Ikut Bangga Lihat Teman Terpilih Jadi Anggota Paskibraka
TIGA tahun ke belakang. Saya tidak lagi tertarik apalagi tergiur dengan dunia politik. Apa pun beritanya, entah kenapa saya seperti bodo amat. Nggak peduli dengan situasi dan kondisi yang terjadi akhir-akhir ini. Penyebabnya bisa jadi umur saya yang semakin bertambah. Kondisi ekonomi yang tidak menentu. Atau saya punya mainan baru, konsentrasi baru, yang menjadi titik fokus.
Disadari atau tidak. Berita politik yang terjadi di negara kita. Dari dulu sampai sekarang. Kalau kita terus mengikuti perkembangannya. Bisa membuat asam lambuk naik. Kepala pusing. Hidup jadi stress. Silang sengkarut dunia politik bisa mengganggu kesehatan. Apalagi kalau kita termasuk orang yang kontra dengan kebijakan-kebijakan pemerintah. Memikirkan sepak terjang elit politik akan mengundang berbagai macam penyakit.
Maka dari itu, untuk kehidupan yang lebih baik, perlahan-lahan saya mulai abai dan tidak lagi memperhatikan dunia politik. Sebagai masyarakat biasa, yang tidak punya jabatan strategis terkait kedinasan, fokus saya setiap hari hanya bisnis dan bisnis. Nyari duit buat nafkah anak istri. Ngejar cita-cita yang belum tercapai. Baik cita-cita pribadi. Mau pun cita-cita keluarga.
Kendati demikian, nasionalisme dalam dada tetap menyala. Apalagi hari ini, sabtu 17 agustus tahun 2024, adalah hari raya kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 79. Sikap patriotik yang tertanam dari kecil. Di mana nilai-nilai pancasila yang diajarkan oleh guru di sekolah. Kerap meronta-ronta. Ingin rasanya saya berbuat sesuatu yang terbaik buat negara. Sayang ide-ide yang ada di kepala, sering terbentur oleh ide-ide yang dimiliki orang lain, mana kala saya bukan bagian dari panitia Agustusan.
Pada saat artikel ini saya tulis. Saya baru saja selesai nonton acara pengibaran bendera sang saka merah putih di IKN. Rangkaian acaranya menurut saya sangat menarik. Tapi yang lebih menarik tentu saja soal paskibraka. Di mana akhir-akhir ini ramai di jagat medsos berita terkait paskibraka yang harus lepas jilbab. Saya tidak begitu mengikuti beritanya. Saya hanya baca dan lihat selintas-selintas.
Soal paskibraka ini. Meskipun saya tidak pernah ikutan apalagi terpilih sebagai pasukan pengibar bendera pusaka. Saya merasa bangga karena dulu waktu saya sekolah SMP, dua orang teman saya ada yang terpilih mewakili kota saya untuk jadi paskibraka di ibu kota provinsi. Waktu itu kalau tidak salah dari kota saya yang terpilih ada tiga orang. Nah, yang dua orang ini ternyata teman-teman saya satu kelas.
Saya masih ingat. Rasa bangga saya semakin bertambah. Saat teman-teman saya waktu acara pengibaran bendera merah putihnya tersorot oleh kamera muncul di layar televisi. Sebagai teman saja, saya benar-benar merasa senang dan terharu. Apalagi keluarga atau orang tua yang anaknya terpilih menjadi paskibraka di istana negara. Rasa senang, bahagia, campur haru, pasti tidak akan pernah terlupakan.
Disadari atau tidak. Berita politik yang terjadi di negara kita. Dari dulu sampai sekarang. Kalau kita terus mengikuti perkembangannya. Bisa membuat asam lambuk naik. Kepala pusing. Hidup jadi stress. Silang sengkarut dunia politik bisa mengganggu kesehatan. Apalagi kalau kita termasuk orang yang kontra dengan kebijakan-kebijakan pemerintah. Memikirkan sepak terjang elit politik akan mengundang berbagai macam penyakit.
Maka dari itu, untuk kehidupan yang lebih baik, perlahan-lahan saya mulai abai dan tidak lagi memperhatikan dunia politik. Sebagai masyarakat biasa, yang tidak punya jabatan strategis terkait kedinasan, fokus saya setiap hari hanya bisnis dan bisnis. Nyari duit buat nafkah anak istri. Ngejar cita-cita yang belum tercapai. Baik cita-cita pribadi. Mau pun cita-cita keluarga.
Kendati demikian, nasionalisme dalam dada tetap menyala. Apalagi hari ini, sabtu 17 agustus tahun 2024, adalah hari raya kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 79. Sikap patriotik yang tertanam dari kecil. Di mana nilai-nilai pancasila yang diajarkan oleh guru di sekolah. Kerap meronta-ronta. Ingin rasanya saya berbuat sesuatu yang terbaik buat negara. Sayang ide-ide yang ada di kepala, sering terbentur oleh ide-ide yang dimiliki orang lain, mana kala saya bukan bagian dari panitia Agustusan.
Pada saat artikel ini saya tulis. Saya baru saja selesai nonton acara pengibaran bendera sang saka merah putih di IKN. Rangkaian acaranya menurut saya sangat menarik. Tapi yang lebih menarik tentu saja soal paskibraka. Di mana akhir-akhir ini ramai di jagat medsos berita terkait paskibraka yang harus lepas jilbab. Saya tidak begitu mengikuti beritanya. Saya hanya baca dan lihat selintas-selintas.
Soal paskibraka ini. Meskipun saya tidak pernah ikutan apalagi terpilih sebagai pasukan pengibar bendera pusaka. Saya merasa bangga karena dulu waktu saya sekolah SMP, dua orang teman saya ada yang terpilih mewakili kota saya untuk jadi paskibraka di ibu kota provinsi. Waktu itu kalau tidak salah dari kota saya yang terpilih ada tiga orang. Nah, yang dua orang ini ternyata teman-teman saya satu kelas.
Saya masih ingat. Rasa bangga saya semakin bertambah. Saat teman-teman saya waktu acara pengibaran bendera merah putihnya tersorot oleh kamera muncul di layar televisi. Sebagai teman saja, saya benar-benar merasa senang dan terharu. Apalagi keluarga atau orang tua yang anaknya terpilih menjadi paskibraka di istana negara. Rasa senang, bahagia, campur haru, pasti tidak akan pernah terlupakan.