Imtihan Zaman Dulu dengan Imtihan Zaman Sekarang Suasananya Jauh Berbeda
LIHAT dekorasi panggungnya di beranda facebook tetangga. Terus terang saya kaget. Itu kan dekorasi panggung waktu saya masih anak-anak. Kok nggak berubah-berubah. Padahal sudah puluhan tahun. Anak saya pun sekarang sudah besar. Kalau saya ceritain ke anak saya ayahnya dulu pernah sekolah agama di sini. Anak saya pasti ikutan kaget. “Oh ayah alumni sekolah ini ya?”
Dari dulu sampai sekarang saya tidak pernah tahu siapa yang diberi tugas ngedesain panggung. Dari dekorasinya yang itu melulu. Saya yakin orangnya masih orang yang sama. Tidak ada yang salah sebenarnya dengan dekorasi itu. Dekorasinya unik dan lucu. Ada hiasan berupa taman di bagian depan panggung. Ada lampu hias. Kolam buatan. Beberapa pagar. Dan rumput jepang yang ditata dengan rapi.
Yang berubah mungkin rangkaian acara imtihannya. Dulu tidak ada seremonial wisuda. Acaranya biasa-biasa saja. Anak-anak satu persatu naik ke panggung. Baca pidato dan nadoman. Selesai imtihan anak-anak dikasih bingkisan makanan. Besoknya, pas malam terakhir, acara imtihan biasanya berlangsung dua hari dua malam. Kita disuguhi drama kreasi muda-mudi pengurus madrasah dan warga setempat yang penampilannya selalu dinanti-nanti.
Kalau ditanya kenangan apa yang paling berkesan selama saya sekolah agama. Tentu saja banyak. Tidak bisa saya jelaskan satu persatu. Kenangan masa kecil, sekolah SD dan sekolah agama, merupakan periode paling indah dalam hidup. Kepolosan, keceriaan, kenakalan khas anak-anak membaur jadi satu. Kenangan-kenangan itu tidak akan hilang dan terhapus dari ingatan.
Dekorasi panggung acara imtihan itu. Yang saya lihat di beranda facebook tetangga. Yang iseng saya klik. Tanpa sadar telah menuntun saya membuka memori-memori lama. Imtihan zaman dulu dengan imtihan zaman sekarang suasananya jauh berbeda. Imtihan zaman sekarang yang nonton paling penduduk setempat sama orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya. Sementara imtihan zaman dulu yang nonton bisa dari mana-mana.
Imtihan zaman dulu bisa dibilang berkah buat para pedagang. Kalau ada acara imtihan pedagang banyak yang suka. Mereka akan datang berbondong-bondong bahkan sehari sebelum hari H. Bagi anak-anak, pedagang yang paling ditunggu-tungu tentu pedagang mainan. Kita bisa beli mainan kesukaan kita. Sementara bagi para orang tua. Pedagang yang dinanti-nanti adalah pedagang makanan kayak bakso, sate, martabak, mie ayam dan kacang rebus.
Imtihan zaman dulu. Acara di atas panggung dengan transaksi para pedagang di sepanjang jalan seperti sebuah kesatuan. Seperti sebuah harmoni. Nggak ada orang tua yang ngelarang anaknya beli mainan. Nggak ada orang tua yang pulang nonton acara imtihan tidak beli makanan. Gimana dengan imtihan zaman sekarang. Penonton dan pedagang seperti ada sekat. Anak-anak banyak yang dilarang beli mainan oleh orang tuanya. Banyak pedagang yang pulang dari imtihan raut mukanya kusut dan datar.
Dari dulu sampai sekarang saya tidak pernah tahu siapa yang diberi tugas ngedesain panggung. Dari dekorasinya yang itu melulu. Saya yakin orangnya masih orang yang sama. Tidak ada yang salah sebenarnya dengan dekorasi itu. Dekorasinya unik dan lucu. Ada hiasan berupa taman di bagian depan panggung. Ada lampu hias. Kolam buatan. Beberapa pagar. Dan rumput jepang yang ditata dengan rapi.
Yang berubah mungkin rangkaian acara imtihannya. Dulu tidak ada seremonial wisuda. Acaranya biasa-biasa saja. Anak-anak satu persatu naik ke panggung. Baca pidato dan nadoman. Selesai imtihan anak-anak dikasih bingkisan makanan. Besoknya, pas malam terakhir, acara imtihan biasanya berlangsung dua hari dua malam. Kita disuguhi drama kreasi muda-mudi pengurus madrasah dan warga setempat yang penampilannya selalu dinanti-nanti.
Kalau ditanya kenangan apa yang paling berkesan selama saya sekolah agama. Tentu saja banyak. Tidak bisa saya jelaskan satu persatu. Kenangan masa kecil, sekolah SD dan sekolah agama, merupakan periode paling indah dalam hidup. Kepolosan, keceriaan, kenakalan khas anak-anak membaur jadi satu. Kenangan-kenangan itu tidak akan hilang dan terhapus dari ingatan.
Dekorasi panggung acara imtihan itu. Yang saya lihat di beranda facebook tetangga. Yang iseng saya klik. Tanpa sadar telah menuntun saya membuka memori-memori lama. Imtihan zaman dulu dengan imtihan zaman sekarang suasananya jauh berbeda. Imtihan zaman sekarang yang nonton paling penduduk setempat sama orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya. Sementara imtihan zaman dulu yang nonton bisa dari mana-mana.
Imtihan zaman dulu bisa dibilang berkah buat para pedagang. Kalau ada acara imtihan pedagang banyak yang suka. Mereka akan datang berbondong-bondong bahkan sehari sebelum hari H. Bagi anak-anak, pedagang yang paling ditunggu-tungu tentu pedagang mainan. Kita bisa beli mainan kesukaan kita. Sementara bagi para orang tua. Pedagang yang dinanti-nanti adalah pedagang makanan kayak bakso, sate, martabak, mie ayam dan kacang rebus.
Imtihan zaman dulu. Acara di atas panggung dengan transaksi para pedagang di sepanjang jalan seperti sebuah kesatuan. Seperti sebuah harmoni. Nggak ada orang tua yang ngelarang anaknya beli mainan. Nggak ada orang tua yang pulang nonton acara imtihan tidak beli makanan. Gimana dengan imtihan zaman sekarang. Penonton dan pedagang seperti ada sekat. Anak-anak banyak yang dilarang beli mainan oleh orang tuanya. Banyak pedagang yang pulang dari imtihan raut mukanya kusut dan datar.