Istri Penjual Sayur Tutut Cantik Banget, Imajinasi Saya jadi Error

TUBUH saya sebenarnya sudah pegal-pegal karena kelamaan naik motor. Tapi sesampainya di bunderan jalan baru, saya nggak buru-buru pulang ke rumah. Kebetulan waktu itu sudah masuk waktu sholat ashar. Motor yang saya kendarai saya arahkan ke pusat kota, lebih tepatnya ke masjid yang penuh dengan kenangan, di mana dulu setiap habis kirim paket dari TIKI, saya sering nyempetin sholat dzuhur, ashar, dan magrib di masjid tersebut.

Sehabis sholat, saya tanya ke anak saya, mau langsung pulang apa mau main dulu? Namanya anak-anak, ditanya begitu pasti jawabnya pengen main dulu. Rasa lelah, pegal, capek, kalau dibawa main mendadak hilang. Apalagi hari itu hari minggu, cuaca cerah. Pilihan tempat bermainnya ada dua. Main ke Mall atau main ke taman olahraga. Karena dari masjid tersebut yang dekat adalah taman olahraga. Saya ajak saja istri dan anak saya ke taman olahraga.

Istri-Penjual-Sayur-Tutut-Cantik-Banget-Imajinasi-Saya-jadi-Error.jpg

Sesampainya di taman olahraga. Istri dan anak saya bergegas ke arena sebuah permainan. Sementara saya markirin dulu sepeda motor. Waktu saya mau nyusul, tanpa sengaja saya berpapasan dengan penjual sayur tutut (keong sawah) sedang berfoto selfie. Karena kenal, sering jualan ke rumah, anak saya juga suka beli, saya tegur sekedar basa-basi. Eh, dia malah ngajak ngobrol.

Dia bercerita, tadi siang katanya habis jualan di CFD (Car Free Day). Alhamdulillah, sayur tututnya ada yang ngeborong buat acara arisan. Awalnya konsumen yang ngeborong itu beli satu bungkus. Harganya Rp 5000. Terus balik lagi beli Rp 20.000. Tidak lama berselang, konsumen itu langsung beli Rp 200.000. Ibu-ibu arisan pengen ngerasain sayur tutut katanya.

Istri-Penjual-Sayur-Tutut-Cantik-Banget-Imajinasi-Saya-jadi-Error.jpg

Berhubung cuaca cerah. Anak dan istri saya terlihat dari kejauhan tengan asyik bermain skuter. Demikian juga dengan istri dan anak penjual sayur tutut sibuk bermain perosotan. Obrolan kita terus berlanjut. Pertama nyeritain khasiat tutut, omzet penjualan sayur tutut dalam sebulan, dari mana tututnya dipasok. Terus lanjut ke soal jual beli rumah. Jual beli mobil juga. Saudaranya katanya ada yang mau jual mobil.

Dari obrolan saya dengan penjual sayur tutut sore itu. Saya jadi merenung. Kebahagian setiap orang ternyata beda-beda. Bagi penjual sayur tutut, dapat untung Rp 70.000 sehari sepertinya sudah cukup. Sementara bagi saya, penghasilan Rp 200.000 sehari masih kurang. Ngajak anaknya jualan di CFD, nemenin mereka bermain di taman olahraga, merupakan kebahagiaan yang luar biasa baginya.

Penjual sayur tutut sedikit pun nggak kepikiran buat ngajak anak dan istrinya main ke Mall, beli baju, belanja kebutuhan sehari-hari, sama kulineran makanan dan minuman favourit. Dari sikap dan gaya bicaranya, saya bisa menilai penjual sayur tutut tidak pernah merasa iri dan dengki terhadap orang-orang yang bergaya hedonis. Hidupnya lurus-lurus saja. Datar-datar saja.

Sebaliknya dengan saya. Sore itu tiba-tiba diliputi rasa iri dan dengki. Bagaimana tidak, dengan penampilan cuek dan seadanya, penjual sayur tutut bisa mendapatkan istri yang cantik. Makin iri dan dengki lagi waktu dengar istrinya pintar berjualan. Cantik dan pintar jualan adalah impian para jomblo akut yang punya pikiran liar dan para suami yang mulai memasuki masa puber kedua. Lihat hidung, mata, dan bibir istri penjual sayur tutut. Imajinasi saya sore itu mendadak error.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url