Pro dan Kontra Sinetron Preman Pensiun

BANYAK penonton yang ngeritik dan menyayangkan, baik di Youtube, Facebook, dan Instagram, sinetron Preman Pensiun X, lama banget ulangannya. Meski saya bukan termasuk yang ngeritik dan menyayangkan. Saya setuju dengan reaksi dan respon penonton tersebut. Sudah iklannya lama, tayangan ulangannya juga lama. Saking lamanya, saya nontonnya suka habis sholat maghrib.

Apakah sinetron Preman Pensiun X, ceritanya menarik? Kalau menurut opini saya, alias pendapat saya secara pribadi, jawabannya bisa iya bisa tidak. Iya, karena ceritanya mengalir. Seperti kehidupan asli masyarakat pada umumnya. Tidak, karena tokoh-tokoh yang selama ini jadi favourit penonton, seperti Kang Mus, Kang Komar, Sukanta, Ubed, dll, malah ditiadakan.

Pro-dan-Kontra-Sinetron-Preman-Pensiun.jpg

Terlepas dari pro kontra menarik tidaknya cerita Preman Pensiun X, ada 2 catatan yang bisa saya kemukakan. Pertama, dengan alur cerita yang mengalir, jujur saya sangat menikmati. Walau pun ini hanya sinetron. Saya merasa tidak sedang menonton sinetron. Saya seperti melihat realita kehidupan masyarakat di mana waktu terus bergerak, ganti hari ganti cerita, orang-orang datang dan pergi silih berganti.

Kedua, selain siaran langsung sepakbola, sinetron Preman Pensiun termasuk salah satu tayangan favourit saya saat bulan suci Ramadan. Agak aneh rasanya ketika Preman Pensiun dilanjut bukan di bulan suci Ramadan. Walau pun aslinya atau awalnya Preman Pensiun tayang bukan serial khusus Ramadan. Tapi di dalam benak saya, barangkali di dalam pikiran penonton yang lain pun, sinetron Preman Pensiun sudah identik dengan bulan suci Ramadan.

Pro-dan-Kontra-Sinetron-Preman-Pensiun.jpg

Dari reaksi dan respon penonton yang selama ini saya lihat. Baik itu yang pro mau pun yang kontra. Saya tergelitik pada komentar-komentar penonton yang mengatakan bahwa Preman Pensiun paling seru adalah Preman Pensiun ke sekian. Sama seperti opini saya. Komentar-komentar tersebut sah-sah saja tidak ada yang salah. Argumen-argumen tersebut justru saya anggap sebagai bentuk rasa memiliki.

Yang membuat saya kurang setuju adalah komentar-komentar penonton yang menyatakan Preman Pensiun kurang seru kalau tidak ada Kang Mus dan Kang Komar. Komentar-komentar tersebut menurut saya lebih ke perspektif yang subjektif. Alih-alih menerima jalan cerita yang tersaji. Komentar tersebut terkesan memaksakan kehendak agar tokoh tersebut selalu ada. Padahal sutradara (penulis naskah) memiliki ide dan imajinasi tersendiri terkait alur cerita.

Apa pun itu, Preman Pensiun X, ceritanya sudah selesai. Sebagai penonton, kalau pun lanjut ke Preman Pensiun XI. Tayang lagi di bulan suci Ramadan misalnya. Itu yang saya tunggu-tunggu. Kalau pun nggak, hanya sampai Preman Pensiun X. Biarlah episode selanjutnya, dengan tokoh-tokoh dan peran-peran baru yang lahir di dalamnya, lanjut di dalam imajinasi dan pikiran penonton yang sudah jatuh cinta pada salah satu sinetron terbaik yang hadir menghibur masyarakat Indonesia.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url