Jangan Kecewakan Pelanggan Part 1
KALAU pelayanannya kurang memuaskan, sering dikecewakan, lama-lama pelanggan kita akan pergi. Nggak akan beli atau menggunakan jasa kita lagi. Itulah yang terjadi pada saya beberapa hari ini. Mau tahu seperti apa ceritanya? Simak baik-baik ya. Semoga pengalaman saya ini bisa jadi pelajaran buat teman-teman.
Waktu pertama kali saya beli laptop. Saya disaranin oleh teman saya untuk beli laptopnya di toko A. Di toko A katanya harganya lebih miring. Beda dengan toko sebelah. Di kemudian hari, saya coba survey ke toko-toko yang lain. Harga di toko A memang lebih murah. Selisihnya kadang 100-200 ribu.
Baru satu minggu saya beli laptop di sana. Laptop saya mendadak mati. Karena masih ada garansi, saya balikin lagi laptopnya ke toko. Sama yang punya toko laptop saya langsung dikirim ke distributornya langsung. Baru terima laptop lagi, entah diganti dengan tipe yang sejenis atau emang laptopnya sudah diperbaiki, seminggu kemudian. Untuk kasus yang ini saya tidak mau ambil pusing karena saya sudah terima laptop dalam kondisi baru, model dan merknya sama, tidak ada cacat sedikitpun.
Selama setahun ini, kalau saya hitung mungkin sudah lebih dari 10 kali melakukan instal ulang. Kalau biaya instal ulang 100rb, berarti saya sudah mengeluarkan uang 1 juta. Kata yang punya toko, instal ulang minimal 6 bulan sekali. Jadi dalam setahun instal ulang cukup 2 kali. Terkait instal ulang, saya tidak akan menyalahkan pihak toko, karena kesalahan mungkin ada di saya.
Yang jadi masalah dan bikin saya kesal ketika terakhir saya mau instal ulang lagi, laptop saya divonis harus ganti harddisk. Sementara di dalam harddisk ada data-data penting. Kalau harus ganti harddisk dan data-data penting yang ada di harddisk tidak bisa diselamatkan. Saya seperti anak ayam yang kehilangan induk. Saya harus memulai kembali dari nol. Dan menurut saya itu sangat konyol.
Berhubung saya nggak bawa duit. Biasanya saya bayar kalau laptopnya sudah beres diinstal ulang. Akhirnya laptop saya bawa pulang. Di rumah, saya coba berfikir, merenung. Nyari cara bagaimana data-data penting yang ada di harddisk bisa diselamatkan. Sehari, dua hari, belum dapat ide. 3 hari kemudian. Saya baru dapat ilham.
Di toko B. Laptop saya ternyata masih bisa dinstal ulang. Laptop saya bisa hidup lagi. Data-data penting yang ada di harddisk alhamdulillah masih bisa diselamatkan. Dan saya bisa beraktifitas lagi seperti semula.
Pelajaran yang bisa diambil oleh teman-teman adalah, ketika teman-teman menghadapi sebuah masalah. Teman-teman tidak boleh percaya terhadap satu sumber. Teman-teman harus punya sumber lain yang bisa jadi opsi untuk bisa menyelesaikan masalah teman-teman tersebut.
Bayangkan saja, kalau saat itu saya percaya sama toko A. Saya langsung ganti harddisk. Saya nggak kefikiran kejadiannya bakalan seperti apa. Untung saya ini orangnya suka ngeyel. Nggak mau percayaan begitu saja. Kalau sudah mentok, segala cara udah saya tempuh dan harddisk saya tetep harus diganti. Baru deh saya nyerah.