Sensor Orang yang Suka Membaca, Senantiasa Aktif dan Responsif
ZAMAN terus berubah. Persoalan hidup kian berkelindan. Saya pun kesulitan menyisihkan waktu buat membaca buku. Bahkan semenjak pandemi, praktis tak ada buku baru yang saya beli. Buku-buku lama, saya simpan rapi di lemari. Sebagian ada yang belum saya baca. Warna kertasnya mulai ada yang menguning. Sebagian lagi saya biarkan jadi sarang rayap dan kecoa.
Sebenarnya saya kangen banget ingin merasakan masa-masa seperti dulu. Seharian penuh membaca buku. Buku-buku yang saya lahap waktu itu banyak sekali. Mulai dari buku bisnis, agama, psikologi, antologi puisi, cerpen, dan novel. Tak seorang pun yang berani mengganggu. Sekarang pun sebenarnya nggak ada yang mengganggu. Istri dan anak saya nggak bakalan ngomel-ngomel. Cuma saya merasa nggak enak.
Selain pekerjaan, tuntutan sebagai kepala keluarga yang harus fokus nyari nafkah buat anak dan istri, keberadaan gadget termasuk penyebab utama yang membuat saya kehilangan gairah buat membaca buku. Adanya benda elektronik seperti smartphone dan laptop membuat isi kepala benar-benar terdiptrusi oleh informasi-informasi terkini dan mutakhir yang sejatinya hanya membuat otak jadi overload.
Aktifitas membaca perlahan mulai tersingkirkan oleh scroll-scroll beranda medsos. Halaman demi halaman buku yang biasanya saya lahap penuh antusias, sekarang terganti oleh konten-konten lucu dan seronok yang muncul di video reels. Magis medsos yang sangat fenomenal dan menggiurkan membuat semua orang kehilangan jati diri. Sehari nggak buka Facebook, Instagram, Tiktok, dan Youtube, rasanya ada yang kurang.
Orang-orang sukses, pengusaha-pengusaha miliarder, dari dulu sampai sekarang, punya kebiasaan membaca buku dalam aktifitas kesehariannya. Kita yang bukan siapa-siapa, belum jadi apa-apa, yang punya keinginan dan cita-cita jadi orang sukses seperti mereka, malah menghilangkan aktifitas positif yang bisa menambah wawasan, menguatkan mental, memacu energi, dan meningkatkan kepercayaan diri.
Kita lupa, dengan punya kebiasaan membaca, kita bisa terhindar dari hal-hal kecil dan sederhana yang bisa memalukan diri sendiri. Nggak perlulah kita ngebahas pencapaian-pencapain tertinggi yang ada hubungannya dengan prestasi individu dan idealisme. Kita ngobrol hal-hal simpel dan sederhana saja yang lumrah terjadi di kalangan masyarakat. Contohnya saat masuk ke toilet umum dan ngantri di pom bensin.
Sebelum masuk ke toilet umum, orang-orang yang suka membaca, bisa mengidentifikasi mana toilet untuk wanita dan mana toilet untuk pria. Demikian halnya saat kita mau beli bensin di pom bensin. Orang-orang yang suka membaca, bakalan tahu mana jalur yang khusus pertalite dan mana jalur yang khusus pertamax. Saat memasuki ruang tertentu, sensor orang yang suka membaca senantiasa aktif dan responsif.
Sebaliknya orang yang tidak suka membaca, dia main masuk saja sesuka hati tanpa perduli terhadap tanda, petunjuk, papan pengumuman, atau ikon yang sengaja dipasang buat memudahkan dalam pelayanan. Agar terhindar dari gunjingan dan bahan ketawaan orang-orang, mulailah membaca dari sekarang. Gunakan fasilitas yang ada. Buku-buku bacaan sekarang banyak yang beralih ke digital. Tanpa harus beli buku secara fisik, kita bisa menelaah dan mempelajari buku lewat media elektronik.
Sebenarnya saya kangen banget ingin merasakan masa-masa seperti dulu. Seharian penuh membaca buku. Buku-buku yang saya lahap waktu itu banyak sekali. Mulai dari buku bisnis, agama, psikologi, antologi puisi, cerpen, dan novel. Tak seorang pun yang berani mengganggu. Sekarang pun sebenarnya nggak ada yang mengganggu. Istri dan anak saya nggak bakalan ngomel-ngomel. Cuma saya merasa nggak enak.
Selain pekerjaan, tuntutan sebagai kepala keluarga yang harus fokus nyari nafkah buat anak dan istri, keberadaan gadget termasuk penyebab utama yang membuat saya kehilangan gairah buat membaca buku. Adanya benda elektronik seperti smartphone dan laptop membuat isi kepala benar-benar terdiptrusi oleh informasi-informasi terkini dan mutakhir yang sejatinya hanya membuat otak jadi overload.
Aktifitas membaca perlahan mulai tersingkirkan oleh scroll-scroll beranda medsos. Halaman demi halaman buku yang biasanya saya lahap penuh antusias, sekarang terganti oleh konten-konten lucu dan seronok yang muncul di video reels. Magis medsos yang sangat fenomenal dan menggiurkan membuat semua orang kehilangan jati diri. Sehari nggak buka Facebook, Instagram, Tiktok, dan Youtube, rasanya ada yang kurang.
Orang-orang sukses, pengusaha-pengusaha miliarder, dari dulu sampai sekarang, punya kebiasaan membaca buku dalam aktifitas kesehariannya. Kita yang bukan siapa-siapa, belum jadi apa-apa, yang punya keinginan dan cita-cita jadi orang sukses seperti mereka, malah menghilangkan aktifitas positif yang bisa menambah wawasan, menguatkan mental, memacu energi, dan meningkatkan kepercayaan diri.
Kita lupa, dengan punya kebiasaan membaca, kita bisa terhindar dari hal-hal kecil dan sederhana yang bisa memalukan diri sendiri. Nggak perlulah kita ngebahas pencapaian-pencapain tertinggi yang ada hubungannya dengan prestasi individu dan idealisme. Kita ngobrol hal-hal simpel dan sederhana saja yang lumrah terjadi di kalangan masyarakat. Contohnya saat masuk ke toilet umum dan ngantri di pom bensin.
Sebelum masuk ke toilet umum, orang-orang yang suka membaca, bisa mengidentifikasi mana toilet untuk wanita dan mana toilet untuk pria. Demikian halnya saat kita mau beli bensin di pom bensin. Orang-orang yang suka membaca, bakalan tahu mana jalur yang khusus pertalite dan mana jalur yang khusus pertamax. Saat memasuki ruang tertentu, sensor orang yang suka membaca senantiasa aktif dan responsif.
Sebaliknya orang yang tidak suka membaca, dia main masuk saja sesuka hati tanpa perduli terhadap tanda, petunjuk, papan pengumuman, atau ikon yang sengaja dipasang buat memudahkan dalam pelayanan. Agar terhindar dari gunjingan dan bahan ketawaan orang-orang, mulailah membaca dari sekarang. Gunakan fasilitas yang ada. Buku-buku bacaan sekarang banyak yang beralih ke digital. Tanpa harus beli buku secara fisik, kita bisa menelaah dan mempelajari buku lewat media elektronik.