Lebaran Kali ini, Ziarah ke Makam Keluarga Tercinta
SHOLAT ied tahun ini saya bersebelahan dengan bapak-bapak yang tinggal di komplek perumahan dekat kontrakan saya dulu. Dia ikut sholat ied di sini karena ikut saudaranya. Sebelum melaksanakan sholat ied kita sempat ngobrol sebentar mengenai keluarga dan pekerjaan.
Soal pekerjaan (ngakunya sih si bapa ini bekerja di perusahaan swasta) buat saya itu tidak penting. Yang membuat saya merasa terharu waktu si bapak ngobrolin keluarga. Kedua orang tuanya katanya meninggal akibat covid. Sholat ied kali ini adalah kali ketiga si bapak berlebaran tanpa kehadiran orang tuanya.
Pertemuan saya dengan si bapak (saya rasa ini bukan sebuah kebetulan) secara tidak langsung mengingatkan saya soal ajal. Kematian ternyata sangat dekat. Orang-orang tersayang yang selama ini ada di samping kita. Entah itu ayah, ibu, anak, suami, atau istri. Seiring berjalannya waktu satu persatu mulai dipanggil.
Sebenarnya saya malas jika harus menulis soal maut. Efek ke sayanya jadi negatif. Tapi lebaran tahun ini suasananya memang sangat berbeda. Bukan apa-apa, istri saya kemarin sempat bilang ramadhan tahun ini adalah ramadhan terberat. Setelah saya perhatikan. Ucapan istri saya ternyata sebuah isyarat.
Masih ingat kan waktu saya cerita, uwanya istri saya mengalami kecelakaan. Qodarullah, uwanya istri saya meninggal setelah dirawat 3 hari di rumah sakit. Kepergiannya yang mendadak, membuat keluarga istri sangat terpukul. Mereka benar-benar merasa kehilangan. Lebaran yang harusnya ceria, kumpul bersama keluarga, ini malah berduka.
Setelah bertemu si bapak tadi. Saya jadi kepikiran buat ziarah ke pemakaman. Selama ini jika ibu saya ngajak saya ke makam saya suka nggak mau. Lebaran kali ini saya mendadak jadi mau. Di pemakaman saya ketemu banyak orang. Tetangga-tetangga saya yang dulu pun banyak yang ziarah.
Jika istri saya baru kehilangan satu orang. Saya sendiri sudah banyak. Kakek, nenek, kakak dari ibu 2 orang, sama adik saya yang paling kecil dulu meninggal sewaktu masih dalam kandungan. Ziarah ke makam keluarga tercinta. Selain mendoakan almarhum. Juga sebagai pengingat bahwa besok atau lusa kematian akan menghampiri kita.
Soal pekerjaan (ngakunya sih si bapa ini bekerja di perusahaan swasta) buat saya itu tidak penting. Yang membuat saya merasa terharu waktu si bapak ngobrolin keluarga. Kedua orang tuanya katanya meninggal akibat covid. Sholat ied kali ini adalah kali ketiga si bapak berlebaran tanpa kehadiran orang tuanya.
Pertemuan saya dengan si bapak (saya rasa ini bukan sebuah kebetulan) secara tidak langsung mengingatkan saya soal ajal. Kematian ternyata sangat dekat. Orang-orang tersayang yang selama ini ada di samping kita. Entah itu ayah, ibu, anak, suami, atau istri. Seiring berjalannya waktu satu persatu mulai dipanggil.
Sebenarnya saya malas jika harus menulis soal maut. Efek ke sayanya jadi negatif. Tapi lebaran tahun ini suasananya memang sangat berbeda. Bukan apa-apa, istri saya kemarin sempat bilang ramadhan tahun ini adalah ramadhan terberat. Setelah saya perhatikan. Ucapan istri saya ternyata sebuah isyarat.
Masih ingat kan waktu saya cerita, uwanya istri saya mengalami kecelakaan. Qodarullah, uwanya istri saya meninggal setelah dirawat 3 hari di rumah sakit. Kepergiannya yang mendadak, membuat keluarga istri sangat terpukul. Mereka benar-benar merasa kehilangan. Lebaran yang harusnya ceria, kumpul bersama keluarga, ini malah berduka.
Setelah bertemu si bapak tadi. Saya jadi kepikiran buat ziarah ke pemakaman. Selama ini jika ibu saya ngajak saya ke makam saya suka nggak mau. Lebaran kali ini saya mendadak jadi mau. Di pemakaman saya ketemu banyak orang. Tetangga-tetangga saya yang dulu pun banyak yang ziarah.
Jika istri saya baru kehilangan satu orang. Saya sendiri sudah banyak. Kakek, nenek, kakak dari ibu 2 orang, sama adik saya yang paling kecil dulu meninggal sewaktu masih dalam kandungan. Ziarah ke makam keluarga tercinta. Selain mendoakan almarhum. Juga sebagai pengingat bahwa besok atau lusa kematian akan menghampiri kita.
