Perempuan Secantik Dia, Nggak Malu dan Gengsi Jualan Kopi Keliling

WAKTU sekolah di TK. Anaknya sekelas dengan anak adik saya. Tapi begitu lulus dari TK, adik saya menyekolahkan anaknya di sekolah lain. Sekarang anaknya satu sekolah dengan anak saya. Anak saya dan anak dia sama-sama alumni TK tersebut. Bedanya anak saya kelas 1. Anaknya kelas 2. Anak saya dengan anak dia usianya beda 1 tahun.

Saya sekolahin anak saya di sana karena suka main dan ngaji di tempat adik saya. Dulu di sekolah tersebut adanya TK doang belum ada MI. Berhubung banyak orang tua yang pengen nyekolahin anaknya di sana. Dua tahun yang lalu pihak sekolah kemudian mendirikan sekolah MI. Harapannya, anak-anak yang lulus dari TK bisa melanjutkan sekolahnya ke MI.

Perempuan-Secantik-Dia-Nggak-Malu-dan-Gengsi-Berjualan-Kopi-Keliling.jpg

Waktu sekolah di TK itu. Saya sering ketemu dengan dia. Karena dia suka main ke rumah adik saya. Kalau ada acara-acara di sekolah, para orang tua siswa suka berkumpul. Kumpulnya kadang suka di rumah adik saya. Saat lagi ada perkumpulan itu. Anak kita suka main bareng. Mungkin karena satu sekolah mereka jadi akrab.

Karena sudah dekat dengan adik saya. Menjelang lulus dari TK. Dia sempat minta sama adik saya untuk cari orang yang mau ngasuh anaknya yang masih kecil. Anaknya ada dua. Perempuan semua. Anak yang paling kecil sekarang mungkin usianya sekitar 4 atau 5 tahun. Anaknya lucu dan cantik. Mirip seperti kakak dan ibunya.

Yang bersedia ngasuh adiknya itu ibu saya. Saya sendiri nggak nyangka kok ibu saya mau jadi pengasuh. Adik saya mungkin cerita kalau temannya lagi nyari pengasuh. Ibu saya merasa terenyuh dan mau ngasuh anak itu. Seingat saya, ibu saya ngasuh anaknya kurang lebih 1 tahun. Ibu saya sih pengennya lama. Tapi anaknya keburu diminta oleh ayahnya.

Perempuan-Secantik-Dia-Nggak-Malu-dan-Gengsi-Berjualan-Kopi-Keliling.jpg

Dari suaminya inilah cerita tentang dia mulai terkuak. Suaminya ini katanya pemalas. Nggak mau kerja. Sementara istrinya kerja banting tulang nyari nafkah buat ngasih makan anak-anak. Rumah tangga mereka nggak rukun. Cerai sih belum. Tapi mereka sudah pisah rumah. Suaminya tinggal di kampung di rumah orang tuanya. Sementara istri dan kedua anaknya tinggal di pasar.

Dia tinggal di pasar jualan minuman dan buah-buahan. Waktu anaknya masih diasuh oleh ibu saya. Ibu saya suka dikasih uang dan makanan dari pasar seperti mangga, anggur, apel, dan makanan-makanan cemilan gituh. Karena saya sering ke pasar saya jadi penasaran dia jualan di pasarnya di blok apa. Ruko atau tokonya nomer berapa.

Waktu saya antar istri saya ke toko perak. Tanpa sengaja saya lihat dia sedang berjualan. Saya benar-benar kaget. Ternyata dia jualan kopi keliling. Dia lewat depan saya begitu saja. Untung dia nggak ngelihat saya. Kalau ngelihat mungkin dia malu. Atau justru saya yang malu. Perempuan secantik dia, nggak malu dan gengsi berjualan kopi keliling.

Kemarin waktu saya ke pasar mau beli payung. Saya ketemu dia lagi. Jika dulu dia yang nggak sadar. Sekarang saya yang nggak sadar. Tahu-tahu dia sudah ada di depan saya menjinjing termos dan keranjang berisi aneka kopi dan minuman segar. Waktu saya lihat dia. Dia langsung memalingkan wajah. Kayaknya kali ini dia yang malu. Dia ngelayani pembeli sambil membelakangi saya.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url