Persib Bandung Juara di Tanggal, Bulan, dan Tahun yang Cantik
WAKTU Persib lawan Malut, saya sebenarnya sempat ragu antara jadi berangkat atau tidak ke rumah mertua. Bukan apa-apa, di rumah mertua, siaran bola diacak. Saya takut kalau saya jadi berangkat, Persib bisa mengalahkan Malut dan berhasil mengunci gelar juara Liga Indonesia untuk kedua kalinya alias back to back. Sementara saya tidak bisa menyaksikannya secara langsung.
Tapi saya punya keyakinan sekaligus keinginan, Persib lebih baik meraih gelar juaranya pas lawan Barito di Bandung. Selama ini Persib juaranya selalu di luar Bandung. Kali ini, biar perayaannya lebih indah, sudah saatnya Persib merayakan gelar juara disaksikan puluhan ribu bobotoh baik yang datang langsung ke stadion mau pun bobotoh yang nobar di tempatnya masing-masing.
Karena punya keyakinan seperti itu. Terus hari jumat, sabtu, minggu, anak saya libur tidak sekolah. Akhirnya saya jadi berangkat ke rumah mertua. Setibanya di rumah mertua, keyakinan saya berbuah kenyataan. Persib gagal mengunci gelar juara karena kalah oleh Malut. Liburan saya di rumah mertua pun benar-benar saya nikmati dengan happy.
Keyakinan bahwa Persib akan meraih gelar juara di Bandung terus saya bawa dan pertahankan pun ketika nasib Persib ditentukan oleh hasil pertandingan antara Persebaya lawan Persik. Saking yakinnya, saya tidak terlalu serius menonton pertandingan antara Persebaya lawan Persik. Saya nonton Persebaya lawan Persik pas babak kedua sambil ketawa ketiwi bareng anak dan istri.
Saya baru merasakan ketegangan saat Persebaya berhasil menambah keunggulan menjadi 3-1, terus Persik mampu memperkecil skor menjadi 3-2. Di situ adrenalin saya tiba-tiba naik. Rasa takut dalam diri saya mulai menjalar. Saya takut. Saya tidak mau. Persib juara karena dikasihani oleh tim lain. Saya ingin Persib back to back berkat kerja keras para pemain di lapangan. Juga berkat doa dan dukungan bobotoh yang menonton langsung layaknya final lawan Madura pada musim sebelumnya.
Tapi takdir ternyata berkata lain. Gol penyama kedudukan dari Ramiro Fergonzi di detik-detik terakhir meruntuhkan keyakinan sekaligus membuyarkan harapan saya. Mau tidak mau. Suka tidak suka. Rela tidak rela. Saya harus menerima kenyataan Persib berhasil mengunci gelar juara karena Persebaya tidak mampu mempertahankan keunggulan. Perayaan juara pun terpaksa digelar sebelum waktunya.
Namun di balik semua itu. Di balik kekecewaan saya yang sangat dalam di mana saya merasa seperti ejakulasi dini, tidak puas, karena Persib juara sebelum waktunya. Saya merasa bersyukur masih diberi kesehatan dan umur panjang oleh Allah SWT bisa menyaksikan Persib juara selama dua tahun berturut-turut. Saya dan semua bobotoh di seluruh dunia menjadi saksi sejarah Maung Bandung berhasil meraih gelar back to back.
Saya dan semua bobotoh mungkin punya keinginan yang berbeda-beda. Ekspektasi yang berbeda-beda. Tapi setelah saya renungi. Skenario Allah SWT memang indah. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua sudah terencana. Persib ternyata meraih gelar juaranya pas di tanggal 5, bulan 5, tahun 2025. Intinya, Persib Bandung juara di tanggal, bulan, dan tahun yang cantik. 5-5-2025. Hidup Persib! Persib Juara!
Tapi saya punya keyakinan sekaligus keinginan, Persib lebih baik meraih gelar juaranya pas lawan Barito di Bandung. Selama ini Persib juaranya selalu di luar Bandung. Kali ini, biar perayaannya lebih indah, sudah saatnya Persib merayakan gelar juara disaksikan puluhan ribu bobotoh baik yang datang langsung ke stadion mau pun bobotoh yang nobar di tempatnya masing-masing.
Karena punya keyakinan seperti itu. Terus hari jumat, sabtu, minggu, anak saya libur tidak sekolah. Akhirnya saya jadi berangkat ke rumah mertua. Setibanya di rumah mertua, keyakinan saya berbuah kenyataan. Persib gagal mengunci gelar juara karena kalah oleh Malut. Liburan saya di rumah mertua pun benar-benar saya nikmati dengan happy.
Keyakinan bahwa Persib akan meraih gelar juara di Bandung terus saya bawa dan pertahankan pun ketika nasib Persib ditentukan oleh hasil pertandingan antara Persebaya lawan Persik. Saking yakinnya, saya tidak terlalu serius menonton pertandingan antara Persebaya lawan Persik. Saya nonton Persebaya lawan Persik pas babak kedua sambil ketawa ketiwi bareng anak dan istri.
Saya baru merasakan ketegangan saat Persebaya berhasil menambah keunggulan menjadi 3-1, terus Persik mampu memperkecil skor menjadi 3-2. Di situ adrenalin saya tiba-tiba naik. Rasa takut dalam diri saya mulai menjalar. Saya takut. Saya tidak mau. Persib juara karena dikasihani oleh tim lain. Saya ingin Persib back to back berkat kerja keras para pemain di lapangan. Juga berkat doa dan dukungan bobotoh yang menonton langsung layaknya final lawan Madura pada musim sebelumnya.
Tapi takdir ternyata berkata lain. Gol penyama kedudukan dari Ramiro Fergonzi di detik-detik terakhir meruntuhkan keyakinan sekaligus membuyarkan harapan saya. Mau tidak mau. Suka tidak suka. Rela tidak rela. Saya harus menerima kenyataan Persib berhasil mengunci gelar juara karena Persebaya tidak mampu mempertahankan keunggulan. Perayaan juara pun terpaksa digelar sebelum waktunya.
Namun di balik semua itu. Di balik kekecewaan saya yang sangat dalam di mana saya merasa seperti ejakulasi dini, tidak puas, karena Persib juara sebelum waktunya. Saya merasa bersyukur masih diberi kesehatan dan umur panjang oleh Allah SWT bisa menyaksikan Persib juara selama dua tahun berturut-turut. Saya dan semua bobotoh di seluruh dunia menjadi saksi sejarah Maung Bandung berhasil meraih gelar back to back.
Saya dan semua bobotoh mungkin punya keinginan yang berbeda-beda. Ekspektasi yang berbeda-beda. Tapi setelah saya renungi. Skenario Allah SWT memang indah. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Semua sudah terencana. Persib ternyata meraih gelar juaranya pas di tanggal 5, bulan 5, tahun 2025. Intinya, Persib Bandung juara di tanggal, bulan, dan tahun yang cantik. 5-5-2025. Hidup Persib! Persib Juara!