Perempuan Secantik Dia, Harusnya Bisa Menjalani Harinya Dengan Indah
NGONTRAKNYA sebenarnya cuma dua bulan. Saat artikel ini terbit orangnya mungkin sudah lupa. Waktu dulu tinggal satu kontrakan pun kita nggak terlalu dekat. Saya dengan dia cuma berinteraksi satu kali. Ketika hari pertama dia tinggal di kontrakan. Saya antar dia ke tempat fotokopi untuk motokopi KTP dan KK buat laporan ke RT. Selebihnya kita hanya sebatas say hello sebagai sesama penghuni kontrakan.
Anehnya, meski hanya kenal sebentar, sosok dia selalu terbayang-bayang sampai sekarang. Nama depan dan nama belakangnya tidak bisa dihapus dari ingatan. Apakah ini yang disebut dengan cinta? Jujur, saya tidak bisa mendeskripsikan secara jelas. Sebagai laki-laki normal yang tertarik dengan lawan jenis. Melihat cewek cantik, tinggi, putih, montok, dan seksi, siapa yang nggak ngiler. Mungkin itu yang saya rasakan sampai kini.
Tapi, perasaan saya ke dia kayaknya nggak sesederhana itu. Kalau apa yang saya rasakan selama ini disebut dengan cinta. Cinta yang saya rasakan pastinya terlarang. Saya sudah punya anak dan istri. Dia juga tinggal di kontrakan berdua dengan suaminya. Waktu itu mereka baru saja menikah. Mungkin ingin belajar mandiri. Mertuanya orang berada. Setiap nengok ke kontrakan mobilnya suka gonta-ganti.
Rasa yang tertanam selama ini sepertinya lebih dari cinta, lebih dari sayang, lebih dari perasaan ingin memiliki. Karena perasaan saya ke dia selalu meluap-luap. Seandainya dia istri saya, saya akan menyayanginya lebih dari seorang istri. Seandainya dia adik saya, saya akan mengasihinya lebih dari seorang adik. Saya tahu, dia tidak tahu perasaan saya ke dia seperti apa. Buat saya itu bodo amat. Saya sendiri tidak mengerti kenapa rasa itu tiba-tiba muncul.
Saya sebenarnya tidak pernah memprediksi. Saya hanya kefikiran gimana kalau dia jadi janda. Tapi bayangan saya ternyata terbukti. Umur pernikahan mereka tidak panjang. Saya kepoin facebook dia dan suaminya. Foto-foto saat mereka berpacaran sangat romantis. Kenapa mereka bisa bercerai. Apakah dua-duanya pada egois. Apakah salah satu dari mereka melakukan kesalahan. Saya tidak tahu. Saya hanya kasihan sama anaknya yang harus jadi korban.
Waktu dia menikah untuk yang kedua kali. Saya turut bahagia. Dia sudah kembali menemukan tambatan hatinya. Suami yang baru sepertinya baik dan bertanggung jawab. Karena kesan yang saya dapat dari postingan-postingan dia di facebook begitu mesra. Rasa yang tertanam dalam hati perlahan saya kubur. Saya sudah tidak kepoin lagi facebook-nya. Saya menyibukan diri dengan urusan dan masalah saya sendiri.
Semalam, saya iseng kepoin lagi facebook-nya. Dari postingan-postingan terbarunya sepertinya dia sedang di ibukota. Yang bikin saya tersentak. Rumah tangganya sepertinya kembali bermasalah. Dia sepertinya sudah jadi janda lagi. Terlepas apakah suami-suaminya yang bermasalah, tidak bertanggung jawab. Atau bisa saja dia yang bermasalah. Perasaan saya ke dia kembali meronta-ronta.
Apakah ini yang dinamakan dengan cinta. Sekali lagi saya tidak bisa mendefinisikannya secara jelas. Yang saya rasakan saat ini. Saya benar-benar merasa prihatin. Perempuan secantik dia harusnya bisa menjalani hari-harinya dengan indah.
Anehnya, meski hanya kenal sebentar, sosok dia selalu terbayang-bayang sampai sekarang. Nama depan dan nama belakangnya tidak bisa dihapus dari ingatan. Apakah ini yang disebut dengan cinta? Jujur, saya tidak bisa mendeskripsikan secara jelas. Sebagai laki-laki normal yang tertarik dengan lawan jenis. Melihat cewek cantik, tinggi, putih, montok, dan seksi, siapa yang nggak ngiler. Mungkin itu yang saya rasakan sampai kini.
Tapi, perasaan saya ke dia kayaknya nggak sesederhana itu. Kalau apa yang saya rasakan selama ini disebut dengan cinta. Cinta yang saya rasakan pastinya terlarang. Saya sudah punya anak dan istri. Dia juga tinggal di kontrakan berdua dengan suaminya. Waktu itu mereka baru saja menikah. Mungkin ingin belajar mandiri. Mertuanya orang berada. Setiap nengok ke kontrakan mobilnya suka gonta-ganti.
Rasa yang tertanam selama ini sepertinya lebih dari cinta, lebih dari sayang, lebih dari perasaan ingin memiliki. Karena perasaan saya ke dia selalu meluap-luap. Seandainya dia istri saya, saya akan menyayanginya lebih dari seorang istri. Seandainya dia adik saya, saya akan mengasihinya lebih dari seorang adik. Saya tahu, dia tidak tahu perasaan saya ke dia seperti apa. Buat saya itu bodo amat. Saya sendiri tidak mengerti kenapa rasa itu tiba-tiba muncul.
Saya sebenarnya tidak pernah memprediksi. Saya hanya kefikiran gimana kalau dia jadi janda. Tapi bayangan saya ternyata terbukti. Umur pernikahan mereka tidak panjang. Saya kepoin facebook dia dan suaminya. Foto-foto saat mereka berpacaran sangat romantis. Kenapa mereka bisa bercerai. Apakah dua-duanya pada egois. Apakah salah satu dari mereka melakukan kesalahan. Saya tidak tahu. Saya hanya kasihan sama anaknya yang harus jadi korban.
Waktu dia menikah untuk yang kedua kali. Saya turut bahagia. Dia sudah kembali menemukan tambatan hatinya. Suami yang baru sepertinya baik dan bertanggung jawab. Karena kesan yang saya dapat dari postingan-postingan dia di facebook begitu mesra. Rasa yang tertanam dalam hati perlahan saya kubur. Saya sudah tidak kepoin lagi facebook-nya. Saya menyibukan diri dengan urusan dan masalah saya sendiri.
Semalam, saya iseng kepoin lagi facebook-nya. Dari postingan-postingan terbarunya sepertinya dia sedang di ibukota. Yang bikin saya tersentak. Rumah tangganya sepertinya kembali bermasalah. Dia sepertinya sudah jadi janda lagi. Terlepas apakah suami-suaminya yang bermasalah, tidak bertanggung jawab. Atau bisa saja dia yang bermasalah. Perasaan saya ke dia kembali meronta-ronta.
Apakah ini yang dinamakan dengan cinta. Sekali lagi saya tidak bisa mendefinisikannya secara jelas. Yang saya rasakan saat ini. Saya benar-benar merasa prihatin. Perempuan secantik dia harusnya bisa menjalani hari-harinya dengan indah.