enak.

Bertahun-tahun makan masakan ibu. Saya sampai tidak mau bahkan jarang makan di rumah orang. Setiap kali main ke rumah teman, sedang bertamu ke rumah saudara atau tetangga, setiap diajak makan oleh mereka. Dengan halus saya selalu menolak. Bukan sombong. Lebih ke soal selera. Lidah saya sepertinya sudah terbiasa makan masakan ibu. Seenak apa pun masakan orang lain. Buat saya masakan ibu jauh lebih enak.

Tiap-Hari-Ibu-Saya-Selalu-Masak-Sambal-Goreng.jpg

Bahkan saya shock dan sering mogok makan saat pertama kali nikah. Istri saya tidak bisa masak. Kalau masak sayur, mau sayur sop atau sayur lodeh, antara masakan ibu dan masakan istri, rasanya ibarat langit dan bumi. Apalagi kalau masak sayur asam. Rasanya benar-benar asam. Buah asamnya kebanyakan. Satu-satunya masakan istri yang masih bisa saya tolerir adalah oseng kangkung. Itu pun bumbunya pakai saori bukan asli racikan sendiri.

Pas awal-awal menikah, pengeluaran kita besar sekali. Disamping buat beli susu, pampers, belanja kebutuhan sehari-hari, beli kuota, dan token listrik. Kita juga suka makan di luar. Makan nasi to, sate, pecel lele, sop buntut, lengko, dan soto ayam. Saat itu kita tidak pernah itung-itungan karena ekonomi masih lancar. Kita baru memperhatikan pemasukan dan pengeluaran setelah beres covid.

Tiap-Hari-Ibu-Saya-Selalu-Masak-Sambal-Goreng.jpg

Saking seringnya makan di luar. Soal beras pun saat itu kita tidak peduli. Padahal mertua sawahnya banyak. Tiap 3 bulan sekali selalu panen. Kalau saya main ke rumah mertua. Di dapur itu padi yang baru dipanen numpuk ada beberapa karung. Setiap kali mau pulang, kita suka ditawarin oleh mertua suruh bawa beras. Tapi selalu kita tolak. Karena alasan berat dan ribet saat di jalan.

Pasca covid di mana kita mulai berhemat. Terus istri sedikit-sedikit sudah mulai bisa masak (emang dipaksa harus bisa masak. Soalnya anak sudah mulai besar, kalau makan di luar terus, pengeluaran bakalan semakin membengkak). Saat kita pulang ke rumah mertua, selain jenguk, tujuan utamanya emang mau minta beras. Lumayan, harga beras sekarang sudah Rp 15.000 perkilo. Dari pada beli mending ngambil dari mertua.

Balik ke masakan ibu. Seiring berjalannya waktu, bertambahnya umur. Ketika saya, adik-adik saya, sudah menikah dan punya anak. Ada kebiasaan baru di rumah orang tua saya. Hampir tiap hari ibu saya selalu masak sambal goreng. Waktu saya tanya, kok masaknya sambal goreng terus. Jawab ibu: ayah saya katanya suka sambal goreng. Setiap ada tukang sayur, yang dibeli tempe lagi tempe lagi.
Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url