Hidup itu Harus Bertetangga, Nggak Boleh Individualis.
NYAMPE rumah, mobil milik tetangga sudah ada di garasi. Nggak kaget sih. Karena sebelumnya sudah baca WA di Hp istri, dia minta izin ikut nyimpan mobil, karena halaman rumahnya sedang direnovasi. Istri saya dengan tangan terbuka membolehkan. Sebelum minta izin ikut nyimpan mobil di rumah saya, mobilnya suka disimpan di tetangga sebelah. Kebetulan tetangga sebelah rumahnya sering ditinggalin oleh pemiliknya.
Simpan menyimpan kendaraan di rumah saya sebenarnya sudah biasa. Tetangga yang ikut nyimpan kendaraan di rumah saya, baik motor atau mobil, sudah sering. Sudah nggak sungkan-sungkan lagi. Saya pribadi nggak mempermasalahkan. Namanya dengan tetangga kita harus saling. Sekarang mereka nyimpan kendaraan di rumah saya. Siapa tahu besok-besok giliran saya yang ikut nyimpan kendaraan di rumah mereka.
Yang jadi masalah. Tetangga yang ikut nyimpan mobil di rumah saya selama saya pulang ke rumah mertua, adalah tetangga aneh yang dulu pernah saya bikin artikelnya secara khusus. Di mana beberapa waktu ke belakang, tetangga tersebut, pernah bikin kesel. Gara-garanya masalah wifi. Biar teman-teman nggak penasaran. Saya akan ceritakan kronologisnya dari awal biar jelas.
Istri saya kan suka masak memasak dengan ibu-ibu. Dalam seminggu kadang bisa 2 sampai 3 kali. Masaknya di rumah saya. Makanan yang dimasak biasanya cimol, seblak, soteng, martabak, gorengan, pokoknya makanan kesukaan ibu-ibu. Kadang suka bikin nasi liwet juga. Si istri tetangga ini nggak pernah ikut. Tapi kalau masakan atau nasi liwetnya sudah matang, suka dikasih.
Tempo hari, wifi saya belum diperpanjang. Jaringannya mati. Nah, waktu lagi masak memasak itu ada tetangga yang iseng minta password wifi ke tetangga aneh ini. Kebetulan tetangga aneh ini lagi kerja. Setelah dikasih, password-nya dikasih tahu ke istri. Jadi kita sempat makai wifi tetangga ini sebentar. Yang bikin kita kesel. Besoknya nama akun dan password wifi-nya langsung dirubah.
Saya dan istri kesel karena tetangga yang lain juga pasword wifi-nya suka dibagi-bagi. Kalau istri main ke rumah mereka, suka main internet pakai wifi mereka. Begitu juga sebaliknya, kalau mereka lagi main ke rumah kita. Mereka suka main internet pakai wifi kita. Jadi kita asyik-asyik saja. Enjoy-enjoy saja. Kuotanya juga kan unlimited. Mau habis berapa giga biaya perbulannya tetap segitu.
Pas tetangga aneh ini ganti password dan akun wifi. Saya sempat ngomong sama istri, hidup itu harus bertetangga. Nggak boleh individualis. Karena suatu saat kita pasti bakal butuh pertolongan dari tetangga. Terbukti kan apa yang saya omongin. Pas rumahnya direnovasi dia butuh garasi buat nyimpan mobilnya. Coba kalau kita dan tetangga sebelah nggak ngizinin. Mobilnya pasti kehujanan dan kepanasan.
Si tetangga aneh ini, kalau jemur pakaian nggak pernah di depan rumahnya lho. Jemur pakaiannya suka di depan rumah orang. Depan rumahnya pokoknya harus steril nggak boleh ada kendaraan. Nggak boleh ada jemuran. Nggak boleh ada tempat sampah. Terus si tetangga aneh ini, sebelum punya mobil suka ikut kumpulan. Setelah punya mobil, dia nggak pernah ikut lagi kumpulan.
Simpan menyimpan kendaraan di rumah saya sebenarnya sudah biasa. Tetangga yang ikut nyimpan kendaraan di rumah saya, baik motor atau mobil, sudah sering. Sudah nggak sungkan-sungkan lagi. Saya pribadi nggak mempermasalahkan. Namanya dengan tetangga kita harus saling. Sekarang mereka nyimpan kendaraan di rumah saya. Siapa tahu besok-besok giliran saya yang ikut nyimpan kendaraan di rumah mereka.
Yang jadi masalah. Tetangga yang ikut nyimpan mobil di rumah saya selama saya pulang ke rumah mertua, adalah tetangga aneh yang dulu pernah saya bikin artikelnya secara khusus. Di mana beberapa waktu ke belakang, tetangga tersebut, pernah bikin kesel. Gara-garanya masalah wifi. Biar teman-teman nggak penasaran. Saya akan ceritakan kronologisnya dari awal biar jelas.
Istri saya kan suka masak memasak dengan ibu-ibu. Dalam seminggu kadang bisa 2 sampai 3 kali. Masaknya di rumah saya. Makanan yang dimasak biasanya cimol, seblak, soteng, martabak, gorengan, pokoknya makanan kesukaan ibu-ibu. Kadang suka bikin nasi liwet juga. Si istri tetangga ini nggak pernah ikut. Tapi kalau masakan atau nasi liwetnya sudah matang, suka dikasih.
Tempo hari, wifi saya belum diperpanjang. Jaringannya mati. Nah, waktu lagi masak memasak itu ada tetangga yang iseng minta password wifi ke tetangga aneh ini. Kebetulan tetangga aneh ini lagi kerja. Setelah dikasih, password-nya dikasih tahu ke istri. Jadi kita sempat makai wifi tetangga ini sebentar. Yang bikin kita kesel. Besoknya nama akun dan password wifi-nya langsung dirubah.
Saya dan istri kesel karena tetangga yang lain juga pasword wifi-nya suka dibagi-bagi. Kalau istri main ke rumah mereka, suka main internet pakai wifi mereka. Begitu juga sebaliknya, kalau mereka lagi main ke rumah kita. Mereka suka main internet pakai wifi kita. Jadi kita asyik-asyik saja. Enjoy-enjoy saja. Kuotanya juga kan unlimited. Mau habis berapa giga biaya perbulannya tetap segitu.
Pas tetangga aneh ini ganti password dan akun wifi. Saya sempat ngomong sama istri, hidup itu harus bertetangga. Nggak boleh individualis. Karena suatu saat kita pasti bakal butuh pertolongan dari tetangga. Terbukti kan apa yang saya omongin. Pas rumahnya direnovasi dia butuh garasi buat nyimpan mobilnya. Coba kalau kita dan tetangga sebelah nggak ngizinin. Mobilnya pasti kehujanan dan kepanasan.
Si tetangga aneh ini, kalau jemur pakaian nggak pernah di depan rumahnya lho. Jemur pakaiannya suka di depan rumah orang. Depan rumahnya pokoknya harus steril nggak boleh ada kendaraan. Nggak boleh ada jemuran. Nggak boleh ada tempat sampah. Terus si tetangga aneh ini, sebelum punya mobil suka ikut kumpulan. Setelah punya mobil, dia nggak pernah ikut lagi kumpulan.