Dana Darurat Dalam Rumah Tangga Sangat Penting

DUIT di saku celana tinggal Rp 5000 lagi. Istri tiba-tiba nyelonong masuk kamar. Ada Bu RT katanya minta sumbangan buat tetangga yang mau dioperasi pengangkatan rahim. Waduh, saya kaget. Duit tinggal segitu-gitunya harus disumbangin. Udah gitu pas dengar istri siapa yang mau dioperasi, saya benar-benar malu. Ngasih sumbangan ke istri yang wajah suaminya mirip dengan saudara saya yang pernah ngajarin saya nyetir, terus orangnya baik sering menyapa saya setiap ketemu di jalan, masa cuma Rp 5000?

Setelah berembuk sambil bisik-bisik takut kedengaran oleh Bu RT yang sedang menunggu di depan rumah. Uang Rp 5000 itu akhirnya dimasukin ke dalam amplop putih. Lalu dikasihkan ke Bu RT. Dalam hati saya bergumam, dari semua warga yang ngasih sumbangan pasti sumbangan dari saya yang nominalnya paling kecil. Secara tetangga saya kebanyakan pengusaha dan pegawai ASN.

Dana-Darurat-Dalam-Rumah-Tangga-Sangat-Penting.jpg

Besoknya lagi, duit di saku celana tinggal Rp 25.000. Istri saya nyelonong lagi masuk kamar. Kali ini bukan minta sumbangan, tapi ngajak beli usus goreng. Sudah lama katanya nggak beli usus goreng. Kebetulan habis sholat jumat, saya juga lapar pengen ngemil. Saya ajak istri buat beli usus goreng. Sesampainya di tempat penjual usus goreng, saya bilang ke istri, beli ususnya Rp 10.000 saja nggak usah banyak-banyak. Soalnya duitnya tinggal sedikit.

Dari rumah sebenarnya kita mau beli usus gorengnya dibungkus. Nggak makan di tempat. Berhubung cuaca cerah. Saya sama istri jadi tergoda pengen makan di tempat. Di belakang gubuk penjual usus goreng, ada bangku panjang buat orang duduk. Kita menikmati dua kantong usus di sana sambil ditemani angin sepoy-sepoy dan deretan pohon pisang yang daunnya melambai-lambai.

Dana-Darurat-Dalam-Rumah-Tangga-Sangat-Penting.jpg

Karena makan di tempat, sama penjual usus gorengnya nggak disediain minum gratis, uang yang tinggal sisa Rp 15.000 terpaksa kepotong lagi Rp 5000 buat beli es teh manis. Habis beli usus goreng, kita pulang ke rumah tinggal bawa duit Rp 10.000. Pas nyampe rumah kita santai nggak kepikiran apa-apa. Abis sholat asar baru deh hal yang tak diduga datang lagi. Bu RT ngajak istri melayat tetangga yang ayahnya meninggal. Uang yang Rp 10.000 itu terpaksa masuk amplop putih lagi buat disumbangin.

Dari dua kejadian yang saya alami tadi. Tiba-tiba saya teringat soal dana darurat. Dana darurat dalam rumah tangga ternyata sangat penting. Di samping kebutuhan keluarga yang harus kita penuhi terlebih dahulu, kita juga ternyata harus menyiapkan dana darurat buat jaga-jaga takut ada apa-apa ke depannya. Dana darurat bisa kita alokasikan secara terpisah, ada anggarannya sendiri. Atau bisa juga dari uang sisa atau uang lebih setelah kebutuhan sehari-hari tercukupi.

Dana darurat statusnya mirip dengan dokumen dan surat-surat penting seperti KTP, Kartu Keluarga, buku nikah, akte kelahiran, SKCK, SIM, STNK dan BPKB. Dibutuhkan kalau kita ada keperluan. Dari pengalaman saya sendiri, plus pengamatan saya selama ini, dana darurat hanya dimiliki oleh orang-orang yang manajemen keuangannya bagus. Kalau manajemen keuangannya amburadul, dana darurat sering kali diabaikan. Kita baru ngerasa bahwa dana darurat penting setelah mengalami kejadian yang diluar perkiraan.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url