Suaranya Sangat Merdu Mirip Tilawah Manajemen Qolbu
SEJAK disuruh jadi imam sholat shubuh. Salah satu tetangga saya datang ke masjidnya suka telat. Awalnya saya mengira bangun tidurnya lelet. Maklum usia muda. Masih suka begadang, nonton Youtube, dengerin musik, atau scroll Tiktok. Tapi setelah dengar dari istri saya. Waktu ngumpul di warung, istrinya katanya cerita suaminya nggak mau disuruh lagi jadi imam. Saya yang tadinya menerka-nerka mendadak jadi ketawa-ketawa.
Yang pernah disuruh jadi imam sholat sebenarnya bukan dia saja. Tetangga saya yang satunya lagi juga pernah. Sering malah. Tapi tetangga saya itu disuruh jadi imamnya bukan pas sholat shubuh. Melainkan sholat dzuhur dan sholat ashar. Sholat yang al-fatihah dan surat pendeknya tidak harus nyaring. Jadi makmum tidak tahu sang imam bacaan sholatnya tartil atau nggak. Tajwidnya benar atau nggak. Karena suaranya tidak kedengeran.
Lain halnya dengan sholat maghrib, sholat isya, dan sholat shubuh. Di mana al-fatihah dan surat pendeknya harus kedengeran oleh jamaah. Sekalipun baca qur'annya lancar. Tajwidnya benar. Kalau tidak biasa jadi imam pasti bakalan gemetar. Apalagi yang bacaannya kurang lancar, disuruh jadi imam sholat. Lutut rasanya kayak mau copot. Kaki dan pinggang mendadak goyang-goyang.
Tetangga saya itu. Yang sholat subuhnya belakangan suka telat. Bacaan sholatnya tartil. Tajwidnya benar. Suaranya sangat merdu mirip tilawah manajemen qolbu. Jika dia tidak ragu dan tidak malu. Sebenarnya sangat cocok dan pas buat dijadikan imam. Kalau nggak mau jadi imam utama, misal sungkan ngerasa pendatang baru yang harus hormat pada warga lama. Minimal dia bisa jadi imam pelapis atau imam cadangan.
Tetangga saya yang lain. Ini orangnya beda lagi. Dia selalu rajin sholat 5 waktu di masjid. Selama ini belum pernah disuruh jadi imam. Sekalinya disuruh jadi imam. Benar-benar membuat saya tersentak. Bagaimana tidak. Saya tahunya suara istrinyalah yang enak dan merdu saat menyanyikan lagu. Tiap agustusan atau kumpul-kumpul ngaliwet malam minggu. Istrinya suka disuruh karaokean. Ternyata, suaminya tidak mau kalah.
Selain tetangga yang 3 orang tadi. Kira-kira masih ada calon-calon imam sholat yang sangat potensial? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Setiap orang mempunyai basic dan latar belakang masing-masing. Jika selama ini kita tinggal di lingkungan yang agamis. Setiap hari selalu mengerjakan sholat 5 waktu di masjid. Kemungkinan menemukan calon imam sholat potensial masih ada. Terlepas bacaan sholatnya tartil atau nggak. Mental dan karakternya biasanya sudah terbentuk.
Yang perlu ditingkatkan ke depannya justru masalah spirit dan konsistensi kita untuk tetap sholat berjamaah di masjid. Jangan karena nggak mau disuruh jadi imam sholat berangkat ke masjidnya jadi telat. Jadi imam atau jadi makmum gimana nanti saja. Yang penting sholat 5 waktu harus di masjid. Harus berjamaah dengan warga lain. Semoga artikel saya kali ini bisa menjadi pengingat kita semua yang imannya masih suka naik turun.
Yang pernah disuruh jadi imam sholat sebenarnya bukan dia saja. Tetangga saya yang satunya lagi juga pernah. Sering malah. Tapi tetangga saya itu disuruh jadi imamnya bukan pas sholat shubuh. Melainkan sholat dzuhur dan sholat ashar. Sholat yang al-fatihah dan surat pendeknya tidak harus nyaring. Jadi makmum tidak tahu sang imam bacaan sholatnya tartil atau nggak. Tajwidnya benar atau nggak. Karena suaranya tidak kedengeran.
Lain halnya dengan sholat maghrib, sholat isya, dan sholat shubuh. Di mana al-fatihah dan surat pendeknya harus kedengeran oleh jamaah. Sekalipun baca qur'annya lancar. Tajwidnya benar. Kalau tidak biasa jadi imam pasti bakalan gemetar. Apalagi yang bacaannya kurang lancar, disuruh jadi imam sholat. Lutut rasanya kayak mau copot. Kaki dan pinggang mendadak goyang-goyang.
Tetangga saya itu. Yang sholat subuhnya belakangan suka telat. Bacaan sholatnya tartil. Tajwidnya benar. Suaranya sangat merdu mirip tilawah manajemen qolbu. Jika dia tidak ragu dan tidak malu. Sebenarnya sangat cocok dan pas buat dijadikan imam. Kalau nggak mau jadi imam utama, misal sungkan ngerasa pendatang baru yang harus hormat pada warga lama. Minimal dia bisa jadi imam pelapis atau imam cadangan.
Tetangga saya yang lain. Ini orangnya beda lagi. Dia selalu rajin sholat 5 waktu di masjid. Selama ini belum pernah disuruh jadi imam. Sekalinya disuruh jadi imam. Benar-benar membuat saya tersentak. Bagaimana tidak. Saya tahunya suara istrinyalah yang enak dan merdu saat menyanyikan lagu. Tiap agustusan atau kumpul-kumpul ngaliwet malam minggu. Istrinya suka disuruh karaokean. Ternyata, suaminya tidak mau kalah.
Selain tetangga yang 3 orang tadi. Kira-kira masih ada calon-calon imam sholat yang sangat potensial? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Setiap orang mempunyai basic dan latar belakang masing-masing. Jika selama ini kita tinggal di lingkungan yang agamis. Setiap hari selalu mengerjakan sholat 5 waktu di masjid. Kemungkinan menemukan calon imam sholat potensial masih ada. Terlepas bacaan sholatnya tartil atau nggak. Mental dan karakternya biasanya sudah terbentuk.
Yang perlu ditingkatkan ke depannya justru masalah spirit dan konsistensi kita untuk tetap sholat berjamaah di masjid. Jangan karena nggak mau disuruh jadi imam sholat berangkat ke masjidnya jadi telat. Jadi imam atau jadi makmum gimana nanti saja. Yang penting sholat 5 waktu harus di masjid. Harus berjamaah dengan warga lain. Semoga artikel saya kali ini bisa menjadi pengingat kita semua yang imannya masih suka naik turun.