Presiden dan Wakil Presiden yang Terpilih Merupakan Putra Terbaik Bangsa

BERUNTUNG banget kita hidup di Indonesia. Meskipun suhu politik akhir-akhir ini kian memanas. Di mana kita dihadapkan pada situasi harus memilih calon Presiden dan Wakil Presiden yang baru. Yang tentu saja akan membuat sesama saudara, sesama tetangga, sesama teman dan komunitas, dipastikan akan berbeda pilihan. Tapi kita masih tetap hidup rukun dan damai.

Sejatinya memang harus seperti itu. Ngapain ribut-ribut. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden adalah pesta demokrasi yang dilaksanakan selama 5 tahun sekali. Belajar dari yang sudah-sudah, siapa pun Presiden yang terpilih nanti. Yang nentuin masa depan kita adalah diri kita sendiri. Bukan orang lain. Bukan pula seorang pemimpin.

Presiden-dan-Wakil-Presiden-yang-Terpilih-Merupakan-Putra-Terbaik-Bangsa.jpg

Tugas Presiden adalah mengurus negara. Kita tugasnya mengurus keluarga. Presiden adalah kepala negara. Kita adalah kepala keluarga. Di situ sudah jelas. Nasib dan masa depan bangsa ditentukan oleh kepala negara. Nasib dan masa depan rumah tangga ditentukan oleh kepala keluarga. Kalau pun ada korelasinya, kepala negara harus membuat aturan dan undang-undang yang memihak pada kepala keluarga.

Disadari atau tidak. Setiap pergantian Presiden. Situasi dan kondisi negara kerap berubah. Ada yang ke arah lebih baik. Ada juga yang mundur ke belakang. Namun situasi seperti itu masuknya dalam ranah perspektif. Baik menurut orang yang berpikiran positif. Jelek menurut orang yang berpikiran negatif. Kedua perspektif tersebut memiliki dasar dan acuan masing-masing.

Presiden-dan-Wakil-Presiden-yang-Terpilih-Merupakan-Putra-Terbaik-Bangsa.jpg

Bagi yang kondisi ekonominya membaik setelah pergantian Presiden. Dia ada di barisan orang yang berpikiran positif. Sebaliknya, bagi yang kondisi ekonominya memburuk setelah pergantian Presiden. Dia berada di barisan orang yang berpikiran negatif. Kedua barisan ini sebenarnya tidak salah. Dan tidak harus saling menyalahkan. Naik turunnya kondisi ekonomi ujung pangkalnya tetap ada di aturan dan kebijakan pemerintah.

Zaman Presiden SBY banyak orang yang kaya mendadak. Banyak juga orang yang mendadak bangkrut. Demikian halnya di zaman Presiden Jokowi, Presiden Gusdur, Megawati, Habibie, Soeharto, dan Soekarno. Terlepas dari perkembangan zaman. Hal seperti itu lumrah terjadi karena tumpang tindih kebijakan. Aturan yang sebelumnya ada mendadak dihapus. Aturan yang harusnya tidak ada malah diada-adakan.

Kesimpulan dari artikel ini. Mari kita sikapi pesta demokrasi ini dengan sikap dewasa. Siapa pun calon Presiden dan Wakil Presidennya mereka merupakan putra terbaik bangsa. Siapa pun Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih nanti harus adil dan bijaksana dalam membuat kebijakan. Sebagai kepala keluarga, kita juga harus siap menghadapi berbagai segala kemungkinan.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url