Tidak akan Gegabah, Ceroboh, Sembrono, dan Asal lagi Melayani Konsumen
JUDUL bukunya saya lupa. Yang saya ingat, saya pinjam buku itu dari perpustakaan. Isi bukunya tentang motivasi. Tentang dunia bisnis. Gimana caranya agar kita bisa meraih kesuksesan. Gimana caranya agar kita bisa bebas finansial. Tebal bukunya kurang lebih sama dengan Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki dan Financial Revolution, Tung Desem Waringin.
Di buku itu yang paling saya ingat dan paling membekas sampai sekarang. Penulisnya menulis kalau kita mau sukses segala sesuatunya harus dipastikan. Misal, kalau kita mau piknik. Pastikan bawa uang dan bekal yang cukup. Jangan asal berangkat. Kalau kita suka sama seseorang. Pastikan kalau kita punya kemampuan dan kelebihan yang bisa diandalkan. Jangan asal nembak.
Kendati demikian, namanya manusia kadang suka lupa. Kadang sembrono dan ceroboh. Tak jarang ngambil sikap dan keputusan yang gegabah. Langsung main sikat. Mestinya dipikirkan dan dipertimbangkan dulu. Ada resikonya nggak? Ada efek buruknya nggak? Pokoknya sebelum bertindak harus dipastikan segala sesuatunya terlebih dahulu.
Kelalaian itu yang saya lakukan waktu dapat orderan produk pre-order tempo hari. Saya sedikit ceroboh. Sedikit teledor. Tidak dipastikan terlebih dahulu. Produk yang dia pesan itu barangnya apa. Modelnya kayak gimana. Saya terlalu memaksakan produk baru yang selama ini sering diproduksi. Padahal produk yang dipesan oleh konsumen bukan produk tersebut.
Efeknya konsumen ngambek. Nggak mau ngelunasin sisa pembayaran karena barangnya tidak sesuai dengan pesanan. Untungnya setelah melalui negosiasi yang cukup alot sampai berhari-hari. Konsumen juga mengaku salah karena selalu slow respon setiap kali saya kirim chat. Sisa pembayarannya akhirnya dilunasin dengan catatan. Ongkir setengahnya saya yang bayar.
Setelah mengalami kasus seperti itu. Ke depan saya tidak akan gegabah, ceroboh, sembrono, dan asal lagi melayani konsumen. Meski pun orderannya sedikit. Keuntungannya tipis. Saya harus teliti, harus detil, harus dipastikan keinginan konsumen itu seperti apa. Kejadian kemarin benar-benar menjadi pelajaran yang sangat berharga buat saya.
Dari kejadian kemarin. Saya seperti diingatkan untuk kembali membaca buku-buku bisnis dan marketing yang numpuk di lemari. Buku motivasi bisnis yang saya pinjam dari perpustakaan saja, yang judulnya saya lupa, isinya masih saya ingat sampai sekarang. Padahal bacanya sudah belasan tahun silam. Masa buku bisnis dan marketing yang saya beli sendiri di Gramedia atau lewat online, yang bisa saya baca kapan saja, ilmu dan materinya nggak nyerap di kepala.
Di buku itu yang paling saya ingat dan paling membekas sampai sekarang. Penulisnya menulis kalau kita mau sukses segala sesuatunya harus dipastikan. Misal, kalau kita mau piknik. Pastikan bawa uang dan bekal yang cukup. Jangan asal berangkat. Kalau kita suka sama seseorang. Pastikan kalau kita punya kemampuan dan kelebihan yang bisa diandalkan. Jangan asal nembak.
Kendati demikian, namanya manusia kadang suka lupa. Kadang sembrono dan ceroboh. Tak jarang ngambil sikap dan keputusan yang gegabah. Langsung main sikat. Mestinya dipikirkan dan dipertimbangkan dulu. Ada resikonya nggak? Ada efek buruknya nggak? Pokoknya sebelum bertindak harus dipastikan segala sesuatunya terlebih dahulu.
Kelalaian itu yang saya lakukan waktu dapat orderan produk pre-order tempo hari. Saya sedikit ceroboh. Sedikit teledor. Tidak dipastikan terlebih dahulu. Produk yang dia pesan itu barangnya apa. Modelnya kayak gimana. Saya terlalu memaksakan produk baru yang selama ini sering diproduksi. Padahal produk yang dipesan oleh konsumen bukan produk tersebut.
Efeknya konsumen ngambek. Nggak mau ngelunasin sisa pembayaran karena barangnya tidak sesuai dengan pesanan. Untungnya setelah melalui negosiasi yang cukup alot sampai berhari-hari. Konsumen juga mengaku salah karena selalu slow respon setiap kali saya kirim chat. Sisa pembayarannya akhirnya dilunasin dengan catatan. Ongkir setengahnya saya yang bayar.
Setelah mengalami kasus seperti itu. Ke depan saya tidak akan gegabah, ceroboh, sembrono, dan asal lagi melayani konsumen. Meski pun orderannya sedikit. Keuntungannya tipis. Saya harus teliti, harus detil, harus dipastikan keinginan konsumen itu seperti apa. Kejadian kemarin benar-benar menjadi pelajaran yang sangat berharga buat saya.
Dari kejadian kemarin. Saya seperti diingatkan untuk kembali membaca buku-buku bisnis dan marketing yang numpuk di lemari. Buku motivasi bisnis yang saya pinjam dari perpustakaan saja, yang judulnya saya lupa, isinya masih saya ingat sampai sekarang. Padahal bacanya sudah belasan tahun silam. Masa buku bisnis dan marketing yang saya beli sendiri di Gramedia atau lewat online, yang bisa saya baca kapan saja, ilmu dan materinya nggak nyerap di kepala.