Motor PCX dan Uang 40 Juta Sisa Penjualan Rumah Dibawa Kabur oleh Suami
SUDAH tarik selimut. Siap-siap mau tidur lagi sehabis sahur dan sholat shubuh. Tiba-tiba ada yang kirim WA. "Assalamualaikum", katanya. Saya lihat siapa yang kirim WA. Ups, si ibu istri pengacara. Tumben, ada apa. Tanya saya dalam hati. Siapa tahu ada hal yang penting. Langsung saya balas pesannya: "Waalaikumsalam".
Setelah saya jawab pesannya. Si ibu kirim chat lagi. Dia mau nelpon, bisa nggak, katanya. Takut kenapa-kenapa, lagian saya juga penasaran, tak ada gugur tak ada angin tiba-tiba si ibu kirim WA. Saya persilahkan saja si ibu buat nelpon. Dari obrolan di telepon itulah kemudian saya tahu kenapa si ibu kirim WA pagi-pagi.
Waktu si ibu cerita. Saya benar-benar kaget. Sedikitpun saya tak menyangka, kalau si bapak, suaminya yang pengacara bisa setega itu sama si ibu. Si bapak katanya kabur dari rumah. Ngambil motor PCX, berikut uang 40 juta sisa pembayaran rumah yang waktu itu pernah saya ceritakan. Uang 40 juta itu diambil sendiri oleh si bapak ke pembelinya tanpa sepengetahuan si ibu.
Lebih kaget lagi waktu si ibu bilang. Dari sisa pembayaran rumah tersebut dia katanya sudah janji mau ngasih komisi ke saya. Padahal rumah si ibu lakunya bukan oleh saya. Tapi oleh si ibu sendiri dijual langsung ke saudaranya. Sungguh si ibu orang yang berhati mulia. Sekali lagi, saya benar-benar tak menyangka. Saya pikir si bapak orang baik-baik.
Pertama bertemu di taman olahraga, waktu main ke pasar kaget. Si bapak orangnya lemah lembut. Kata-katanya teratur. Saat ngobrol berdua, saya merasa segan sekali. Saya yang bukan siapa-siapa, senang banget bisa berkenalan dengan seorang pengacara dari Bali. Saat itu pun saya langsung dikenalin sama si ibu. Waktu itu si ibu tampak jutek sekali.
Sekarang setelah tahu jalan ceritanya. Penilaian saya sama si bapak jadi berubah 180 derajat. Sebaliknya, dulu saya ngira si ibu orangnya jutek, ternyata orangnya sangat baik dan perhatian. Sampai-sampai dia mau ngasih komisi ke saya. Padahal tidak ada hubungan saudara, tidak berjasa terhadap penjualan rumahnya. Kenal juga baru-baru ini. Baru ketemu sekali, di taman olahraga itu.
Setelah curhat tentang kelakuan suaminya. Si ibu kemudian minta tolong sama saya buat jualin rumah yang satunya lagi. Rumah yang baru dibeli setahun lalu. Rumah itu tadinya buat invest. Tapi karena si ibu mengalami berbagai masalah yang sangat menguras airmata. Rumah yang tersisa itu katanya mau dijual. Kalau laku, si ibu nanti mau tinggal bareng sama anaknya di Bandung.
Setelah saya jawab pesannya. Si ibu kirim chat lagi. Dia mau nelpon, bisa nggak, katanya. Takut kenapa-kenapa, lagian saya juga penasaran, tak ada gugur tak ada angin tiba-tiba si ibu kirim WA. Saya persilahkan saja si ibu buat nelpon. Dari obrolan di telepon itulah kemudian saya tahu kenapa si ibu kirim WA pagi-pagi.
Waktu si ibu cerita. Saya benar-benar kaget. Sedikitpun saya tak menyangka, kalau si bapak, suaminya yang pengacara bisa setega itu sama si ibu. Si bapak katanya kabur dari rumah. Ngambil motor PCX, berikut uang 40 juta sisa pembayaran rumah yang waktu itu pernah saya ceritakan. Uang 40 juta itu diambil sendiri oleh si bapak ke pembelinya tanpa sepengetahuan si ibu.
Lebih kaget lagi waktu si ibu bilang. Dari sisa pembayaran rumah tersebut dia katanya sudah janji mau ngasih komisi ke saya. Padahal rumah si ibu lakunya bukan oleh saya. Tapi oleh si ibu sendiri dijual langsung ke saudaranya. Sungguh si ibu orang yang berhati mulia. Sekali lagi, saya benar-benar tak menyangka. Saya pikir si bapak orang baik-baik.
Pertama bertemu di taman olahraga, waktu main ke pasar kaget. Si bapak orangnya lemah lembut. Kata-katanya teratur. Saat ngobrol berdua, saya merasa segan sekali. Saya yang bukan siapa-siapa, senang banget bisa berkenalan dengan seorang pengacara dari Bali. Saat itu pun saya langsung dikenalin sama si ibu. Waktu itu si ibu tampak jutek sekali.
Sekarang setelah tahu jalan ceritanya. Penilaian saya sama si bapak jadi berubah 180 derajat. Sebaliknya, dulu saya ngira si ibu orangnya jutek, ternyata orangnya sangat baik dan perhatian. Sampai-sampai dia mau ngasih komisi ke saya. Padahal tidak ada hubungan saudara, tidak berjasa terhadap penjualan rumahnya. Kenal juga baru-baru ini. Baru ketemu sekali, di taman olahraga itu.
Setelah curhat tentang kelakuan suaminya. Si ibu kemudian minta tolong sama saya buat jualin rumah yang satunya lagi. Rumah yang baru dibeli setahun lalu. Rumah itu tadinya buat invest. Tapi karena si ibu mengalami berbagai masalah yang sangat menguras airmata. Rumah yang tersisa itu katanya mau dijual. Kalau laku, si ibu nanti mau tinggal bareng sama anaknya di Bandung.