Penyanyi Zaman Sekarang Identik dengan Cover Lagu Orang
BELAKANGAN ini saya sering nonton acara podcast tentang personil grup band yang sukses di masa lalu, baik yang masih aktif di band yang membesarkan namanya atau sudah dipecat karena sesuatu dan lain hal. Di beberapa podcast yang saya tonton. Para personil tersebut rata-rata bercerita kisah perjuangan mereka saat meniti karir mulai dari nol sampai sukses dan terkenal hingga digemari banyak orang.
Para personil tersebut, bersama teman-teman band-nya, awalnya sering mengikuti acara festival band. Setelah berhasil menjadi juara dalam ajang festival, mereka mulai manggung di cafe-cafe. Saat mengikuti ajang festival dan manggung di cafe mereka seringnya membawakan lagu orang. Lagu-lagu yang mereka nyanyikan terkadang dari grup band senior yang sudah lebih dulu terkenal atau lagu dari grup band luar negeri.
Seiring berjalannya waktu, sesuai dengan visi dan misi mereka saat membentuk sebuah band, mereka mulai menciptakan lagu sendiri. Bikin demo dikirim ke beberapa label. Proses kirim demo ke label inilah, baik yang diterima atau pun yang ditolak, membuat saya ketagihan nonton podcast. Dari kisah perjalanan mereka banyak sekali ilmu dan pelajaran yang bisa saya ambil.
Siapa pun personilnya. Dalam podcast itu mereka selalu bercerita. Ketika mereka sudah terkenal. Sudah dikontrak oleh sebuah label. Album mereka terjual ribuan atau jutaan copy. Terus mereka sibuk manggung ke sana kemari. Dalam perjalanannya tak luput dari berbagai konflik dan masalah. Jadi nggak usah heran kalau personilnya ada yang keluar, ada yang dipecat, atau mengundurkan diri. Bahkan, kalau masalahnya terlalu pelik, grup bandnya sendiri ikut bubar.
Kendati demikian, lagu-lagu yang mereka ciptakan, yang terjual ribuan atau jutaan copy itu, tak lekang dimakan zaman. Sampai sekarang lagu mereka masih enak untuk didengar. Saya pribadi, saat sedang beraktifitas di depan laptop, lebih sering memutar lagu-lagu mereka ketimbang lagu-lagu zaman sekarang yang hitsnya paling sebulan dua bulan. Bulan berikutnya langsung hilang dari peredaran.
Kenapa lagu-lagu mereka, anak-anak gen Z sering menyebutnya dengan lagu jadul, begitu membekas dalam ingatan. Selain penuh kenangan dan nostalgia, ikut mengiringi perjalanan kita waktu masih muda. Mungkin karena perjuangan dan kerja keras mereka dari nol yang membuat lagu-lagu mereka menjadi masterpiece. Berbeda dengan penyanyi-penyanyi zaman sekarang yang identik dengan cover lagu orang.
Dulu, untuk menjadi terkenal, sebuah grup band harus melewati proses yang berdarah-darah. Ide dan kreatifitas mereka sangat teruji dan layak untuk dihargai. Sekarang, ketika semua fasilitas sudah tersedia, platform-platform untuk berekspresi mulai bermunculan. Banyak melahirkan penyanyi-penyanyi instan yang dari sisi komersil terkesan begitu wah. Namun dari sisi ide dan kreatifitas, sepertinya, masih perlu dipertanyakan.
Para personil tersebut, bersama teman-teman band-nya, awalnya sering mengikuti acara festival band. Setelah berhasil menjadi juara dalam ajang festival, mereka mulai manggung di cafe-cafe. Saat mengikuti ajang festival dan manggung di cafe mereka seringnya membawakan lagu orang. Lagu-lagu yang mereka nyanyikan terkadang dari grup band senior yang sudah lebih dulu terkenal atau lagu dari grup band luar negeri.
Seiring berjalannya waktu, sesuai dengan visi dan misi mereka saat membentuk sebuah band, mereka mulai menciptakan lagu sendiri. Bikin demo dikirim ke beberapa label. Proses kirim demo ke label inilah, baik yang diterima atau pun yang ditolak, membuat saya ketagihan nonton podcast. Dari kisah perjalanan mereka banyak sekali ilmu dan pelajaran yang bisa saya ambil.
Siapa pun personilnya. Dalam podcast itu mereka selalu bercerita. Ketika mereka sudah terkenal. Sudah dikontrak oleh sebuah label. Album mereka terjual ribuan atau jutaan copy. Terus mereka sibuk manggung ke sana kemari. Dalam perjalanannya tak luput dari berbagai konflik dan masalah. Jadi nggak usah heran kalau personilnya ada yang keluar, ada yang dipecat, atau mengundurkan diri. Bahkan, kalau masalahnya terlalu pelik, grup bandnya sendiri ikut bubar.
Kendati demikian, lagu-lagu yang mereka ciptakan, yang terjual ribuan atau jutaan copy itu, tak lekang dimakan zaman. Sampai sekarang lagu mereka masih enak untuk didengar. Saya pribadi, saat sedang beraktifitas di depan laptop, lebih sering memutar lagu-lagu mereka ketimbang lagu-lagu zaman sekarang yang hitsnya paling sebulan dua bulan. Bulan berikutnya langsung hilang dari peredaran.
Kenapa lagu-lagu mereka, anak-anak gen Z sering menyebutnya dengan lagu jadul, begitu membekas dalam ingatan. Selain penuh kenangan dan nostalgia, ikut mengiringi perjalanan kita waktu masih muda. Mungkin karena perjuangan dan kerja keras mereka dari nol yang membuat lagu-lagu mereka menjadi masterpiece. Berbeda dengan penyanyi-penyanyi zaman sekarang yang identik dengan cover lagu orang.
Dulu, untuk menjadi terkenal, sebuah grup band harus melewati proses yang berdarah-darah. Ide dan kreatifitas mereka sangat teruji dan layak untuk dihargai. Sekarang, ketika semua fasilitas sudah tersedia, platform-platform untuk berekspresi mulai bermunculan. Banyak melahirkan penyanyi-penyanyi instan yang dari sisi komersil terkesan begitu wah. Namun dari sisi ide dan kreatifitas, sepertinya, masih perlu dipertanyakan.