Jangan Menunda-nunda!

 

Jangan-Menunda-nunda-1
ADA yang suka menunda-nunda? Jika ada berarti kita sama. Padahal yang kita tunda-tunda adalah sesuatu yang positif. Pekerjaan yang baik. Aktifitas yang normal. Bukan sebuah kejahatan. Bukan perbuatan diluar norma. Apalagi asusila. Padahal kita sering dengerin ceramah ustadz. Bahwa kita tidak boleh menunda-nunda. Mulailah dari sekarang. Mulailah dari diri kita sendiri. Mulailah dari keluarga terdekat. Mulailah dari hal yang terkecil. Pertanyaannya kenapa tidak mulai-mulai?

Dalam diri kita itu ada sifat malas dan sifat rajin. Ibarat tumbuhan sifat malas dan sifat rajin setiap hari kita siram dengan fikiran-fikiran yang datang dari diri kita sendiri. Pun dari luar diri kita. Yang dari luar diri kita itu yang disebut faktor lingkungan. Masalahnya, kalau tidak punya keimanan yang kuat, pendirian yang teguh, filter yang kokoh, fikiran yang datang diri kita itu kebanyakan dipengaruhi dari luar diri kita. Faktor lingkungan tidak bisa kita kontrol. Dia keluar masuk seenaknya ke dalam tubuh, jiwa dan otak kita.


Jangan-Menunda-nunda-2


Sifat menunda-nunda biasanya akan bersahabat begitu dekat begitu lekat tidak bisa dipisahkan dengan yang namanya penyesalan. Tidak ada dalam sejarahnya ketika seseorang menunda-nunda kebaikan akan berujung dengan kesuksesan dan keberhasilan. Yang ada, dan kebanyakan, selalu berujung dengan penyesalan. Jika kata-kata saya ini terlalu berat. Tidak bisa Anda cerna. Sulit Anda pahami. Nggak ngerti. Nggak ngeh. Saya akan sederhanakan dengan contoh-contoh yang sering terjadi pada kehidupan kita sehari-hari.

Contoh yang pertama. Anda suka sama seseorang. Dia juga sebenarnya suka dengan Anda. Setiap ketemu dia selalu memberikan sinyal-sinyal positif. Tapi karena Anda selalu menunda-nunda menyatakan cinta. Akhirnya dia jadi milik orang. Mending kalau statusnya masih pacaran. Ada kemungkinan untuk putus. Kalau statusnya sudah tunangan, apalagi sudah menikah. Kalau Anda benar-benar serius cinta sama dia. Dia cinta pertama Anda. Ketika dia tunangan sama orang lain. Apalagi sudah sah jadi istri orang. Anda akan menyesal seumur-umur.


Jangan-Menunda-nunda-3



Contoh ke dua. Ada yang menawarkan pekerjaan pada Anda. Gajinya katakan 1 juta perbulan. Anda tidak harus ngirim lamaran kerja. Asal Anda mau besok juga Anda sudah bisa langsung kerja. Tapi karena Anda selalu menunda-nunda. Sementara yang menawarkan pekerjaan pada Anda bener-bener lagi butuh. Akhirnya dia menawarkan pekerjaan tersebut pada orang lain. Setahun kemudian, perusahaan itu maju pesat. Orang yang menggantikan posisi Anda gajihnya naik 3X lipat. Udah gitu dia dikasih fasilitas motor, mobil, rumah, uang jalan, asuransi, plus komisi. Sementara Anda sampai sekarang masih nganggur. Masih suka minta uang jajan sama orang tua. Melihat kenyataan seperti itu. Saya yakin, Anda bukan cuma menyesal. Tapi Anda juga pasti akan stress.

Kedua contoh yang saya bagikan di atas itu bukan ngarang. Banyak yang ngalamin kejadian seperti itu. Gara-gara suka menunda-nunda. Rezeki yang harusnya jadi milik kita akhirnya jadi milik orang lain. Oleh karena itu. Mulai dari sekarang. Kalau ada kesempatan jangan disia-siakan. Apalagi kalau orang yang kita taksir memiliki perasaan yang sama dengan kita. Apalagi kalau pekerjaan yang ditawarkan sama kita tidak memerlukan syarat-syarat khusus seperti lamaran kerja. Kalau itu untuk kebaikan kita. Bukan sebuah kejahatan. Kenapa harus ragu. Kenapa harus takut. Ambil saja jangan ditunda-tunda.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url