Masakan di Acara Hajatan Suka jadi Bahan Gunjingan Orang

SUDAH biasa. Sudah lumrah. Terjadi di mana-mana. Hampir di setiap kampung. Termasuk di kota sekalipun. Kalau kita ngadain hajatan. Baik itu nikahan, sunatan, syukuran kelahiran, atau selamatan rumah baru. Masakan atau hidangan yang kita sajikan buat para tamu selalu jadi bahan gunjingan orang. Bagus diomongin. Jelek juga diomongin.

Bukan cuma masakan atau hidangan. Masalah busana pengantin, hantaran seserahan, seragam panitia hajatan, dekorasi panggung, artis pongdut, sampai ke pengisi acara dan ustadz penceramah pun tak jarang jadi bahan gosip. Kalau nggak ada yang diomongin sebelum dan sesudah acara hajatan kayaknya kurang seru. Itulah fenomena yang terjadi di masyarakat kita.

Masakan-di-Acara-Hajatan-Suka-jadi-Bahan-Gunjingan-Orang.jpg

Yang terbaru dan masih hangat kemarin waktu acara Maulid Nabi di kampung saya. Hidangan dan masakan yang disajikan saat perayaan Maulid Nabi ternyata jadi bahan gunjingan orang-orang. Yang menggunjing warga Rt sebelah, ibu-ibu pengajian. Mereka komplain terkait lengko ayam di mana daging ayamnya kekecilan. Pisang dan semangka pun, sebagai makanan penutup, tak ketinggalan jadi bahan cemoohan.

Kronologinya kurang lebih seperti ini. Setiap acara Maulid Nabi, tiap tahun masing-masing Rt selalu kebagian jadwal bikin hidangan prasmanan untuk menjamu para tamu yang hadir. Pas acara Maulid Nabi kemarin, Rt kita yang dapat giliran. Sehari sebelum hari H, ibu-ibu sibuk masak, nyiapin segala macam mulai dari makanan, minuman, sampai menata meja dan kursi tempat di mana makanan dan minuman nanti akan disajikan. Yang jadi hidangan utamanya adalah lengko ayam.

Masakan-di-Acara-Hajatan-Suka-jadi-Bahan-Gunjingan-Orang.jpg

Singkat cerita, acara Maulid Nabi-nya alhamdulillah lancar. Cuaca cerah nggak hujan seperti dua hari sebelumnya. Semua warga berbondong-bondong datang ke lapangan memperingati Maulid Nabi. Mubaligh yang diundang dari pesantren terkenal. Isi ceramahnya berbobot dan sangat menghibur. Acara pengajiannya digelar malam minggu, mulai dari jam 20:00 sampai jam 22:00 malam. Selesai acara, lanjut dengan jamuan prasmanan. Siapa pun boleh ikut.

Besoknya, pulang dari pengajian ibu-ibu, tetangga samping rumah heboh laporan ke istri. Ibu-ibu Rt 1 dan Rt 2 katanya komplain. Lengko ayamnya enak tapi daging ayamnya kekecilan. Mereka bilang ketupatnya banyak tapi dagingnya kecil-kecil. Saya mendengar percakapan tersebut dari dalam rumah. Saya baru ngeh. Potongan daging ayamnya emang mungil. Yang dimasak kayaknya bagian dada, dipotong kecil-kecil. Bukan sayap atau paha yang ada tulangnya.

Mendapat laporan seperti itu, istri saya langsung sewot. 

"Ibu-ibu Rt 1 dan Rt 2 kalau urusan makan suka gercep. Warga kita tiap acara Maulid Nabi nggak pernah ikut prasmanan. Jangankan ibu-ibu. Bapak-bapak juga begitu acara beres langsung bubar. Padahal tinggal makan apa susahnya. Toh, kecil-kecil juga isinya banyak. Terus uang iurannya nggak minta dari mereka"

Mendengar celetukan istri, tiba-tiba saya ikut berseloroh: "ya, begitu lah!"
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url