Kepoin Status Facebook Istri Tetangga
AWALNYA nggak ada niat buat kepo. Saya ngintip status facebook istri tetangga gara-gara lihat kursi gaming yang dijual di facebook marketplace. Kursi gaming yang dibandrol dengan harga murah itu difoto di depan rumah di mana model pintu dan jendelanya kayak kenal. Karena penasaran saya coba cek, ternyata benar kursi yang saya lihat di facebook marketplace kursi gaming punya tetangga. Dari situlah saya mulai kepoin status facebook istri tetangga.
Tetangga saya ini orangnya sangat tertutup. Mereka baru bersosialisasi dengan masyarakat pas hari kemerdekaan. Tetangga saya ini suka ikut berpartisipasi dalam lomba agustusan. Sehari-hari tetangga saya ini, terutama istrinya, jarang keluar rumah. Kalau belanja sayur ke pedagang sayur keliling, nggak mau nimbrung dengan ibu-ibu. Istrinya baru beli sayur kalau ibu-ibu sudah bubar. Belanja ke warung pun bisa dihitung dengan jari. Dalam seminggu paling sekali atau dua kali.
Soal gaya hidup, tetangga saya ini dua-duanya sangat hedonis. Waktu ulang tahun anaknya, acaranya digelar di sebuah Mall, ngundang semua orang. Anak saya pun, yang usianya terpaut sangat jauh, sudah tidak pantas lagi buat ikut perayaan ultah anak usia 1 tahun, diundang juga. Sayang, pas hari H anak saya sakit. Jadi anak saya tidak bisa hadir. Saya tahu acara ultah anaknya sangat mewah dan meriah dari foto-foto yang tersimpan di album facebook miliknya.
Tetangga saya ini sekarang sudah pindah. Dia sudah nggak ngontrak lagi di seberang rumah. Pada saat artikel ini saya tulis. Rumah yang dikontrak sama tetangga, sudah diisi oleh penghuni baru. Gara-gara mereka pindah. Saya merasa kehilangan dan kasihan. Kehilangan karena walau pun tetangga saya ini jarang bersosialisasi. Keberadaannya sangat membantu. Setiap malam suaminya suka begadang sampai shubuh. Kalau saya lagi ada kerjaan lembur. Saya seperti merasa ditemani.
Yang bikin saya kasihan. Kepindahan mereka ternyata dilatar belakangi oleh faktor ekonomi. Dengar-dengar sih mereka sudah nggak bayar kontrakan 3 bulan. Pemilik rumah akhirnya ngasih ultimatum. Jika tunggakan kontrakan yang sebelumnya nggak dilunasin mereka disuruh pindah cari tempat lain. Sampai waktu yang sudah ditentukan, rupanya tunggakannya nggak dibayar-bayar, tetangga saya ini terpaksa harus angkat kaki.
Pelajaran yang bisa saya ambil dari tetangga yang hidupnya hedonis ini. Hidup harus apa adanya. Nggak usah dibuat-buat. Nggak usah diada-adain. Punya cita-cita dan keinginan wajar. Namanya manusia. Tapi kalau sampai harus menghalalkan segala cara demi mendapatkan pengakuan dari orang-orang terus ujung-ujungnya malah menyiksa dan menyengsarakan diri sendiri: ngapain.
Saya pribadi merasa bersyukur, dulu waktu masih tinggal di kontrakan, ekonomi saya lancar. Bayar kontrakan nggak pernah nunggak. Keluar dari kontrakan pun bukan karena diusir tapi atas kesadaran sendiri. Ada faktor non teknis yang membuat saya pindah yakni air sumur kontrakan mendadak kotor dan bau karena septic tank tetangga bocor. Udah gitu waktu saya pindah dari kontrakan momennya berbarengan dengan pandemi Covid 19.
Balik lagi ke tetangga yang hedonis. Walau pun statusnya ngontrak. Tetangga saya ini penampilannya seperti orang kaya. Pernah punya mobil dan motor baru. Tiap weekend liburan dan jalan-jalan ke objek wisata favourit. Kulineran di restoran mahal. Gaya hidupnya sudah seperti artis dan influencer terkenal. Wajah dan fisiknya memang sangat menunjang. Tapi isi dompet nggak mendukung. Nggak ada maksud buat julid. Setelah ngepoin status facebook istri tetangga. Gaya hidup yang mereka tonjolkan selama ini, ternyata semu dan palsu.
Tetangga saya ini orangnya sangat tertutup. Mereka baru bersosialisasi dengan masyarakat pas hari kemerdekaan. Tetangga saya ini suka ikut berpartisipasi dalam lomba agustusan. Sehari-hari tetangga saya ini, terutama istrinya, jarang keluar rumah. Kalau belanja sayur ke pedagang sayur keliling, nggak mau nimbrung dengan ibu-ibu. Istrinya baru beli sayur kalau ibu-ibu sudah bubar. Belanja ke warung pun bisa dihitung dengan jari. Dalam seminggu paling sekali atau dua kali.
Soal gaya hidup, tetangga saya ini dua-duanya sangat hedonis. Waktu ulang tahun anaknya, acaranya digelar di sebuah Mall, ngundang semua orang. Anak saya pun, yang usianya terpaut sangat jauh, sudah tidak pantas lagi buat ikut perayaan ultah anak usia 1 tahun, diundang juga. Sayang, pas hari H anak saya sakit. Jadi anak saya tidak bisa hadir. Saya tahu acara ultah anaknya sangat mewah dan meriah dari foto-foto yang tersimpan di album facebook miliknya.
Tetangga saya ini sekarang sudah pindah. Dia sudah nggak ngontrak lagi di seberang rumah. Pada saat artikel ini saya tulis. Rumah yang dikontrak sama tetangga, sudah diisi oleh penghuni baru. Gara-gara mereka pindah. Saya merasa kehilangan dan kasihan. Kehilangan karena walau pun tetangga saya ini jarang bersosialisasi. Keberadaannya sangat membantu. Setiap malam suaminya suka begadang sampai shubuh. Kalau saya lagi ada kerjaan lembur. Saya seperti merasa ditemani.
Yang bikin saya kasihan. Kepindahan mereka ternyata dilatar belakangi oleh faktor ekonomi. Dengar-dengar sih mereka sudah nggak bayar kontrakan 3 bulan. Pemilik rumah akhirnya ngasih ultimatum. Jika tunggakan kontrakan yang sebelumnya nggak dilunasin mereka disuruh pindah cari tempat lain. Sampai waktu yang sudah ditentukan, rupanya tunggakannya nggak dibayar-bayar, tetangga saya ini terpaksa harus angkat kaki.
Pelajaran yang bisa saya ambil dari tetangga yang hidupnya hedonis ini. Hidup harus apa adanya. Nggak usah dibuat-buat. Nggak usah diada-adain. Punya cita-cita dan keinginan wajar. Namanya manusia. Tapi kalau sampai harus menghalalkan segala cara demi mendapatkan pengakuan dari orang-orang terus ujung-ujungnya malah menyiksa dan menyengsarakan diri sendiri: ngapain.
Saya pribadi merasa bersyukur, dulu waktu masih tinggal di kontrakan, ekonomi saya lancar. Bayar kontrakan nggak pernah nunggak. Keluar dari kontrakan pun bukan karena diusir tapi atas kesadaran sendiri. Ada faktor non teknis yang membuat saya pindah yakni air sumur kontrakan mendadak kotor dan bau karena septic tank tetangga bocor. Udah gitu waktu saya pindah dari kontrakan momennya berbarengan dengan pandemi Covid 19.
Balik lagi ke tetangga yang hedonis. Walau pun statusnya ngontrak. Tetangga saya ini penampilannya seperti orang kaya. Pernah punya mobil dan motor baru. Tiap weekend liburan dan jalan-jalan ke objek wisata favourit. Kulineran di restoran mahal. Gaya hidupnya sudah seperti artis dan influencer terkenal. Wajah dan fisiknya memang sangat menunjang. Tapi isi dompet nggak mendukung. Nggak ada maksud buat julid. Setelah ngepoin status facebook istri tetangga. Gaya hidup yang mereka tonjolkan selama ini, ternyata semu dan palsu.