Manajemen Keuangan Dalam Keluarga Sangat Penting

LIHAT bos toko kelontong makan sop tanpa lauk. Saya benar-benar salut. Si bos ternyata orangnya sederhana. Saya yakin si bos uangnya banyak. Warga keturunan rata-rata rekeningnya gemuk. Tapi dengan santainya si bos makan sop tanpa lauk di antara pegawai yang sibuk melayani pembeli. Gara-gara lihat si bos makan sop. Saya jadi terinspirasi buat nulis artikel.

Di lain hari, saya belanja plastik plong untuk bungkus paket ke salah satu toko plastik. Pemiliknya sama warga keturunan juga. Tokonya berada di tengah-tengah pasar. Di toko tersebut harga plastik plong lumayan miring. Yang bikin saya salut. Tokonya jauh dari kata mewah. Bangunan tokonya mirip bedeng. Tapi barang-barang di dalamnya sangat kumplit.

Manajemen-Keuangan-Dalam-Keluarga-Sangat-Penting.jpg

Dulu saya dekat dengan si engko yang punya toko di pasar. Setiap saya main ke pasar, si engko suka ngasih nasehat, hidup jangan banyak gaya. Uang hasil usaha mending dibelikan emas buat investasi masa depan. Si engko sekarang sudah meninggal. Si engko orangnya sederhana. Tapi anak-anaknya sekolah di luar negeri.

Terakhir saya ketemu dengan bos pemilik puluhan kontainer. Saya kenal dengan si bos waktu mau nanyain gudang yang mau disewa. Sewanya sih nggak jadi. Perusahaan yang mau nyewa terkesan main-main. Tapi walau pun saya nggak dapat komisi. Saya dapat pelajaran yang sangat berharga. Terutama soal sikap dan gaya hidup warga keturunan.

Manajemen-Keuangan-Dalam-Keluarga-Sangat-Penting.jpg

Bayangin, si bos punya puluhan kontainer. Harusnya dia tinggal di rumah yang mewah. Tapi dia malah tinggal di gudang. Rumahnya nyatu dengan kantor. Setiap ada tamu yang datang, ngobrolnya di ruangan kantor, duduk di kursi tua. Kadang di kursi plastik warna hijau yang sering kita jumpai di acara hajatan pernikahan.

Kondisi sebaliknya justru terjadi di kalangan kita. Saya ngelihat banyak orang yang bermewah-mewahan. Mobilnya gonta-ganti. Terus bangunannya pada tinggi-tinggi. Apalagi sekarang banyak yang jualan lewat sosmed. Orang-orang kaya baru berkat jualan lewat sosmed pada berlomba bikin rumah setinggi-tingginya. Pamer kendaran seri terbaru di dalam garasi rumahnya.

Buat saya pribadi. Apa yang kita lakukan sebenarnya nggak salah. Setiap orang punya sikap dan pilihan hidup masing-masing. Mau hidup glamor atau sederhana terserah kita. Yang saya khawatirkan, berdasarakan pengalaman hidup yang saya jalani, dari apa yang selama ini saya ketahui, orang-orang yang hidupnya mewah. Dapat pinjaman dari Bank. Ujung-ujungnya mobilnya dijual, rumahnya disita.

Yang paling adem tentu saja hidup sederhana. Uang banyak. Terus nggak punya hutang ke bank. Nggak punya cicilan kendaraan. Tapi di zaman yang serba konsumtif dan hedonis ini. Kadang yang tadinya hidup sederhana jadi ikut-ikutan kebawa arus. Yang tadinya nggak mau gaya. Jadi ikut gaya. Dalam diri manusia ada yang namanya gengsi. Kalau gengsinya sudah terusik, idealismenya akan bangkit.

Gimana caranya agar hidup kita tetap berada di jalur yang benar. Manajemen keuangan dalam keluarga tentu sangat penting. Kita harus bisa membedakan mana kebutuhan, mana gaya hidup. Kalau kita bisa memilah dan memilih apa yang boleh dan apa yang nggak boleh. Insyaalloh hidup kita akan sejahtera. Hidup kita akan terhindar dari jeratan hutang. Terhindar dari jurang kehancuran dan kebangkrutan.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url