Sholat Jumat di Masjid Samping Sebuah Dept Store
MALES balik lagi, katanya. Istri saya merajuk waktu saya ajak pulang sehabis nukerin baju di salah satu grosir terkenal di pasar tradisional. Males karena harus bolak balik dari rumah ke pusat kota. Padahal dari pasar ke pusat kota nggak sampai 5 menit. Sementara dari rumah ke pusat kota lumayan makan banyak waktu. Pergi ke pusat kota pun bingung harus ngambil jalan mana, soalnya ada 2 arah. Udah gitu males ketemu tetangga. Baru sampai udah pergi lagi, entar dikiranya lagi banyak duit.
Pendapat istri, saya pikir, ada benarnya. Saya ajak pulang tadinya ingin sholat jumat di rumah dulu. Kalau sudah jumatan baru berangkat lagi. Tapi ide yang ada di kepala tidak efisien. Tidak efektif. Jadwal sholat jumat kurang lebih 30 menitan lagi. Lagian, sudah lama saya nggak jumatan di luar. Sebuah kebiasaan yang selama ini sering saya lakukan selama tinggal di kontrakan. Mumpung lagi di pasar, apa salahnya saya jumatan di luar.
Ketika keinginan istri saya amini. Saya nurut nggak jadi pulang. Masih di dalam grosir, lebih tepatnya setelah istri saya bayar ke Kassa, perut saya mendadak mules. Di situ konsentrasi saya langsung pecah, antara pengen buru-buru berangkat ke masjid, atau buru-buru ke toilet umum. Di dalam grosir sebenarnya ada toilet. Toiletnya, seingat saya, dekat gudang barang dan mushola. Tapi bangunan grosirnya sekarang sudah berubah. Saya tidak tahu posisi toiletnya sekarang sebelah mana.
Tanpa ba bi bu. Kita turun ke tempat parkiran motor. Habis nyalain motor dan bayar parkir. Saya langsung tancap gas ajak istri ke masjid baru yang sempat viral di Tiktok. Beruntung, toiletnya ada yang kosong, jamaah yang ingin melaksanakan sholat jumat masih sedikit. Saya bisa dengan mudah masuk ke toilet untuk segera buang hajat. Nggak kebayang gimana kalau toiletnya sudah penuh. Dengan kondisi yang sudah tak bisa ditahan. Saya harus bersabar antri nunggu yang di dalam toilet keluar.
Beres dari toilet, saya lihat orang-orang sudah mulai berdatangan. Ada yang jalan kaki. Ada yang bawa motor. Ada yang bawa mobil. Tak ketinggalan para pedagang asongan pun (termasuk pedagang yang bawa roda) sudah mulai berdatangan. Saya tanya ke istri jam berapa. Istri jawab jam 11:30 WIB. Masih ada waktu. Masih keburu jumatan di pusat kota. Berhubung dari rumah sudah rencana mau pergi ke pusat kota. Akhirnya kita memutuskan untuk sholat jumatnya di masjid samping sebelah Dept Store.
Selama ini saya sering ke pusat kota. Saya tidak kaget kalau Mall-Mall dan toko-toko pada sepi. Selain ekonomi sulit pasca Covid. Orang-orang sudah beralih belanjanya lewat online. Mall-Mall dan toko-toko kecil yang ada di pusat kota terkesan seperti hidup segan mati tak mau. Yang bikin saya shock saat saya melaksanakan sholat jumat di masjid samping sebuah Dept Store. Di kepala saya sudah terbayang, bakal banyak orang yang sholat jumat. Terakhir kali saya jumataan di sini, orang-orang sampai mengular ke belakang.
Namun pas kemarin saya jumatan. Yang jumatan cuma warga sekitar, pedagang, satpam, dan karyawan toko. Pengunjungnya sedikit. Bagian luar masjid yang biasanya penuh oleh jamaah. Hanya terisi setengahnya. Orang-orang yang biasanya pada berebut takut nggak kebagian tempat. Sekarang malah santai, bebas duduk dan sholat di mana saja. Perubahan zaman memang tak bisa dilawan. Aturan dan kebijakan pemerintah pun tak bisa membuat pusat-pusat perbelanjaan kembali bergeliat.
Pendapat istri, saya pikir, ada benarnya. Saya ajak pulang tadinya ingin sholat jumat di rumah dulu. Kalau sudah jumatan baru berangkat lagi. Tapi ide yang ada di kepala tidak efisien. Tidak efektif. Jadwal sholat jumat kurang lebih 30 menitan lagi. Lagian, sudah lama saya nggak jumatan di luar. Sebuah kebiasaan yang selama ini sering saya lakukan selama tinggal di kontrakan. Mumpung lagi di pasar, apa salahnya saya jumatan di luar.
Ketika keinginan istri saya amini. Saya nurut nggak jadi pulang. Masih di dalam grosir, lebih tepatnya setelah istri saya bayar ke Kassa, perut saya mendadak mules. Di situ konsentrasi saya langsung pecah, antara pengen buru-buru berangkat ke masjid, atau buru-buru ke toilet umum. Di dalam grosir sebenarnya ada toilet. Toiletnya, seingat saya, dekat gudang barang dan mushola. Tapi bangunan grosirnya sekarang sudah berubah. Saya tidak tahu posisi toiletnya sekarang sebelah mana.
Tanpa ba bi bu. Kita turun ke tempat parkiran motor. Habis nyalain motor dan bayar parkir. Saya langsung tancap gas ajak istri ke masjid baru yang sempat viral di Tiktok. Beruntung, toiletnya ada yang kosong, jamaah yang ingin melaksanakan sholat jumat masih sedikit. Saya bisa dengan mudah masuk ke toilet untuk segera buang hajat. Nggak kebayang gimana kalau toiletnya sudah penuh. Dengan kondisi yang sudah tak bisa ditahan. Saya harus bersabar antri nunggu yang di dalam toilet keluar.
Beres dari toilet, saya lihat orang-orang sudah mulai berdatangan. Ada yang jalan kaki. Ada yang bawa motor. Ada yang bawa mobil. Tak ketinggalan para pedagang asongan pun (termasuk pedagang yang bawa roda) sudah mulai berdatangan. Saya tanya ke istri jam berapa. Istri jawab jam 11:30 WIB. Masih ada waktu. Masih keburu jumatan di pusat kota. Berhubung dari rumah sudah rencana mau pergi ke pusat kota. Akhirnya kita memutuskan untuk sholat jumatnya di masjid samping sebelah Dept Store.
Selama ini saya sering ke pusat kota. Saya tidak kaget kalau Mall-Mall dan toko-toko pada sepi. Selain ekonomi sulit pasca Covid. Orang-orang sudah beralih belanjanya lewat online. Mall-Mall dan toko-toko kecil yang ada di pusat kota terkesan seperti hidup segan mati tak mau. Yang bikin saya shock saat saya melaksanakan sholat jumat di masjid samping sebuah Dept Store. Di kepala saya sudah terbayang, bakal banyak orang yang sholat jumat. Terakhir kali saya jumataan di sini, orang-orang sampai mengular ke belakang.
Namun pas kemarin saya jumatan. Yang jumatan cuma warga sekitar, pedagang, satpam, dan karyawan toko. Pengunjungnya sedikit. Bagian luar masjid yang biasanya penuh oleh jamaah. Hanya terisi setengahnya. Orang-orang yang biasanya pada berebut takut nggak kebagian tempat. Sekarang malah santai, bebas duduk dan sholat di mana saja. Perubahan zaman memang tak bisa dilawan. Aturan dan kebijakan pemerintah pun tak bisa membuat pusat-pusat perbelanjaan kembali bergeliat.