Kisah Cinta Zaman Handphone Nokia 3310 Belum Jadi Janin
PERNAH suka sama seseorang karena bibirnya seksi. Belakangan, setelah saya sering nonton film barat dan baca majalah Aneka Yess, bibirnya itu mirip aktris terkenal Julia Roberts. Kulit putih dan rambut panjang buat saya sudah biasa. Tinggi badan juga standar. Saya tidak terlalu mempermasalahkan. Bibir seksinya itu justru yang membuat saya terobsesi. Saya benar-benar tertarik. Ingin sekali menjadi pacarnya. Ingin sekali melihat bibirnya dari jarak satu centi.
Untuk bisa berkenalan dengannya ternyata lumayan susah. Saya harus rayu dan deketin dulu tetangga. Dia, cewek yang saya suka itu, yang bibirnya mirip aktris Julia Roberts itu, satu sekolahan dengan tetangga. Karena saya benar-benar suka. Saya bela-belain main ke rumah tetangga. Saya tanya ke tetangga, apakah dia sudah punya pacar. Tetangga saya dengan entengnya bilang. Kalau pacar sih belum punya. Tapi kalau yang naksir banyak.
Waktu itu belum ada WhatsApp. Belum ada Blackberry. Handphone Nokia 3310 juga belum jadi janin. Yang jadi primadona masih kertas Harvest. Yang amplopnya warna-warni bergambar kartun cewek cantik dan cowok ganteng. Ngungkapin perasaaan lewat surat menjadi satu-satunya jalan ninja. Meski terbata-bata, saya coba merangkai kata-kata puitis. Tulisan semacam greeting longing pun tak lupa saya sisipin. Endingnya, cinta saya ditolak.
Saat membaca surat balasannya. Saya langsung down. Beruntung, salah satu teman saya waktu itu main ke rumah. Curhatlah saya sama dia, kalau saya suka sama seseorang tapi cinta saya ditolak, dia langsung tepuk pundak saya dengan keras sambil berteriak: BISA! Slogan salah satu iklan minuman berenergi yang diucapkan oleh teman saya itu entah kenapa begitu merasuk ke dalam hati dan jiwa saya.
Saat cewek yang saya taksir main lagi ke rumah tetangga. Saya samperin saja. Saya langsung ngucapin perasaan cinta saya di depan orangnya langsung. Malam itu juga. Cinta saya langsung diterima. Meski hubungan saya dengan dia tidak lama. Waktu itu banyak sekali drama. Tapi hubungan saya dengan dia termasuk salah satu pengalaman yang berkesan. Bukan soal hubungan asmaranya. Tapi soal kata-kata motivasi yang diucapkan oleh teman saya.
Seandainya waktu itu teman saya tidak datang. Seandainya teman saya waktu itu tidak memotivasi saya dengan slogan “BISA” nya. Mungkin saya masih terjebak dalam kemurungan. Kedatangan teman saya ke rumah saya waktu itu benar-benar menjadi pahlawan. Kalimat bisanya benar-benar menjadi bisa yang sangat mematikan. Yang dengan seketika mampu membunuh rasa minder dan rasa tak percaya diri saya.
Sayangnya, seorang pahlawan saya di masa muda itu. Seorang motivator handal saat saya lagi galau itu. Sekarang sudah nggak ada. Dia sudah menghadap ke haribaanNya. Kabar duka tentang kepergiannya baru nyampai ke saya kemarin. Saya nggak nyangka. Selama ini saya lihat dia sehat-sehat saja. Setiap ketemu dia selalu bercanda. Maafkan saya. Tidak bisa membalas kebaikannya. Dari hati yang paling dalam, saya berdoa semoga amal ibadah almarhum semasa hidup diterima oleh Allah SWT. Diterangi dan dilapangkan alam kuburnya. Amiin.
Untuk bisa berkenalan dengannya ternyata lumayan susah. Saya harus rayu dan deketin dulu tetangga. Dia, cewek yang saya suka itu, yang bibirnya mirip aktris Julia Roberts itu, satu sekolahan dengan tetangga. Karena saya benar-benar suka. Saya bela-belain main ke rumah tetangga. Saya tanya ke tetangga, apakah dia sudah punya pacar. Tetangga saya dengan entengnya bilang. Kalau pacar sih belum punya. Tapi kalau yang naksir banyak.
Waktu itu belum ada WhatsApp. Belum ada Blackberry. Handphone Nokia 3310 juga belum jadi janin. Yang jadi primadona masih kertas Harvest. Yang amplopnya warna-warni bergambar kartun cewek cantik dan cowok ganteng. Ngungkapin perasaaan lewat surat menjadi satu-satunya jalan ninja. Meski terbata-bata, saya coba merangkai kata-kata puitis. Tulisan semacam greeting longing pun tak lupa saya sisipin. Endingnya, cinta saya ditolak.
Saat membaca surat balasannya. Saya langsung down. Beruntung, salah satu teman saya waktu itu main ke rumah. Curhatlah saya sama dia, kalau saya suka sama seseorang tapi cinta saya ditolak, dia langsung tepuk pundak saya dengan keras sambil berteriak: BISA! Slogan salah satu iklan minuman berenergi yang diucapkan oleh teman saya itu entah kenapa begitu merasuk ke dalam hati dan jiwa saya.
Saat cewek yang saya taksir main lagi ke rumah tetangga. Saya samperin saja. Saya langsung ngucapin perasaan cinta saya di depan orangnya langsung. Malam itu juga. Cinta saya langsung diterima. Meski hubungan saya dengan dia tidak lama. Waktu itu banyak sekali drama. Tapi hubungan saya dengan dia termasuk salah satu pengalaman yang berkesan. Bukan soal hubungan asmaranya. Tapi soal kata-kata motivasi yang diucapkan oleh teman saya.
Seandainya waktu itu teman saya tidak datang. Seandainya teman saya waktu itu tidak memotivasi saya dengan slogan “BISA” nya. Mungkin saya masih terjebak dalam kemurungan. Kedatangan teman saya ke rumah saya waktu itu benar-benar menjadi pahlawan. Kalimat bisanya benar-benar menjadi bisa yang sangat mematikan. Yang dengan seketika mampu membunuh rasa minder dan rasa tak percaya diri saya.
Sayangnya, seorang pahlawan saya di masa muda itu. Seorang motivator handal saat saya lagi galau itu. Sekarang sudah nggak ada. Dia sudah menghadap ke haribaanNya. Kabar duka tentang kepergiannya baru nyampai ke saya kemarin. Saya nggak nyangka. Selama ini saya lihat dia sehat-sehat saja. Setiap ketemu dia selalu bercanda. Maafkan saya. Tidak bisa membalas kebaikannya. Dari hati yang paling dalam, saya berdoa semoga amal ibadah almarhum semasa hidup diterima oleh Allah SWT. Diterangi dan dilapangkan alam kuburnya. Amiin.