Inti dari Jualan itu Bagaimana Caranya Produk Kita Bisa Dikenal dan Diingat Masyarakat

JUALAN apa pun awalnya pasti susah. Harus merintis dulu. Harus merangkak dulu. Saking susahnya, kita akan selalu mengingat konsumen pertama yang membeli produk kita. Karena itu adalah momen paling bersejarah di mana produk kita disukai, diminati, dan diapresiasi orang. Tapi sesusah-susahnya jualan ternyata ada yang lebih susah lagi. Yaitu memulai jualan.

Susah memulai jualan alasannya bisa macam-macam. Ada yang alasannya karena modal. Ada yang alasannya karena tidak punya fasilitas. Ada yang alasannya terkendala jarak. Ada yang alasannya sulit mencari tempat. Ada yang alasannya tidak mendapat restu keluarga. Ada juga yang alasannya mengada-ada. Tidak logis. Kadang dibumbui aroma mistik. Terlalu percaya faktor-faktor diluar nalar. Khawatir dan takut dengan hal-hal ghaib.

Inti-dari-Jualan-itu-Bagaimana-Caranya-Produk-Kita-Bisa-Dikenal-dan-Diingat-Masyarakat.jpg

Kalau kita sudah melewati fase memulai jualan. Adrenalin kita biasanya mulai bergejolak. Gerak tubuh kita antara pasif dan aktif menjadi fifty-fifty. Antara pesimis dan optimis bercampur seperti coffee mix. Semua ide, konsep, harapan, cita-cita yang mengendap di kepala langsung berhadapan dengan realita. Apakah konsumen mau menerima produk kita. Atau melengos begitu saja. Kita nggak tahu. Kita (untuk sementara) hanya menunggu dan menunggu.

Sambil mempersiapkan trik dan jurus selanjutnya. Tanpa kita sadari, waktu perlahan mulai bergerak. Fokus dan konsentrasi kita teruji. Ide bisnis yang awalnya cuma melintas di kepala. Dengan niat dan tekad yang kuat akhirnya menjadi fenomena. Produk kita dikenal masyarakat. Jualan kita laris manis. Dagangan kita diserbu pembeli. Orang-orang dengan sukarela menyebut kita seorang pengusaha. Teman-teman dekat kita tiba-tiba banyak yang memanggil bos.

Inti-dari-Jualan-itu-Bagaimana-Caranya-Produk-Kita-Bisa-Dikenal-dan-Diingat-Masyarakat.jpg

Itulah kronologis secara detil perjalanan seseorang menjadi seorang pengusaha. Sebelum hidupnya senang, kaya raya, semua keinginannya bisa terwujud. Dia berangkat dari minus dulu. Kalau hidup kita pengen seperti itu. Kita harus siap melewati jalan yang berliku-liku. Harus banting tulang dulu. Harus berkorban uang, waktu, dan tenaga dulu. Tapi otak kita juga harus dicerdasin. Harus responsif pada keadaan. Waspada dan hati-hati pada zona zaman yang kadang bisa menjadi jebakan.

Jika kata-kata saya terlalu berat. Sulit untuk dicerna. Silahkan minum susu atau kopi dulu. Inti dari jualan itu adalah bagaimana caranya produk kita bisa dikenal dan diingat masyarakat. Silahkan diulik. Apa yang akan kita tonjolkan pada produk kita. Apakah dari harga. Apakah dari rasa. Apakah dari bahan. Apakah dari bumbu. Apakah dari kemasan. Kalau jawabannya sudah ketemu silahkan dipraktekan. Silahkan dieksekusi.

Tulisan saya ini terus terang terinspirasi oleh ucapan Mang Endang, tukang cilok yang saya beli kemarin. Tukang cilok ini bukan tukang cilok sembarangan. Kalau ada waktu nanti saya akan bikin artikelnya secara khusus. Mang Endang itu kemarin bilang begini: "Orang kalau sudah tahu, sudah kenal, selalu teringat-ingat produk kita. Di mana pun kita berada. Pasti akan membeli produk kita. Yang nggak tahu, nggak kenal, dan nggak ingat produk kita: biarin saja. Nggak usah difikirin."
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url