Momen yang Sangat Berkesan, Sakral, dan Fenomenal
LIBUR telah usai. Tak terasa anak-anak sudah mau seminggu masuk sekolah. Kecuali anak saya. Anak saya baru masuk hari kamis kemarin. Dapat jadwal dari sekolahnya seperti itu. Tidak seperti tahun-tahun ajaran baru sebelumnya. Khusus tahun ini hanya murid baru kelas 1 saja yang diwajibkan masuk pada hari senin, selasa, dan rabu. Hari kamis sampai jumat baru anak-anak kelas 2 ke atas dapat giliran masuk kelas.
So far, tidak masalah. Justru enak. Orang tua yang biasa antar jemput anak ke sekolah. Punya waktu lebih lama untuk santai dan berleha-leha di rumah. Kita tidak terjebak pada rutinitas hari senin yang membosankan di mana macetnya minta ampun. Saat kemarin saya antar anak ke sekolah, alhamdulillah, jalanan sudah agak lengang. Saya tidak bisa membayangkan gimana situasi dan kondisi di jalan pada hari senin kemarin. Hari normal saja macetnya nggak karuan. Apalagi hari pertama masuk sekolah sehabis libur panjang. Macetnya pasti nggak ketulungan.
Satu-satunya alasan yang membuat saya kecewa kenapa anak saya tidak masuk hari senin pas hari pertama masuk sekolah. Adalah momen saat anak-anak (murid baru dan murid lama) bersama para guru, staf, dan orang tua siswa berjejer mengelilingi kolam besar yang ada di komplek sekolah. Terus kita serempak menerbangkan balon warna-warni ke udara. Buat saya itu adalah momen yang sangat berkesan, sakral, dan fenomenal.
Yang paling memorable tentu saja pas lagi masa covid. Kita menerbangkan balon tapi tidak boleh difoto dan divideo. Maksudnya, semua rangkaian acara yang berlangsung saat itu tidak boleh di-upload ke sosmed. Boleh difoto dan divideo hanya sebatas dokumentasi pribadi. Bukan apa-apa. Waktu itu kita lagi PSBB. Ada pembatasan aktifitas masyarakat berkumpul. Baik di ruangan tertutup maupun di ruangan terbuka.
Lucu. Aneh. Ngeri-ngeri sedap. Saat covid kita semua dilanda ketakutan dan kekhawatiran. Semua orang jadi parno. Batas antara hidup dan mati sangat tipis. Kendati demikian, diantara ketakutan dan kekhawatiran, aktifitas keseharian tetap harus berjalan. Orang-orang tetap berusaha dan bekerja. Ada yang terang-terangan. Ada yang sembunyi-sembunyi. Ada juga yang tertutup tapi transparan. Seperti acara menerbangkan balon gas ke udara di sekolah.
Kembali belajar, atau orang-orang biasa menyebutnya dengan back to school, tak jarang merubah prilaku seseorang. Terutama bagi para orang tua yang anaknya pertama kali masuk sekolah. Sibuknya bukan main. Pertama, sibuk mendaftarkan anaknya ke sekolah. Kedua, sibuk membeli perlengkapan seperti seragam, tas, sepatu, dan buku. Ketiga, sibuk antar jemput. Orang tua yang awalnya tidak bersingggungan dengan sekolah tiba-tiba harus beradaptasi.
Demikian halnya dengan tetangga saya. Kemarin-kemarin dia jarang sholat berjemaah ke masjid. Sholat ke masjidnya kalau jumatan, tarawih di bulan Ramadhan, dan sholat sunat pas hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Berhubung anaknya sekarang sudah masuk sekolah. Dia jadi sering bawa anaknya sholat ke masjid. Mungkin dia mau nunjukin ke anaknya, kalau dia adalah seorang ayah yang teladan.
So far, tidak masalah. Justru enak. Orang tua yang biasa antar jemput anak ke sekolah. Punya waktu lebih lama untuk santai dan berleha-leha di rumah. Kita tidak terjebak pada rutinitas hari senin yang membosankan di mana macetnya minta ampun. Saat kemarin saya antar anak ke sekolah, alhamdulillah, jalanan sudah agak lengang. Saya tidak bisa membayangkan gimana situasi dan kondisi di jalan pada hari senin kemarin. Hari normal saja macetnya nggak karuan. Apalagi hari pertama masuk sekolah sehabis libur panjang. Macetnya pasti nggak ketulungan.
Satu-satunya alasan yang membuat saya kecewa kenapa anak saya tidak masuk hari senin pas hari pertama masuk sekolah. Adalah momen saat anak-anak (murid baru dan murid lama) bersama para guru, staf, dan orang tua siswa berjejer mengelilingi kolam besar yang ada di komplek sekolah. Terus kita serempak menerbangkan balon warna-warni ke udara. Buat saya itu adalah momen yang sangat berkesan, sakral, dan fenomenal.
Yang paling memorable tentu saja pas lagi masa covid. Kita menerbangkan balon tapi tidak boleh difoto dan divideo. Maksudnya, semua rangkaian acara yang berlangsung saat itu tidak boleh di-upload ke sosmed. Boleh difoto dan divideo hanya sebatas dokumentasi pribadi. Bukan apa-apa. Waktu itu kita lagi PSBB. Ada pembatasan aktifitas masyarakat berkumpul. Baik di ruangan tertutup maupun di ruangan terbuka.
Lucu. Aneh. Ngeri-ngeri sedap. Saat covid kita semua dilanda ketakutan dan kekhawatiran. Semua orang jadi parno. Batas antara hidup dan mati sangat tipis. Kendati demikian, diantara ketakutan dan kekhawatiran, aktifitas keseharian tetap harus berjalan. Orang-orang tetap berusaha dan bekerja. Ada yang terang-terangan. Ada yang sembunyi-sembunyi. Ada juga yang tertutup tapi transparan. Seperti acara menerbangkan balon gas ke udara di sekolah.
Kembali belajar, atau orang-orang biasa menyebutnya dengan back to school, tak jarang merubah prilaku seseorang. Terutama bagi para orang tua yang anaknya pertama kali masuk sekolah. Sibuknya bukan main. Pertama, sibuk mendaftarkan anaknya ke sekolah. Kedua, sibuk membeli perlengkapan seperti seragam, tas, sepatu, dan buku. Ketiga, sibuk antar jemput. Orang tua yang awalnya tidak bersingggungan dengan sekolah tiba-tiba harus beradaptasi.
Demikian halnya dengan tetangga saya. Kemarin-kemarin dia jarang sholat berjemaah ke masjid. Sholat ke masjidnya kalau jumatan, tarawih di bulan Ramadhan, dan sholat sunat pas hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Berhubung anaknya sekarang sudah masuk sekolah. Dia jadi sering bawa anaknya sholat ke masjid. Mungkin dia mau nunjukin ke anaknya, kalau dia adalah seorang ayah yang teladan.