Sebagai Orang Tua, Kita Harus Peka, Ngerti, dan Pandai Mengelus Hati
TANGGAL 20 Mei kemarin, pas anak saya ulang tahun, saya sudah nulis sebanyak 2 paragraf. Isinya tentang sesuatu yang tidak saya inginkan. Yakni, tentang acara syukuran yang batal digelar karena ketiadaan uang. Sebagai orang tua, tentu saya sedih, tidak seperti biasanya di hari ulang tahun anak saya sepi tidak ada perayaan. Tahun-tahun sebelumnya, setiap anak ultah, pasti makan-makan bersama keluarga.
Kendati demikian, sesulit apa pun situasinya, saya selalu optimis bahwa keajaiban akan datang. Saya masih percaya, walau pun telat dua atau tiga hari, Allah SWT akan ngasih rezeki yang tidak disangka-sangka. Tulisan yang 2 paragraf itu akhirnya saya simpan. Terlalu pahit dan perih kalau harus nambah beberapa paragraf. Saya yakin, tulisan itu tidak akan jadi, saya sendiri tidak ikhlas kalau tulisan itu sampai harus terbit.
Alhamdulillah, keyakinan saya benar-benar terbukti. Tulisan yang 2 paragraf itu tidak bertambah. Teman-teman tidak bisa membaca apa isinya karena sudah saya hapus. Hari sabtu kemarin tanggal 25 Mei 2024, Allah SWT ngasih rezeki yang tidak disangka-sangka. Ada konsumen yang order produk dalam jumlah besar. Awan gelap yang meliputi keluarga sekarang berganti menjadi cerah.
Di lingkungan keluarga saya, sebenarnya tidak ada yang namanya acara ulang tahun. Dari mulai saya kecil sampai saya beranjak dewasa, saya tidak pernah merayakan ulang tahun. Pun dengan adik-adik saya. Setiap tanggal hari kelahiran, aktifitas kita normal-normal saja. Pagi sekolah, siang main, sore sekolah agama, malamnya mengaji. Padahal kalau mau orang tua saya bisa merayakannya secara meriah.
Acara ulang tahun, baru diadakan ketika saya dan adik-adik saya menikah dan punya anak. Perkembangan zaman membuat kita harus beradaptasi. Secara internal mungkin saya bisa ngasih pengertian ke istri dan anak saya kalau acara ulang tahun tidak dianjurkan. Tapi berhubung ada faktor eksternal, di mana teman-teman anak saya selalu merayakan ulang tahun. Mau tidak mau saya harus bersikap toleran.
Kadung sudah menjadi kebiasaaan. Idealisme yang lahir dari falsafah hidup orang-orang zaman dulu, terpaksa harus dilenturkan demi kebahagian anak-anak. Zaman sekarang kondisi psikologis anak sangat penting. Saya tidak mau, gara-gara tidak merayakan ulang tahun, anak saya jadi murung. Kita ini beda generasi, sebagai orang tua kita harus peka, ngerti, dan pandai-pandai mengelus hati.
Hikmah dari cerita ultah ini. Yang paling spesial, Allah SWT ngasih keajaibannya pas di tanggal kelahiran saya. Proses negosiasinya sebenarnya sejak 3-4 hari sebelumnya. Tapi konsumen transfer uangnya baru tanggal 25 Mei. Alhasil, yang tadinya nggak kepikiran buat ngerayain ulang tahun anak karena nggak ada duit. Begitu dapat orderan, sudah terima transferan, saya ajak anak dan istri jalan-jalan ke Mall. Makan-makan dan malam mingguan di pusat kota.
Kendati demikian, sesulit apa pun situasinya, saya selalu optimis bahwa keajaiban akan datang. Saya masih percaya, walau pun telat dua atau tiga hari, Allah SWT akan ngasih rezeki yang tidak disangka-sangka. Tulisan yang 2 paragraf itu akhirnya saya simpan. Terlalu pahit dan perih kalau harus nambah beberapa paragraf. Saya yakin, tulisan itu tidak akan jadi, saya sendiri tidak ikhlas kalau tulisan itu sampai harus terbit.
Alhamdulillah, keyakinan saya benar-benar terbukti. Tulisan yang 2 paragraf itu tidak bertambah. Teman-teman tidak bisa membaca apa isinya karena sudah saya hapus. Hari sabtu kemarin tanggal 25 Mei 2024, Allah SWT ngasih rezeki yang tidak disangka-sangka. Ada konsumen yang order produk dalam jumlah besar. Awan gelap yang meliputi keluarga sekarang berganti menjadi cerah.
Di lingkungan keluarga saya, sebenarnya tidak ada yang namanya acara ulang tahun. Dari mulai saya kecil sampai saya beranjak dewasa, saya tidak pernah merayakan ulang tahun. Pun dengan adik-adik saya. Setiap tanggal hari kelahiran, aktifitas kita normal-normal saja. Pagi sekolah, siang main, sore sekolah agama, malamnya mengaji. Padahal kalau mau orang tua saya bisa merayakannya secara meriah.
Acara ulang tahun, baru diadakan ketika saya dan adik-adik saya menikah dan punya anak. Perkembangan zaman membuat kita harus beradaptasi. Secara internal mungkin saya bisa ngasih pengertian ke istri dan anak saya kalau acara ulang tahun tidak dianjurkan. Tapi berhubung ada faktor eksternal, di mana teman-teman anak saya selalu merayakan ulang tahun. Mau tidak mau saya harus bersikap toleran.
Kadung sudah menjadi kebiasaaan. Idealisme yang lahir dari falsafah hidup orang-orang zaman dulu, terpaksa harus dilenturkan demi kebahagian anak-anak. Zaman sekarang kondisi psikologis anak sangat penting. Saya tidak mau, gara-gara tidak merayakan ulang tahun, anak saya jadi murung. Kita ini beda generasi, sebagai orang tua kita harus peka, ngerti, dan pandai-pandai mengelus hati.
Hikmah dari cerita ultah ini. Yang paling spesial, Allah SWT ngasih keajaibannya pas di tanggal kelahiran saya. Proses negosiasinya sebenarnya sejak 3-4 hari sebelumnya. Tapi konsumen transfer uangnya baru tanggal 25 Mei. Alhasil, yang tadinya nggak kepikiran buat ngerayain ulang tahun anak karena nggak ada duit. Begitu dapat orderan, sudah terima transferan, saya ajak anak dan istri jalan-jalan ke Mall. Makan-makan dan malam mingguan di pusat kota.