Segala yang Berlebihan, Pasti Akan Ada Akibatnya.
INTINYA jangan berlebihan. Segala yang berlebihan, pasti akan ada akibatnya. Contoh: makan dan minum. Kalau kebanyakan makan kebanyakan minum. Perut kita akan kelabakan. Efeknya kalau nggak muntah, perut kita akan merasakan sakit. Demikian halnya dengan aktifitas kita sehari-hari seperti bekerja, olahraga, bahkan tidur sekalipun. Waktu dan durasinya harus diatur. Jangan berlebihan. Apalagi sampai melampaui batas. Resiko dan efek sampingnya sangat berbahaya.
Artikel ini terbit salah satu penyebabnya karena segala yang berlebihan tadi. Saya ingin mengingatkan teman-teman, termasuk saya pribadi. Apa pun yang kita lakukan harus seimbang. Harus benar-benar proporsional. Harus disiplin. Jangan mentang-mentang masih muda, masih sehat, masih kuat. Segala dilabrak. Segala diterabas. Yang namanya kesehatan harus dijaga. Kalau sudah sakit. Yang rugi bukan orang lain, melainkan diri kita sendiri.
Ngomongin soal kesehatan. Kemarin waktu saya beli gorengan di dekat lampu stopan seberang Mall besar. Saya benar-benar kaget, kasihan, sekaligus prihatin, waktu dengar dari istrinya, kalau suaminya saat ini menderita sakit parah. Berat badan suaminya dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, terus menyusut. Tubuh saya yang berukuran sedang begini, kurus nggak gemuk nggak, oleh istrinya masih dibilang gede dibandingkan dengan tubuh suaminya saat ini.
Saya sendiri tahu, waktu suaminya masih sehat, postur suaminya tinggi besar, badannya gemuk. Jambang dan janggutnya tebal mirip Rhoma Irama. Konon, menurut keterangan dari istrinya, tubuh suaminya sekarang kecil mirip sapu lidi. Lebih kaget lagi waktu istrinya bilang suaminya sudah nggak jualan selama 5 bulan. Padahal, perasaan saya 1/2 bulan yang lalu terakhir kali saya beli gorengan, suaminya masih kelihatan bugar.
Sebelum dikasih tahu oleh istrinya kalau suaminya sekarang lagi sakit. Saya sebenarnya sempat iri dengan kegigihan dan kerja keras mereka berjualan gorengan. Mereka benar-benar banting tulang siang malam. Bagaimana tidak, mereka jualan gorengannya di lokasi yang sangat strategis. Dekat lampu stopan tempat perhentian angkot, bis, dan angdes. Seberangnya berdiri Mall besar tempat jualan barang-barang grosir. Tiap hari jualannya selalu ludes.
Bukan cuma gorengan seperti cireng, cipe, gehu, bala-bala, pisang goreng, dan pisang ubi. Mereka juga berjualan kopi, rokok, kue serabi, nasi, dan segala jenis lauk pauk. Kalau dihitung-hitung omzet perharinya bisa nyampai 1-2 juta. Lihat kondisi ekonomi saat ini, dapat omzet segitu menurut saya sudah lumayan. Wajar dong kalau saya yang ekonominya kembang kempis merasa iri.
Waktu dengar curhatan istrinya terkait penyakit, pengobatan, dan kondisi terakhir suaminya yang kerap mengigau tengah malam. Saya mencoba mengambil kesimpulan. Suaminya bisa sakit seperti itu kemungkinan efek dari kerja siang malam. Bayangin saja, tidur jarang. Minum jarang. Ngerokok dan minum kopi nyandu. Udah gitu, kalau lagi jualan suka nahan pipis. Karena kurang memperhatikan kesehatan. Aktifitas jualannya terlalu berlebihan. Suaminya akhirnya menderita sakit komplikasi.
Artikel ini terbit salah satu penyebabnya karena segala yang berlebihan tadi. Saya ingin mengingatkan teman-teman, termasuk saya pribadi. Apa pun yang kita lakukan harus seimbang. Harus benar-benar proporsional. Harus disiplin. Jangan mentang-mentang masih muda, masih sehat, masih kuat. Segala dilabrak. Segala diterabas. Yang namanya kesehatan harus dijaga. Kalau sudah sakit. Yang rugi bukan orang lain, melainkan diri kita sendiri.
Ngomongin soal kesehatan. Kemarin waktu saya beli gorengan di dekat lampu stopan seberang Mall besar. Saya benar-benar kaget, kasihan, sekaligus prihatin, waktu dengar dari istrinya, kalau suaminya saat ini menderita sakit parah. Berat badan suaminya dari hari ke hari, dari waktu ke waktu, terus menyusut. Tubuh saya yang berukuran sedang begini, kurus nggak gemuk nggak, oleh istrinya masih dibilang gede dibandingkan dengan tubuh suaminya saat ini.
Saya sendiri tahu, waktu suaminya masih sehat, postur suaminya tinggi besar, badannya gemuk. Jambang dan janggutnya tebal mirip Rhoma Irama. Konon, menurut keterangan dari istrinya, tubuh suaminya sekarang kecil mirip sapu lidi. Lebih kaget lagi waktu istrinya bilang suaminya sudah nggak jualan selama 5 bulan. Padahal, perasaan saya 1/2 bulan yang lalu terakhir kali saya beli gorengan, suaminya masih kelihatan bugar.
Sebelum dikasih tahu oleh istrinya kalau suaminya sekarang lagi sakit. Saya sebenarnya sempat iri dengan kegigihan dan kerja keras mereka berjualan gorengan. Mereka benar-benar banting tulang siang malam. Bagaimana tidak, mereka jualan gorengannya di lokasi yang sangat strategis. Dekat lampu stopan tempat perhentian angkot, bis, dan angdes. Seberangnya berdiri Mall besar tempat jualan barang-barang grosir. Tiap hari jualannya selalu ludes.
Bukan cuma gorengan seperti cireng, cipe, gehu, bala-bala, pisang goreng, dan pisang ubi. Mereka juga berjualan kopi, rokok, kue serabi, nasi, dan segala jenis lauk pauk. Kalau dihitung-hitung omzet perharinya bisa nyampai 1-2 juta. Lihat kondisi ekonomi saat ini, dapat omzet segitu menurut saya sudah lumayan. Wajar dong kalau saya yang ekonominya kembang kempis merasa iri.
Waktu dengar curhatan istrinya terkait penyakit, pengobatan, dan kondisi terakhir suaminya yang kerap mengigau tengah malam. Saya mencoba mengambil kesimpulan. Suaminya bisa sakit seperti itu kemungkinan efek dari kerja siang malam. Bayangin saja, tidur jarang. Minum jarang. Ngerokok dan minum kopi nyandu. Udah gitu, kalau lagi jualan suka nahan pipis. Karena kurang memperhatikan kesehatan. Aktifitas jualannya terlalu berlebihan. Suaminya akhirnya menderita sakit komplikasi.