Cara Paling Efektif agar Anak Rajin Sholat dan Ngaji

SHOLAT itu soal keimanan. Kalau imannya kuat, imannya tebal, seseorang akan rajin melaksanakan sholat. Sebaliknya, kalau imannya lemah, imannya tipis, seseorang akan jarang melaksanakan sholat. Bagaimana caranya agar iman kita kuat, iman kita tebal, harus dilihat dulu dari latar belakangnya. Iman tidak tumbuh secara instan. Iman hadir dalam diri setiap muslim berkat latihan dan tempaan yang terus dilakukan dari waktu ke waktu.

Contoh paling sederhana untuk melihat dan membuktikan apakah iman yang ada di dada kita kuat atau tipis adalah bagaimana aktifitas keseharian kita sewaktu kecil, sewaktu masih anak-anak. Hal ini ada kaitannya dengan peran dan didikan orang tua kita. Baik ayah dan ibu kita. Atau kakek dan nenek kita. Kenapa kakek dan nenek? Karena tidak tertutup kemungkinan ada diantara kita yang dari kecil tinggal dengan kakek dan nenek karena disebabkan oleh orang tua meninggal atau orang tua bercerai.

Cara-Paling-Efektif-agar-Anak-Rajin-Sholat-dan-Ngaji.jpg

Saya bisa memastikan seseorang imannya tebal kalau dari kecil orang tuanya, termasuk kakek neneknya, sering menyuruh anaknya sholat. Sering menyuruh cucunya ngaji. Jika dari kecil kita sering melaksanakan sholat. Sering mengaji. Kebiasaan itu akan terbawa sampai dewasa. Sampai kita berkeluarga. Saya pribadi tidak merasa bahwa saya ini orang sholeh. Tapi berkat dari didikan orang tua, berkat didikan nenek saya, alhamdulillah, saya tidak pernah melalaikan ibadah sholat.

Apakah peran orang tua sangat penting? Tentu saja. Orang tua tidak serta merta menyuruh anaknya sholat, menyuruh anaknya ngaji, kalau dirinya sendiri tidak pernah melaksanakan sholat, dirinya sendiri tidak pernah mengaji. Dalam hal ini, suri tauladan itu, sangat penting. Keteladanan kita sebagai orang tua akan menjadi cermin bagi si anak. Kalau orang tua rajin sholat, anaknya pasti akan rajin sholat. Kalau orang tuanya rajin ngaji, anaknya juga pasti akan rajin ngaji.

Cara-Paling-Efektif-agar-Anak-Rajin-Sholat-dan-Ngaji.jpg

Kesholehan yang diwariskan secara turun temurun akan membentuk kepribadian seorang muslim. Bagaimana kalau orang tuanya jarang sholat dan ngaji, tapi ingin anaknya rajin sholat dan ngaji. Fenomena semacam ini banyak terjadi di masyarakat. Itu sangat wajar. Sebagai seorang muslim hal seperti itu sangat-sangat diwajibkan. Namun bila hasrat dan keinginan orang tua dilakukan secara top down, sebatas menyuruh tanpa memberikan keteladanan, ini ibarat memercik air di daun telas: tidak akan membekas.

Cara paling efektif agar anak rajin sholat dan ngaji bagi orang tua dengan kasus seperti ini adalah memasukan anaknya ke madrasah diniyah, sekolah tahfidz, atau pesantren. Ada peralihan tugas atau pendelegasian tata kelola pendidikan anak dari orang tua kepada guru, kyai, ustadz, atau ulama. Hal tersebut tentu saja memerlukan biaya. Jika peralihan dan pendelegasian tugas dimaknai sebagai komersialisasi. Tentu yang lebih praktis dan gratis, anak harus dididik oleh orang tuanya sendiri secara langsung.

Sekedar catatan, sekali pun anak kita dimasukan ke lembaga pendidikan agama terpercaya seperti yang saya sebutkan di atas. Terkadang solusi tersebut tak berjalan efektif. Saya masih melihat anak-anak yang dimasukan ke sekolah tahfidz terkenal. Sholatnya masih nggak benar. Masih banyak mainnya ketimbang sholatnya. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dipikirkan oleh para pendidik. Gimana caranya meningkatkan keimanan anak-anak. Gimana caranya agar mereka rajin sholat, rajin ngaji. Ini adalah tugas kita bersama. Tugas orang tua dan guru-guru agama.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url