Seorang Ayah Harus Membimbing Anaknya untuk Selalu Dekat dengan Al-Quran
JADI ayah yang baik buat anak dan suami yang bertanggung jawab buat istri ternyata susah. Yang kita lakukan, yang kita kerjakan, sepintas seperti sedang menuju ke sana. Padahal, kalau kita hayati dengan penuh kesadaran, posisi kita masih jauh dari track yang sudah ditentukan.
Urusan dunia tentu menjadi faktor utama yang membuat kita belum bisa menjadi ayah yang baik dan suami yang bertanggung jawab. Dengan dalih sibuk mengurus ini itu, kita kerap beralasan bahwa semua yang kita lakukan, semua yang kita kerjakan, semata-semata karena ibadah. Semata-mata untuk menghidupi keluarga.
Tak ada yang salah sebenarnya memiliki pendapat seperti itu. Sebagai ayah sekaligus suami, kewajiban kita memang harus seperti itu. Hanya, dari sisi keimanan dan ketakwaan, nilai kita sebagai ayah sekaligus suami, masih ada yang kurang. Masih ada yang harus dilengkapi.
Bulan Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk kita bermuhasabah. Bulan Ramadhan adalah tempat yang tepat untuk kita merenung, berpikir, dan bertanya: sudah sejauh mana kita melaksanakan kewajiban sebagai ayah untuk anak-anak. Sudah sejauh mana kita menunaikan hak dan kewajiban kita sebagai suami terhadap istri.
Di bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini. Tiba-tiba saya kepikiran sesuatu yang selama ini belum saya lakukan. Ramadhan-ramadhan sebelumnya mungkin masih bisa dimaklumi. Situasi dan kondisi saat itu belum memungkinkan. Saya sibuk. Istri sibuk. Anak saya juga belum cukup umur.
Berhubung sekarang situasi dan kondisinya sudah pas. Banyak sekali waktu luangnya. Saya mencoba untuk merealisasikan sesuatu yang ingin saya kerjakan. Yakni saya ingin mengajar ngaji anak saya. Anak saya sudah hafal beberapa surat. Yang saya maksud ngajar ngaji adalah saya ingin memposisikan diri bahwa seorang ayah harus membimbing anaknya untuk selalu dekat dengan al-quran.
Rencana saya sebenarnya ada dua. Membimbing anak sama membimbing istri. Tapi karena awal puasa istri sedang berhalangan. Jadinya saya membimbing anak dulu. Dengan saya mengajari anak saya ngaji. Minimal saya punya bekal jika kelak saya dihisab. Sekaligus sebagai bukti dan tanggung jawab sebagai ayah terhadap anak selama hidup dunia.
Urusan dunia tentu menjadi faktor utama yang membuat kita belum bisa menjadi ayah yang baik dan suami yang bertanggung jawab. Dengan dalih sibuk mengurus ini itu, kita kerap beralasan bahwa semua yang kita lakukan, semua yang kita kerjakan, semata-semata karena ibadah. Semata-mata untuk menghidupi keluarga.
Tak ada yang salah sebenarnya memiliki pendapat seperti itu. Sebagai ayah sekaligus suami, kewajiban kita memang harus seperti itu. Hanya, dari sisi keimanan dan ketakwaan, nilai kita sebagai ayah sekaligus suami, masih ada yang kurang. Masih ada yang harus dilengkapi.
Bulan Ramadhan adalah momentum yang tepat untuk kita bermuhasabah. Bulan Ramadhan adalah tempat yang tepat untuk kita merenung, berpikir, dan bertanya: sudah sejauh mana kita melaksanakan kewajiban sebagai ayah untuk anak-anak. Sudah sejauh mana kita menunaikan hak dan kewajiban kita sebagai suami terhadap istri.
Di bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini. Tiba-tiba saya kepikiran sesuatu yang selama ini belum saya lakukan. Ramadhan-ramadhan sebelumnya mungkin masih bisa dimaklumi. Situasi dan kondisi saat itu belum memungkinkan. Saya sibuk. Istri sibuk. Anak saya juga belum cukup umur.
Berhubung sekarang situasi dan kondisinya sudah pas. Banyak sekali waktu luangnya. Saya mencoba untuk merealisasikan sesuatu yang ingin saya kerjakan. Yakni saya ingin mengajar ngaji anak saya. Anak saya sudah hafal beberapa surat. Yang saya maksud ngajar ngaji adalah saya ingin memposisikan diri bahwa seorang ayah harus membimbing anaknya untuk selalu dekat dengan al-quran.
Rencana saya sebenarnya ada dua. Membimbing anak sama membimbing istri. Tapi karena awal puasa istri sedang berhalangan. Jadinya saya membimbing anak dulu. Dengan saya mengajari anak saya ngaji. Minimal saya punya bekal jika kelak saya dihisab. Sekaligus sebagai bukti dan tanggung jawab sebagai ayah terhadap anak selama hidup dunia.