Kehidupan Berjalan dengan Normal, Meski Saya Tidak Punya Hp

BOLEH percaya boleh tidak. Yang pasti ini kisah nyata. Selama kurang lebih 3 bulan saya hidup tanpa Hp. Saya tidak punya Hp. Hp lama punya saya beberapa waktu lalu saya jual. Waktu itu ada kebutuhan mendesak yang harus segera saya selesaikan. Di postingan kali ini saya akan berbagi pengalaman gimana rasanya, termasuk lika-likunya, hidup tanpa Hp.

Hidup tanpa Hp awalnya membosankan. Seperti ada sesuatu yang hilang. Tahu sendiri, manusia zaman sekarang jangankan orang dewasa, anak kecil saja setiap harinya tidak bisa lepas dari Hp. Lantas gimana perasaan saya, atau gimana cara saya menyikapi, semua kegiatan dan aktifitas yang saya kerjakan selama tidak ada Hp.

Kehidupan-Berjalan-dengan-Normal-Meski-Saya-Tidak-Punya-Hp.jpg

Pertama, sim card nomer Hp saya, saya titipkan di Hp istri. Sekarang kalau mau telepon atau kirim pesan kebanyakan menggunakan Whatsapp. Whatsapp sendiri ada 2 versi, ada Whatsapp biasa, ada Whatsapp bisnis. Berhubung istri saya menggunakan Whatsapp bisnis. Nomer Hp saya memakai Whatsapp biasa. Jadi di Hp istri ter-install 2 Whatsapp. Whatsapp punya istri sama Whatsapp punya saya.

Kedua, selama saya tidak memiliki Hp, perasaan saya lama kelamaan jadi terbiasa. Hidup tanpa Hp ternyata tak ada masalah. Aktifitas saya masih tetap berjalan dengan normal. Yang paling berpengaruh terkait ketiadaan Hp, mungkin pas saat lagi antri atau lagi menunggu. Kelakuan saya kayak orang canggung. Nggak ada selingan yang bisa dikerjain. Ngantri sama menunggunya benar-benar asli.

Kehidupan-Berjalan-dengan-Normal-Meski-Saya-Tidak-Punya-Hp.jpg

Semenjak ada Hp. Seingat saya, baru 2 kali saya menjual Hp. Lagi-lagi dengan alasan yang sama karena ada sesuatu yang harus segera saya selesaikan. Hp pertama yang saya jual merk-nya Vivo. Hp kedua yang saya jual merk-nya Oppo. Berangkat dari pengalaman gimana rasanya memiliki Hp dan tidak memiliki Hp saya jadi punya 2 kesimpulan. Dua-duanya ada hikmah yang bisa dipetik sekaligus bisa dijadikan pelajaran buat teman-teman.

Saat tidak punya Hp. Kehidupan tetap berjalan dengan normal. Saya tidak pernah merasa malu atau gengsi ketika semua orang mempunyai Hp sementara saya tidak. Sikap seperti ini kembali ke diri masing-masing. Jika pekerjaan kita tidak terlalu bergantung dengan Hp, hidup tanpa Hp rasanya enjoy-enjoy saja. Meski tidak bawa Hp saya masih bisa berpergian ke mana saja. Bebas semau saya.

Sedangkan saat punya Hp. Harusnya kita bisa lebih produktif lagi. Tidak punya Hp hidup mungkin terasa lebih tenang. Tapi, di zaman yang serba canggih dan cepat ini, tidak punya Hp kita akan jauh ketinggalan. Kita tidak bisa menyusul dan mengejar beberapa pencapaian yang didapat oleh orang-orang. Yang paling kentara, tentu saja gara-gara tidak punya Hp, blog saya jadi telat update. Karena saya terbiasa ngetik artikelnya di Hp. 
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url