Jualan Gorengan Adalah Jalan Ninja
AWALNYA mungkin iseng. Sekedar coba-coba. Lama-lama, begitu dagangannya laris, malah ketagihan. Atau bisa juga sudah punya niat dari dulu. Nyari rumah di pinggir jalan tujuannya biar bisa dagang.
Apapun motivasinya. Sebagai konsumen, jujur, saya salut. Jualan nggak usah ribet. Dagang yang pasti-pasti saja. Pasti lakunya. Pasti konsumennya. Maka dipilihlah gorengan sebagai produk utamanya.
Orang Indonesia suka banget makan gorengan. Siapa pun yang saat ini lagi kesulitan ekonomi. Jualan gorengan adalah jalan ninja. Cara cepat untuk meraih kesuksesan. Cara mudah untuk segera pindah kuadran.
Demikian halnya dengan sepasang keluarga yang sebentar lagi mau saya bahas. Saya tidak tahu mereka aslinya orang mana. Yang saya tahu mereka beruntung bisa beli rumah di pinggir jalan. Padat penduduk. Siang malam selalu ramai.
Uniknya, mereka jualannya pagi hari doang. Jam 9-10 sudah tutup. Padahal mereka jualan di rumah sendiri. Pakai ruangan model warung gitu. Selain gorengan mereka bisa jual macam-macam. Bisa jualan dari pagi sampai malam. Seperti layaknya warung yang lain.
Sepanjang yang saya tahu, mereka tetap konsisten. Tidak kemaruk. Gorengan yang mereka jual awalnya dua jenis. Cipe dan gehu. Plus leupeut atau bacang sebagai pelengkap. Belakangan, mungkin ada permintaan dari orang-orang, mereka tambahin bala-bala.
Saya jajan ke mereka baru sebulanan. Awalnya dikasih tahu tetangga. Kalau mau gorengan katanya di sana saja. Gorengannya enak. Ukurannya besar-besar. Setelah saya coba ternyata benar juga. Cara penyajiannya juga ciamik. Bikin orang kesengsem.
Kalau pun ada kekurangan. Mereka belum menggunakan penjepit. Kalau kita beli gorengan di sana. Pesenan kita selalu dicomot pakai jari. Sempat saya ingin ngasih saran. Tapi niat itu saya tarik. Saya pikir, warung baru, biar saja mereka berproses. Toh, saya bukan mentor, bukan konsultan.
Apapun motivasinya. Sebagai konsumen, jujur, saya salut. Jualan nggak usah ribet. Dagang yang pasti-pasti saja. Pasti lakunya. Pasti konsumennya. Maka dipilihlah gorengan sebagai produk utamanya.
Orang Indonesia suka banget makan gorengan. Siapa pun yang saat ini lagi kesulitan ekonomi. Jualan gorengan adalah jalan ninja. Cara cepat untuk meraih kesuksesan. Cara mudah untuk segera pindah kuadran.
Demikian halnya dengan sepasang keluarga yang sebentar lagi mau saya bahas. Saya tidak tahu mereka aslinya orang mana. Yang saya tahu mereka beruntung bisa beli rumah di pinggir jalan. Padat penduduk. Siang malam selalu ramai.
Uniknya, mereka jualannya pagi hari doang. Jam 9-10 sudah tutup. Padahal mereka jualan di rumah sendiri. Pakai ruangan model warung gitu. Selain gorengan mereka bisa jual macam-macam. Bisa jualan dari pagi sampai malam. Seperti layaknya warung yang lain.
Sepanjang yang saya tahu, mereka tetap konsisten. Tidak kemaruk. Gorengan yang mereka jual awalnya dua jenis. Cipe dan gehu. Plus leupeut atau bacang sebagai pelengkap. Belakangan, mungkin ada permintaan dari orang-orang, mereka tambahin bala-bala.
Saya jajan ke mereka baru sebulanan. Awalnya dikasih tahu tetangga. Kalau mau gorengan katanya di sana saja. Gorengannya enak. Ukurannya besar-besar. Setelah saya coba ternyata benar juga. Cara penyajiannya juga ciamik. Bikin orang kesengsem.
Kalau pun ada kekurangan. Mereka belum menggunakan penjepit. Kalau kita beli gorengan di sana. Pesenan kita selalu dicomot pakai jari. Sempat saya ingin ngasih saran. Tapi niat itu saya tarik. Saya pikir, warung baru, biar saja mereka berproses. Toh, saya bukan mentor, bukan konsultan.