Komisi 100 Juta di Depan Mata Melayang Begitu Saja
BANGUN siang, rezeki dipatok ayam. Bangun sebelum maghrib, mendingan ke laut saja. Pepatah yang pertama. Adalah mitos yang terkenal di tengah masyarakat. Pepatah tersebut ditujukan pada orang yang malas. Setiap hari kerjanya tidur melulu. Pepatah yang kedua. Saya sendiri yang bikin. Saya tujukan khusus buat teman saya yang malas dan suka tidur. Tapi malas dan tidurnya kebablasan.
Bagaimana tidak, gara-gara dia malas. Tidur seharian dari pagi sampai mau maghrib. Peluang untuk mendapatkan komisi 100 juta perorang sirna sudah. Yang bikin saya nyesek nggak jadinya itu bukan dalam hitungan hari. Tapi dalam hitungan jam. Siang kita janjian dengan konsumen mau survey ke lokasi. Sorenya konsumen ngasih kabar sudah dapat lokasi yang cocok di tempat lain.
Biar teman-teman tidak penasaran. Saya ceritakan kronologinya dari awal. Selain bisnis online, saya lagi mencoba hal baru, bisnis jual beli rumah. Suatu hari saya ketemu dengan teman saya. Awalnya kita ngobrol biasa ngalor ngidul. Namun waktu saya cerita saya lagi jual beli rumah. Teman saya minta tolong jualin gudang. Tapi dia tidak langsung sama pemiliknya. Ada temannya lagi satu orang yang dipercaya pegang kunci.
Harga gudangnya 2 M. Saya tawarkan dengan harga 2,5 M. Bila mana ada konsumen yang berminat lalu nawar harga. Kita bertiga sepakat kasih harga 2,3 M nett. Biar masing-masing dapat komisi 100 juta perorang. Hari berganti waktu berlalu, jual gudang ternyata tak seramai jual rumah. Rumah-rumah yang saya tawarkan tiap hari selalu ada yang nanya. Sementara gudang dalam sebulan yang nanya paling 2-3 orang.
Begitu ada konsumen serius dari luar kota, langsung pembeli, bukan lewat mediator lagi tertarik sama gudang yang saya tawarkan. Saya begitu antusias melayani semua pertanyaan-pertanyaan konsumen. Intinya, dia lagi nyari gudang punya budget 2 M. Pengen harga gudangnya di bawah 2 M. Karena dari pemiliknya 2 M. Gudangnya nggak saya kasih. Negosiasi pun akhirnya menemui jalan buntu.
Waktu saya lagi sakit. Konsumen tersebut menghubungi saya lagi. Rupanya dia belum dapat gudang yang dia cari. Lalu nawar sama gudang yang saya jual. Saya bilang kalau di bawah 2 M nggak bisa. Terus dia nanya harga nett-nya berapa. Saya jawab survey saja dulu. Kalau cocok nanti nego di lokasi. Dia setuju. Bahkan dia mau nyurvey bareng dengan ibunya. Cocok tidaknya mungkin tergantung penilaian ibunya.
Sayang, konsumen nggak jadi survey ke lokasi gara-gara teman saya tidur dari pagi sampai menjelang maghrib. Waktu kesehatan saya mulai pulih, saya kontak lagi konsumen tersebut, saya tanya gudangnya sudah dapat apa belum. Jawab konsumen bilangnya masih belum dapat. Lalu saya rayu, gudang yang ini saja. Konsumen ada respon, nanya ke saya bisanya jam berapa, kebetulan ibunya masih ada. Hari ini juga katanya mau survey ke beberapa tempat.
Singkat cerita. Dapat komisi 100 juta perorang sekarang hanya angan-angan. Waktu saya ajak teman saya ambil kunci. Orang yang pegang kunci, Hp-nya nggak aktif. Saya balik lagi sorenya, teman saya malah makan dulu, santai dulu. Yang pegang kunci sore itu Hp-nya sudah aktif tapi lagi di luar kota. Kalau mau nyurvey nyuruh kita untuk ambil kunci langsung ke pemiliknya. Pas saya tanya ke konsumen: "Pak, jadi nyurveynya sore ini?" Konsumennya langsung jawab: "Maaf pak sudah dapat di tempat lain".
Bagaimana tidak, gara-gara dia malas. Tidur seharian dari pagi sampai mau maghrib. Peluang untuk mendapatkan komisi 100 juta perorang sirna sudah. Yang bikin saya nyesek nggak jadinya itu bukan dalam hitungan hari. Tapi dalam hitungan jam. Siang kita janjian dengan konsumen mau survey ke lokasi. Sorenya konsumen ngasih kabar sudah dapat lokasi yang cocok di tempat lain.
Biar teman-teman tidak penasaran. Saya ceritakan kronologinya dari awal. Selain bisnis online, saya lagi mencoba hal baru, bisnis jual beli rumah. Suatu hari saya ketemu dengan teman saya. Awalnya kita ngobrol biasa ngalor ngidul. Namun waktu saya cerita saya lagi jual beli rumah. Teman saya minta tolong jualin gudang. Tapi dia tidak langsung sama pemiliknya. Ada temannya lagi satu orang yang dipercaya pegang kunci.
Harga gudangnya 2 M. Saya tawarkan dengan harga 2,5 M. Bila mana ada konsumen yang berminat lalu nawar harga. Kita bertiga sepakat kasih harga 2,3 M nett. Biar masing-masing dapat komisi 100 juta perorang. Hari berganti waktu berlalu, jual gudang ternyata tak seramai jual rumah. Rumah-rumah yang saya tawarkan tiap hari selalu ada yang nanya. Sementara gudang dalam sebulan yang nanya paling 2-3 orang.
Begitu ada konsumen serius dari luar kota, langsung pembeli, bukan lewat mediator lagi tertarik sama gudang yang saya tawarkan. Saya begitu antusias melayani semua pertanyaan-pertanyaan konsumen. Intinya, dia lagi nyari gudang punya budget 2 M. Pengen harga gudangnya di bawah 2 M. Karena dari pemiliknya 2 M. Gudangnya nggak saya kasih. Negosiasi pun akhirnya menemui jalan buntu.
Waktu saya lagi sakit. Konsumen tersebut menghubungi saya lagi. Rupanya dia belum dapat gudang yang dia cari. Lalu nawar sama gudang yang saya jual. Saya bilang kalau di bawah 2 M nggak bisa. Terus dia nanya harga nett-nya berapa. Saya jawab survey saja dulu. Kalau cocok nanti nego di lokasi. Dia setuju. Bahkan dia mau nyurvey bareng dengan ibunya. Cocok tidaknya mungkin tergantung penilaian ibunya.
Sayang, konsumen nggak jadi survey ke lokasi gara-gara teman saya tidur dari pagi sampai menjelang maghrib. Waktu kesehatan saya mulai pulih, saya kontak lagi konsumen tersebut, saya tanya gudangnya sudah dapat apa belum. Jawab konsumen bilangnya masih belum dapat. Lalu saya rayu, gudang yang ini saja. Konsumen ada respon, nanya ke saya bisanya jam berapa, kebetulan ibunya masih ada. Hari ini juga katanya mau survey ke beberapa tempat.
Singkat cerita. Dapat komisi 100 juta perorang sekarang hanya angan-angan. Waktu saya ajak teman saya ambil kunci. Orang yang pegang kunci, Hp-nya nggak aktif. Saya balik lagi sorenya, teman saya malah makan dulu, santai dulu. Yang pegang kunci sore itu Hp-nya sudah aktif tapi lagi di luar kota. Kalau mau nyurvey nyuruh kita untuk ambil kunci langsung ke pemiliknya. Pas saya tanya ke konsumen: "Pak, jadi nyurveynya sore ini?" Konsumennya langsung jawab: "Maaf pak sudah dapat di tempat lain".