Celana Panjang Lututnya Sobek, Potong Saja jadi Celana Pendek
CELANA kesayangan. Model chino warna coklat bahan katun. Belinya 4 tahun yang lalu. Karena sering dipakai bagian lututnya ada yang sobek. Padahal bagian itu adalah bagian yang sangat sensitif. Celana sobek di bagian lutut tidak bisa dipakai sholat. Selain kelihatan aurat. Kalau terus dipaksakan sobekannya bakalan lebih besar.
Untuk mengatasinya saya harus cari cara. Pertama, menambal sobekan dengan jarum kecos. Orang tua zaman dulu bilangnya dikaput. Kedua, dimuseumkan. Celana itu disimpan nggak usah dipakai lagi. Bisa juga disedekahkan dikasih ke saudara atau tetangga. Ketiga, saya beli lagi yang baru. Beli celana sejenis dengan warna dan bahan yang sama. Atau beli jeans merk Lea, Lois, atau Levis.
Laki-laki beda dengan wanita. Beli baju dan celana paling setahun sekali. Biasanya kalau mau hari raya. Sedangkan wanita. Apalagi kalau banyak uang beli pakaian bisa tiap bulan. Laki-laki beli baju dan celana jarang nawar. Udah dapat langsung pulang. Sedangkan wanita. Selain suka nawar. Begitu harga deal. Tak jarang kepincut model lain. Terus kalau sudah dibayar biasanya suka ngajak keliling. Jalan-jalan, makan-makan.
Berhubung celana kesayangan. Dua opsi akhirnya saya ambil. Sebelum ditambal. Saya beli dulu celana dengan warna dan bahan yang sama. Kebetulan saya punya adik bekerja sebagai tukang jahit. Di rumahnya ada mesin jahit. Celana yang lututnya sobek itu dijahit mengunakan mesin jahit. Bukan dikaput dengan jarum kecos. Bahan untuk menambalnya saya ambil dari sisa potongan celana baru.
Nah, ngomongin celana baru. Mau dari bahan katun atau dari bahan jeans. Ukurannya biasanya suka panjang. Maka tidak usah heran jika di emperan pasar atau emperan toko kita sering melihat tukang jahit permak. Mesin jahitnya pakai mesin kejek. Jalannya menggunakan dinamo kecil atau menggunakan injakan kaki. Tukang permak ini setiap bulan Ramadhan terutama menjelang Idul Fitri selalu laris manis.
Dulu saya punya kenalan tukang jahit permak. Dia awalnya jualan aksesoris seperti tas, topi, ikat pinggang dan kacamata. Belakangan dia merangkap jadi tukang permak juga. Lapak aksesoris sama lapak permak posisinya berdampingan. Betulin celana sama dia lumayan dapat harga miring. Tapi sekarang dia udah nggak jualan aksesoris dan jasa permak lagi. Saya tanya ke tukang parkir, infonya katanya dia kerja di ibukota.
Balik lagi ke celana kesayangan. Kalau celananya pengen awet. Bagian lututnya tidak cepat sobek. Jangan keseringan dipakai. Punya saya juga walau pun kemarin sudah ditambal. Karena sering dipakai, sekarang sudah sobek lagi. Sobeknya sekarang di bagian paha. Lihat sobekannya yang cukup besar sepertinya sudah nggak bisa ditambal lagi. Kalau masih tetep mau dipakai, nggak dimuseumkan atau dikasih ke orang, paling dipotong jadi celana pendek.
Untuk mengatasinya saya harus cari cara. Pertama, menambal sobekan dengan jarum kecos. Orang tua zaman dulu bilangnya dikaput. Kedua, dimuseumkan. Celana itu disimpan nggak usah dipakai lagi. Bisa juga disedekahkan dikasih ke saudara atau tetangga. Ketiga, saya beli lagi yang baru. Beli celana sejenis dengan warna dan bahan yang sama. Atau beli jeans merk Lea, Lois, atau Levis.
Laki-laki beda dengan wanita. Beli baju dan celana paling setahun sekali. Biasanya kalau mau hari raya. Sedangkan wanita. Apalagi kalau banyak uang beli pakaian bisa tiap bulan. Laki-laki beli baju dan celana jarang nawar. Udah dapat langsung pulang. Sedangkan wanita. Selain suka nawar. Begitu harga deal. Tak jarang kepincut model lain. Terus kalau sudah dibayar biasanya suka ngajak keliling. Jalan-jalan, makan-makan.
Berhubung celana kesayangan. Dua opsi akhirnya saya ambil. Sebelum ditambal. Saya beli dulu celana dengan warna dan bahan yang sama. Kebetulan saya punya adik bekerja sebagai tukang jahit. Di rumahnya ada mesin jahit. Celana yang lututnya sobek itu dijahit mengunakan mesin jahit. Bukan dikaput dengan jarum kecos. Bahan untuk menambalnya saya ambil dari sisa potongan celana baru.
Nah, ngomongin celana baru. Mau dari bahan katun atau dari bahan jeans. Ukurannya biasanya suka panjang. Maka tidak usah heran jika di emperan pasar atau emperan toko kita sering melihat tukang jahit permak. Mesin jahitnya pakai mesin kejek. Jalannya menggunakan dinamo kecil atau menggunakan injakan kaki. Tukang permak ini setiap bulan Ramadhan terutama menjelang Idul Fitri selalu laris manis.
Dulu saya punya kenalan tukang jahit permak. Dia awalnya jualan aksesoris seperti tas, topi, ikat pinggang dan kacamata. Belakangan dia merangkap jadi tukang permak juga. Lapak aksesoris sama lapak permak posisinya berdampingan. Betulin celana sama dia lumayan dapat harga miring. Tapi sekarang dia udah nggak jualan aksesoris dan jasa permak lagi. Saya tanya ke tukang parkir, infonya katanya dia kerja di ibukota.
Balik lagi ke celana kesayangan. Kalau celananya pengen awet. Bagian lututnya tidak cepat sobek. Jangan keseringan dipakai. Punya saya juga walau pun kemarin sudah ditambal. Karena sering dipakai, sekarang sudah sobek lagi. Sobeknya sekarang di bagian paha. Lihat sobekannya yang cukup besar sepertinya sudah nggak bisa ditambal lagi. Kalau masih tetep mau dipakai, nggak dimuseumkan atau dikasih ke orang, paling dipotong jadi celana pendek.