Nggak Bakal Rugi Beli Bubur Ayam di Depan Bank BNI
BUBUR ayam baru. Tidak baru-baru amat sih. Jualannya sudah lumayan lama. Mungkin sekitar 6 bulanan. Yang saya maksud baru, di lokasi tempat bubur ayam jualan sekarang, dulunya bekas lapak fried chicken. Entah sepi entah habis kontrak. Tahu-tahu sudah diganti sama penjual bubur ayam.
Dulu, di situ, di lokasi fried chicken dan bubur ayam mangkal. Termasuk tempat favourit anak muda. Tiap malam minggu kita sering nongkrong di sana, begadang sampai shubuh. Saya pernah ikut sekali atau dua kali. Waktu itu zaman Hp Nokia N Gage dan Nokia 6600. Salah seorang trendsetter-nya sekarang sukses jualan warung makan.
Lokasinya memang sangat strategis. Berada pas pinggir jalan raya. Dilalui berbagai macam kendaraan. Motor, mobil, angkot, bis, truk, semua lewat. Belakangnya warung makan Padang. Seberangnya masjid besar dan minimarket terkenal. Jualan apa pun pasti bakal jadi pusat perhatian. Banyak orang yang penasaran.
Termasuk saya. Sebagai pencinta bubur ayam. Saya benar-benar dibuat kesengsem pengen nyicipin gimana rasanya. Sekalian pengen tahu berapa harga perporsinya. Sepintas, bubur ayamnya sepertinya enak. Soalnya setiap kali saya beli bensin ke pom bensin. Yang beli selalu ramai. Padahal masih pagi. Masih jam 5 shubuh.
Namun setelah saya coba, rasanya ternyata biasa saja. Masih di bawah standar. Waktu itu saya belinya dibungkus. Awalnya saya ngira, harganya antara Rp 6.000 atau Rp 8.000 perporsi. Soalnya isinya sedikit. Eh, taunya, harganya Rp 10.000 perporsi. Kelihatan gede karena bubur ayamnya dibungkus pakai kap.
Kalau pun ada nilai plus. Dibalik porsinya yang sedikit. Pas saya aduk muncul telur ayam satu butir. Mungkin itu yang menjadi alasan kenapa harga perporsinya bisa sampai Rp 10.000. Tapi buat penggemar bubur ayam yang sudah kahot. Harganya tetep nggak masuk. Tidak sesuai dengan ekspektasi.
Untuk mengobati rasa kecewa. Kemarin terpaksa saya pergi ke pusat kota, beli bubur ayam yang di depan bank BNI. Biasanya saya beli 1/2 porsi. Harganya Rp 7.000. Karena pengen puas, saya beli satu porsi, harganya Rp 10.000. Soal rasa jangan ditanya. Selain Topping-nya kumplit. Nggak bakal rugi pokoknya beli bubur ayam di depan bank BNI.
Dulu, di situ, di lokasi fried chicken dan bubur ayam mangkal. Termasuk tempat favourit anak muda. Tiap malam minggu kita sering nongkrong di sana, begadang sampai shubuh. Saya pernah ikut sekali atau dua kali. Waktu itu zaman Hp Nokia N Gage dan Nokia 6600. Salah seorang trendsetter-nya sekarang sukses jualan warung makan.
Lokasinya memang sangat strategis. Berada pas pinggir jalan raya. Dilalui berbagai macam kendaraan. Motor, mobil, angkot, bis, truk, semua lewat. Belakangnya warung makan Padang. Seberangnya masjid besar dan minimarket terkenal. Jualan apa pun pasti bakal jadi pusat perhatian. Banyak orang yang penasaran.
Termasuk saya. Sebagai pencinta bubur ayam. Saya benar-benar dibuat kesengsem pengen nyicipin gimana rasanya. Sekalian pengen tahu berapa harga perporsinya. Sepintas, bubur ayamnya sepertinya enak. Soalnya setiap kali saya beli bensin ke pom bensin. Yang beli selalu ramai. Padahal masih pagi. Masih jam 5 shubuh.
Namun setelah saya coba, rasanya ternyata biasa saja. Masih di bawah standar. Waktu itu saya belinya dibungkus. Awalnya saya ngira, harganya antara Rp 6.000 atau Rp 8.000 perporsi. Soalnya isinya sedikit. Eh, taunya, harganya Rp 10.000 perporsi. Kelihatan gede karena bubur ayamnya dibungkus pakai kap.
Kalau pun ada nilai plus. Dibalik porsinya yang sedikit. Pas saya aduk muncul telur ayam satu butir. Mungkin itu yang menjadi alasan kenapa harga perporsinya bisa sampai Rp 10.000. Tapi buat penggemar bubur ayam yang sudah kahot. Harganya tetep nggak masuk. Tidak sesuai dengan ekspektasi.
Untuk mengobati rasa kecewa. Kemarin terpaksa saya pergi ke pusat kota, beli bubur ayam yang di depan bank BNI. Biasanya saya beli 1/2 porsi. Harganya Rp 7.000. Karena pengen puas, saya beli satu porsi, harganya Rp 10.000. Soal rasa jangan ditanya. Selain Topping-nya kumplit. Nggak bakal rugi pokoknya beli bubur ayam di depan bank BNI.