Episode Terakhir Kisah Orang Baik: Suaminya Jarang Sholat Ke Masjid
CERITA tentang orang baik masih belum selesai. Kisah hidup yang dia ceritakan ke saya belum saya kupas seluruhnya. Terutama soal penyebab dia bermasalah dengan suaminya. Ini ada kaitannya dengan didikan orang tua yang artikelnya saya posting tempo hari. Jika teman-teman masih setia mantengin blog saya. Bagian terakhir dari kisah orang baik ini, wajib teman-teman lahap.
Orang baik ini termasuk keluarga berada. Suaminya punya jabatan mentereng. Saat masih kerja di luar kota, mereka hidup rukun dan damai. Percikan-percikan api dalam rumah tangga mereka mulai meletup pas suaminya dipindah tugaskan dari kantor yang lama ke kantor yang baru. Percikan-percikan api itu lama-lama membesar hingga akhirnya membakar habis rumah tangga yang mereka bangun selama puluhan tahun.
Namanya orang kaya. Dari sisi ekonomi tentu mereka tidak kekurangan. Anak-anaknya berpendidikan tinggi. Anak pertama, begitu lulus kuliah, langsung kerja di luar negeri. Anak ke dua dan ke tiga, kerja di perusahan swasta di ibu kota. Anak ke empat dan ke lima sekolah di SMU dan SD favourit. Berangkat dan pulang sekolahnya selalu diantar dan dijemput pakai mobil.
Satu-satunya kekurangan dari keluarga orang baik ini adalah suaminya jarang sholat ke masjid. Jarang ikut pengajian. Ini yang menimbulkan konflik batin bagi sang istri di mana dia sudah mulai sadar akan usia, hidup ini dari mana mau ke mana, punya harta banyak kalau mati nggak bakal dibawa. Maka pada suatu hari, si istri nyuruh suaminya untuk pergi sholat ke masjid.
Di masjid, menurut cerita si istri, suaminya ketemu dengan salah satu jamaah. Setelah ketemu dengan jamaah, suaminya seperti menemukan hidayah. Suaminya jadi sering ke masjid. Sering ikut pengajian. Sering bersedekah. Jadi lebih agamis. Saking agamisnya, si suami sampai nyuruh istrinya memakai cadar. Melihat perubahan drastis suaminya. Istrinya ikut senang.
Masalah kemudian muncul. Setelah suaminya jadi donatur jamaah tersebut. Setiap ada kegiatan dari jamaah, suaminya selalu jor-joran dalam menyumbang. Dari situ si istri mulai merasakan ada yang tidak beres. Setelah ikut jamaah tersebut, suaminya jadi lebih mementingkan jamaah ketimbang keluarga. Anak nggak diurus. Istri jarang diperhatikan. Masalah keuangan, gaji dan segala macam, nggak jelas larinya ke mana.
Karena sering cekcok, sang suami tiba-tiba menggugat cerai. Si istri bertahan tidak menuruti kemauan suami. Keluarga mereka, yang awalnya rukun dan damai, sekarang jadi hancur. Rumah mewah yang dulu ditinggali bersama sekarang statusnya jadi sengketa. Setelah beli lagi rumah di tempat lain. Kabar terakhir yang saya dengar dari istrinya, si suami suka sakit-sakitan.
Orang baik ini termasuk keluarga berada. Suaminya punya jabatan mentereng. Saat masih kerja di luar kota, mereka hidup rukun dan damai. Percikan-percikan api dalam rumah tangga mereka mulai meletup pas suaminya dipindah tugaskan dari kantor yang lama ke kantor yang baru. Percikan-percikan api itu lama-lama membesar hingga akhirnya membakar habis rumah tangga yang mereka bangun selama puluhan tahun.
Namanya orang kaya. Dari sisi ekonomi tentu mereka tidak kekurangan. Anak-anaknya berpendidikan tinggi. Anak pertama, begitu lulus kuliah, langsung kerja di luar negeri. Anak ke dua dan ke tiga, kerja di perusahan swasta di ibu kota. Anak ke empat dan ke lima sekolah di SMU dan SD favourit. Berangkat dan pulang sekolahnya selalu diantar dan dijemput pakai mobil.
Satu-satunya kekurangan dari keluarga orang baik ini adalah suaminya jarang sholat ke masjid. Jarang ikut pengajian. Ini yang menimbulkan konflik batin bagi sang istri di mana dia sudah mulai sadar akan usia, hidup ini dari mana mau ke mana, punya harta banyak kalau mati nggak bakal dibawa. Maka pada suatu hari, si istri nyuruh suaminya untuk pergi sholat ke masjid.
Di masjid, menurut cerita si istri, suaminya ketemu dengan salah satu jamaah. Setelah ketemu dengan jamaah, suaminya seperti menemukan hidayah. Suaminya jadi sering ke masjid. Sering ikut pengajian. Sering bersedekah. Jadi lebih agamis. Saking agamisnya, si suami sampai nyuruh istrinya memakai cadar. Melihat perubahan drastis suaminya. Istrinya ikut senang.
Masalah kemudian muncul. Setelah suaminya jadi donatur jamaah tersebut. Setiap ada kegiatan dari jamaah, suaminya selalu jor-joran dalam menyumbang. Dari situ si istri mulai merasakan ada yang tidak beres. Setelah ikut jamaah tersebut, suaminya jadi lebih mementingkan jamaah ketimbang keluarga. Anak nggak diurus. Istri jarang diperhatikan. Masalah keuangan, gaji dan segala macam, nggak jelas larinya ke mana.
Karena sering cekcok, sang suami tiba-tiba menggugat cerai. Si istri bertahan tidak menuruti kemauan suami. Keluarga mereka, yang awalnya rukun dan damai, sekarang jadi hancur. Rumah mewah yang dulu ditinggali bersama sekarang statusnya jadi sengketa. Setelah beli lagi rumah di tempat lain. Kabar terakhir yang saya dengar dari istrinya, si suami suka sakit-sakitan.