Saling Sikut Dalam Dunia Bisnis Sampai Kapan Pun Tidak Akan Hilang
SALING sikut dalam dunia bisnis adalah hal yang biasa. Begitu juga dalam dunia kerja. Kerja di mana pun. Di pabrik. Di kantor. Di pusat pemerintahan. Atau di perusahaan swasta. Selama yang bekerja adalah manusia yang nota bene punya rasa iri dan dengki. Sampai kapan pun. Sampai ganti zaman dan ganti generasi pun. Budaya saling sikut akan tetap ada.
Sebagai pelaku bisnis atau seorang karyawan. Budaya saling sikut harus kita jadikan ajang pembuktian. Jika ada kolega atau rekan kerja yang merasa iri dan dengki dengan omzet kita, dengan pangkat dan jabatan kita, sebaiknya kita sikapi dengan wajar dan normal. Nggak usah down. Apalagi sampai harus berdampak terhadap kinerja dan eksistensi perusahaan.
Orang-orang yang iri dan dengki dengan kita. Anggap saja sebagai pengingat sekaligus pelecut agar ke depan kita lebih bijaksana dan mawas diri dalam mengambil keputusan. Orang-orang seperti mereka, yang iri dan dengkinya nggak ketulungan, akan terus berusaha menjatuhkan kita sampai ke titik paling bawah. Kalau perlu sampai ludes tak bersisa. Karena tertawa di atas penderitaan orang lain adalah tujuan utama mereka.
Sayangnya, gara-gara ada orang yang iri dan dengki pada kita, tidak sedikit diantara kita yang memilih keluar atau mengundurkan diri dari pekerjaan yang selama ini telah menghidupi kita. Jika menemui kasus seperti ini kita tidak boleh serta merta menghakimi orang tersebut dengan mental cemen, baperan, atau cengeng. Alangkah lebih baik jika kita telusuri dulu sebab musabab, lingkungan kerja, dan kondisi psikologis orang tersebut.
Untuk menjatuhkan atau menjerumuskan seseorang. Orang yang iri dan dengki terhadap kita biasanya akan melakukan berbagai cara. Dia akan membuat skenario seolah-olah kita ini bersalah, tidak becus, nggak profesional, atau kurang kompeten dalam suatu pekerjaan. Dari semua cara yang mereka lakukan. Yang paling extrem tentu saja dengan melancarkan fitnah dan melakukan teror.
Sekarang mari kita bermain dengan logika. Kalau tiap hari kita difitnah atau diteror baik dalam bentuk fisik atau verbal. Apakah kita akan kuat dan tetap bertahan di dalam perusahaan. Dari pada nama baik kita hancur. Kredibilitas kita menurun. Apalagi sampai mengancam jiwa. Pilihannya tentu lebih baik keluar atau mengundurkan diri. Buat apa kita kerja di sebuah perusahaan kalau kondisi jiwa kita tertekan. Situasi keamanan kita terancam.
Demikian juga sebaliknya. Kalau orang yang iri dan dengki pada kita masih bisa diatasi. Skenario jahat yang mereka lancarkan masih bisa dikendalikan. Sebaiknya jangan buru-buru resign. Kita harus melihat sisi baik dan sisi buruk dari sikap dan tindakan yang akan kita ambil. Bisnis itu penuh ketidakpastian. Melamar kerja juga sekarang susahnya minta ampun. Jangan sampai gara-gara orang yang iri dan dengki pada kita. Terus kita memutuskan untuk keluar. Kondisi ekonomi kita malah terpuruk.
Sebagai pelaku bisnis atau seorang karyawan. Budaya saling sikut harus kita jadikan ajang pembuktian. Jika ada kolega atau rekan kerja yang merasa iri dan dengki dengan omzet kita, dengan pangkat dan jabatan kita, sebaiknya kita sikapi dengan wajar dan normal. Nggak usah down. Apalagi sampai harus berdampak terhadap kinerja dan eksistensi perusahaan.
Orang-orang yang iri dan dengki dengan kita. Anggap saja sebagai pengingat sekaligus pelecut agar ke depan kita lebih bijaksana dan mawas diri dalam mengambil keputusan. Orang-orang seperti mereka, yang iri dan dengkinya nggak ketulungan, akan terus berusaha menjatuhkan kita sampai ke titik paling bawah. Kalau perlu sampai ludes tak bersisa. Karena tertawa di atas penderitaan orang lain adalah tujuan utama mereka.
Sayangnya, gara-gara ada orang yang iri dan dengki pada kita, tidak sedikit diantara kita yang memilih keluar atau mengundurkan diri dari pekerjaan yang selama ini telah menghidupi kita. Jika menemui kasus seperti ini kita tidak boleh serta merta menghakimi orang tersebut dengan mental cemen, baperan, atau cengeng. Alangkah lebih baik jika kita telusuri dulu sebab musabab, lingkungan kerja, dan kondisi psikologis orang tersebut.
Untuk menjatuhkan atau menjerumuskan seseorang. Orang yang iri dan dengki terhadap kita biasanya akan melakukan berbagai cara. Dia akan membuat skenario seolah-olah kita ini bersalah, tidak becus, nggak profesional, atau kurang kompeten dalam suatu pekerjaan. Dari semua cara yang mereka lakukan. Yang paling extrem tentu saja dengan melancarkan fitnah dan melakukan teror.
Sekarang mari kita bermain dengan logika. Kalau tiap hari kita difitnah atau diteror baik dalam bentuk fisik atau verbal. Apakah kita akan kuat dan tetap bertahan di dalam perusahaan. Dari pada nama baik kita hancur. Kredibilitas kita menurun. Apalagi sampai mengancam jiwa. Pilihannya tentu lebih baik keluar atau mengundurkan diri. Buat apa kita kerja di sebuah perusahaan kalau kondisi jiwa kita tertekan. Situasi keamanan kita terancam.
Demikian juga sebaliknya. Kalau orang yang iri dan dengki pada kita masih bisa diatasi. Skenario jahat yang mereka lancarkan masih bisa dikendalikan. Sebaiknya jangan buru-buru resign. Kita harus melihat sisi baik dan sisi buruk dari sikap dan tindakan yang akan kita ambil. Bisnis itu penuh ketidakpastian. Melamar kerja juga sekarang susahnya minta ampun. Jangan sampai gara-gara orang yang iri dan dengki pada kita. Terus kita memutuskan untuk keluar. Kondisi ekonomi kita malah terpuruk.