Jangan Numpang Jualan Di Tempat Orang


Jangan-Numpang-Jualan-Di-Tempat-Orang-1.jpg
JUALAN lagi ramai, lagi laris-larisnya, tiba-tiba dipaksa harus pindah. Padahal tempatnya sangat strategis. Lokasi berjualan sangat penting. Bergeser sedikit saja, ke samping, ke belakang, atau pindah ke seberang, ada pengaruhnya. Banyak yang merasakan. Bukan dari cerita orang lain. Saya sendiri merasakan. Saya pernah ngontrak di dekat jalan baru. Tempatnya bagus, masih baru. Harganya 450 ribu perbulan. Tapi di sana jualan sepi. Bukannya untung, barang-barang yang ada di rumah malah habis dijual buat biaya hidup.

Karena ekonomi sulit. Saya coba pindah kontrakan. Pindah ke kampung yang sedikit kumuh. Kontrakan lama. Harganya 250 ribu perbulan. Bentuknya kayak korek api. Kamar tidur dan kamari mandi menyatu. Banyak nyamuk lagi. Tapi di sana jualan laris manis. Saya bisa nabung. Bisa beli perhiasan. Bisa beli alat-alat rumah tangga. Bisa beli alat-alat elektronik. Kalau istri tidak hamil. Saya tidak akan pindah dari kontrakan itu.


Jangan-Numpang-Jualan-Di-Tempat-Orang-2.jpg
Itu cerita masa lalu saya. Waktu masih ngontrak. Sekarang saya mau cerita orang-orang yang saya kenal. Yang sama berjualan seperti saya. Bedanya saya jualan online. Mereka jualan offline. Saya ceritain yang saya ingat saja. Waktu saya ngontrak di tempat yang kumuh. Yang kontrakannya mirip korek api.

Saya kenal dengan penjual cilok goang. Waktu itu cilok goang mau booming. Banyak orang yang penasaran dengan cilok goang. Dia sewa tempat di pinggir jalan raya. Banyak yang beli. Jualannya laris manis. Tapi suatu hari sama yang punya tempat, nggak tahu kenapa, disuruh pindah agak ke samping. Pindahnya cuma sedikit. Nggak sampai lima meter. Jualannya langsung lesu. Cuma bertahan 3 minggu. Habis itu dia pindah. Nggak tahu ke mana.

Kenalan saya yang lain pedagang baso tahu. Baso tahunya enak. Dia jualan di dalam komplek rumah sakit. Bertahun-tahun dia jualan di sana. Dokter, bidan, perawat, setiap hari berlangganan kepadanya. Tapi setelah ada pergantian direksi. Ada aturan di komplek rumah sakit tidak boleh ada yang jualan. Dia pindah jualannya di luar. Di pinggir jalan. Jualannya langsung sepi. Sekarang dia sudah nggak jualan lagi. Dia pergi ke luar kota ikut sama saudaranya.

Jangan-Numpang-Jualan-Di-Tempat-Orang-3.jpg
Yang masih baru. Saya kenal dengan pedagang bubur ayam di pasar. Dia jualan di depan toko makanan. Jualannya laris manis. Yang beli keluar masuk. Nggak pernah kosong. Apalagi kalau malam hari. Yang beli sampai nggak kebagian kursi. Saya baru kenal setahunan. Tapi akhir-akhir ini jualannya mulai sepi. Setelah yang punya toko nyimpan kerangka besi di depan toko. Jadi nggak leluasa buat nyimpan kursi. Akibatnya yang mau beli banyak yang balik lagi.

Kesimpulan dari tulisan saya ini adalah. Pertama, lokasi berjualan sangat penting. Kalau sudah nemu tempat yang bikin jualan kita laris manis. Coba pertahankan. Jangan sampai pindah tangan. Kedua, kita harus mandiri. Jangan mau numpang jualan di tempat orang. Kalau jualan kita sudah terkenal, cari lokasi yang strategis. Beli ruko atau kontrak ruko. Jangan jualan di tempat sembarangan. Apalagi numpang jualan di tempat orang. Takutnya pas jualan kita lagi ramai, lagi laris-larisnya, sama yang punya tempat kita malah ditendang. Disuruh pindah.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url