Cerpen Remaja Terbaru 2023 - Melupakan Icha

TANPA sepengetahuan Via. Saya sering main ke rumah Icha. Rumah Via dan rumah Icha sebenarnya jauh. Tapi kalau saya mau main ke rumah Icha. Kampung Via pasti kelewatan. Setiap main ke rumah Icha. Hati saya selalu deg-degan. Saya takut ketemu Via di jalan. Terus Via nanya, saya mau ke mana? Mau main ke rumah siapa?

Beruntungnya, ketakutan saya tidak pernah terjadi. Via perempuan baik-baik. Sehari-hari Via tidak pernah lepas dari Jilbab. Sama seperti saya. Via jarang keluar rumah. Via keluar rumah kalau sekolah, ikut pengajian, atau disuruh orang tuanya beli bumbu dapur ke warung.

Cerpen-Remaja-Terbaru-2023-Melupakan-Icha.jpg

Sepanjang saya main ke rumah Icha. Hubungan saya dengan Via nggak pernah ada masalah. Kita tetap rukun. Via selalu saya spesialin. Setiap malam minggu saya selalu ada untuk Via. Itulah mungkin yang membuat Via tidak pernah berpikir negatif pada saya.

Hal sebaliknya justru terjadi pada Icha. Icha selalu bertanya, kenapa setiap malam minggu saya tidak pernah apel. Padahal, pada saat itu, apel di malam minggu adalah sebuah tradisi yang biasa dilakukan pasangan muda mudi bila sedang dimabuk cinta.

Saya main ke rumah Icha tidak tentu waktu. Semaunya saya saja. Saya tidak bisa ngebayangin gimana kalau saat itu sudah ada Handphone. Panggilan dari Icha. SMS dari Icha. BBM dari Icha. Chat WhatsApp dan Telegram dari Icha, mungkin sudah membanjiri Handphone saya.

***

Saya benar-benar terluka saat Via menghilang tanpa kabar. Bertubi-tubi saya kirim surat pada Via. Satu pun tak ada yang dibalas. Saya coba minta tolong saudara. Kebetulan rumahnya dekat dengan rumah Via. Saudara saya pun angkat tangan. Dia tidak bisa menolong saya untuk mempertemukan saya dengan Via. Hubungan saya dengan Via seperti diujung tanduk. Dibilang masih pacaran, nggak. Dibilang sudah putus juga, nggak. Anak-anak zaman sekarang mungkin menyebutnya ngegantung.

Padahal, saya sudah merelakan Icha. Saya sudah nggak pernah main lagi ke rumah Icha. Saya tidak ingin menyakiti perempuan. Apalagi orang yang saya sayang. Meski waktu itu saya masih nganggur. Dan Via masih kelas 3 SMA. Jika setelah lulus sekolah, Via nggak mau ngelanjutin kuliah, dan ingin menikah dengan saya. Saya siap. Cinta saya hanya untuk Via.

***

Ada alasan yang membuat saya kecewa sama Icha. Saat itu ada salah satu anak kuliahan yang sering antar jemput Icha ke sekolah. Buat saya sebenarnya itu wajar. Tidak jadi masalah. Toh, saya juga sedang berhubungan dengan Via.

Yang membuat saya kesal. Katanya nggak pernah ada perasaan. Icha menganggap anak kuliahan yang sering antar jemput ke sekolah itu sebagai kakak. Ya, hanya sebatas kakak. Tapi, pada suatu hari, si anak kuliahan ini datang ke rumah Icha bersama keluarganya hendak melamar Icha.

Kalau hanya sebatas adik kakak. Kenapa harus ada proses lamaran? Kalau hubungannya biasa-biasa saja. Kenapa harus ada acara tukar cincin segala?

Setelah acara lamaran itu. Besoknya Icha kirim surat. Dalam suratnya Icha menangis. Icha katanya tidak cinta. Icha melakukan semua ini karena terpaksa. Anak kuliahan ini selalu berusaha mendapatkan cinta Icha dengan cara membeli hati orang tua Icha.

Dibawain peuyeum Bandung. Dibawain martabak telur. Dibawain kue bolu. Dibawain buah dukuh dan rambutan. Hati orang tua mana yang nggak luluh melihat pacar anaknya sebaik itu. Saya yang sejak awal digadang-gadang akan menjadi menantu idaman, tapi setiap main ke rumah Icha nggak pernah bawa apa-apa. Pada detik-detik terakhir terpaksa harus dicoret.

Di sisi lain. Kondisi psikologis saya waktu itu emang sedang labil. Bingung di antara dua pilihan. Memilih Via atau Icha. Jadi saya belum berani jor-joran ngasih berbagai perhatian. Yang saya lakukan waktu itu justru seperti air mengalir. Seiring berjalannya waktu. Gara-gara acara lamaran itu. Saya terpaksa harus melupakan Icha.

***

Saya masih ingat, waktu itu Handphone Nokia 3310 sedang booming. Icha tahu nomer Handphone saya dari saudara saya yang sekelas waktu mereka SMP. Icha kirim SMS. Isi SMS-nya lucu. Icha nagih hutang. Dulu saya pernah pinjam uang Rp 100.000 buat kursus komputer. Sebelum Icha nikah urusan hutang piutang katanya harus selesai.

Seminggu sebelum Icha nikah. Saya sempetin main ke rumah Icha. Di rumahnya waktu itu ada Siska. Sahabatnya Icha waktu di SMK. Siska orangnya seksi. Saat saya lagi ngobrol dengan Icha. Siska suka curi-curi pandang dengan saya. Tapi sama sekali saya tidak tertarik. Saya main ke rumah Icha hanya ingin membayar hutang.

Sebelum pulang. Saya melihat surat undangan menumpuk di atas meja. Salah satu surat undangannya iseng saya buka. Di situ tertulis Icha nikah hari kamis. Saya pun kaget. Hari kamis nikah, hari rabunya, Icha ngajak saya jalan-jalan. Ke mana saja. Bebas. Suka-suka. Kalau saya nggak suka keramaian, Icha ngajak saya main ke rumah Siska. Di rumah Siska katanya nggak ada siapa-siapa. Ibu dan ayah Siska setiap hari suka pergi ke sawah.

Di rumah Icha waktu itu cuma kami bertiga. Orang tua Icha nggak tahu lagi ke mana. Waktu Icha ngajak saya main ke rumah Siska. Saya lama menatap wajah Icha. Saya seperti orang bingung. Dalam hati saya ngomong, kok bisa Icha punya inisiatif ngajak saya jalan-jalan sehari sebelum pesta pernikahannya. Emang mau ngapain?

"Mau nggak? Kalau nggak mau, ya, udah!" Karena saya nggak ngasih jawaban. Icha mendadak ketus.



Cerpen-Remaja-Terbaru-2023-Melupakan-Icha.jpg

***

Waktu boleh berganti. Zaman boleh berubah. Tapi yang namanya mantan. Tetap selalu ada dalam ingatan. Itu mungkin yang mendasari Icha nge-add Facebook saya. Saya sendiri pernah mencarinya. Tapi nihil. Akun punya Icha saya cari nggak ketemu-ketemu. Rupanya, Icha bikin akun Facebook pakai nama anaknya.

Waktu Icha nge-add Facebook saya. Awalnya saya ragu. Konfirmasi jangan. Konfirmasi jangan. Setelah lihat foto profilnya dengan jelas. Baru saya konfirmasi. Sekedar menjalin silaturahmi nggak ada salahnya.

"Hai, ini Zian bukan?" Icha waktu itu yang pertama kali menyapa saya. Sama seperti Icha. Akun Facebook saya juga pakai nama samaran.

"Hai juga. Ini sama Icha ya?"

"Iya. Zian gimana kabarnya sehat?"

"Alhamdulillah. Icha sendiri, gimana?"

"Alhamdulillah sehat. Zian sekarang tinggal di mana?"

***

Setiap baca curhatan dari Icha. Saya seperti percaya nggak percaya. Masa sih Icha kena guna-guna.

"Beneran ih. Serius. Hati saya cuma buat kamu. Saya nikah sama dia karena terpaksa. Saya seperti diguna-guna."

"Ah...yang bener?"

"Saya pernah kabur lho. Tapi ketahuan sama paman. Terus saya dibawa pulang"

"Lha..terus..." Saya masih penasaran.

"Saya jarang ngelayanin suami. Saya males kalau diajak begituan.."

"Hmmm...."


"Saya tahu kok kamu sekarang lagi di mana. Boleh main nggak?"


***

"Halo, Bos. Ini dengan suaminya. Jangan ganggu istri orang ya, Bos. Sekarang sudah ada undang-undangnya lho."


Setiap chat dengan Icha, saya nggak pernah pakai kode khusus. Akun Facebook yang saya gunakan adalah akun klonengan. Email, password, cuma saya saja yang tahu. Icha juga selalu bilang sama saya kalau akun Facebooknya aman. Suaminya nggak pernah ngutak ngatik akun Facebook miliknya.

Lagian chat saya ke Icha nggak pernah aneh-aneh. Yang aneh-aneh justru chat Icha ke saya. Pernah suatu hari, Icha ngirim chat begini sama saya.

"Kalau kita mau ketemuan, enaknya di mana ya?" 

Saya jawab saja.

"Ketemuan di mana pun. Pasti bakal ketahuan. Sudah kamu baikan saja sama suami. Kasihan anak kamu"

"Tapi aku nggak cinta sama dia. Banyak kok laki-laki yang ngedekatin saya. Bahkan ada laki-laki yang mau ngebiayain saya untuk bercerai dari dia. Tapi saya nggak suka."


"Terus kamu sukanya sama siapa?" Saya pura-pura bego.

"Masa harus saya jawab?" Di seberang sana. Icha seperti menahan emosi.

Balik lagi ke chat suaminya. Kalau dia ngeluangin waktu buat baca chat saya dengan Icha dari awal. Di sana tercatat dengan jelas. Saya tidak pernah melayani ajakan dia untuk keluar dari norma-norma. Setiap kali Icha ngomong hal-hal yang berbau seronok, saya selalu membalasnya dengan kalimat:

"Ingat suami dan anak kamu, cha"


Jadi saya benar-benar sebel banget waktu baca chat dari suaminya. Si anak kuliahan yang kurang ajar itu. Selama saya chat-an dengan Icha di inbox. Saya nggak pernah ngajak Icha selingkuh. Kalau mau dibalikin. Yang jahat itu justru dia. Waktu saya dan Icha masih pacaran. Dia nusuk saya dari belakang.

Saking sebelnya sama si anak kuliahan, terus takut nanti urusannya jadi panjang. Saya unfriend saja Facebook Icha biar aman.

***

Dulu Icha yang nge-add duluan. Sekarang giliran saya yang nge-add Facebook Icha. Setahun nggak kontekan, lama-lama ada rasa kangen juga. Saya ingin tahu gimana kabar Icha sekarang. Siapa tahu konflik rumah tangganya sudah mereda. Icha dan suaminya sudah baikan.

Dugaan saya ternyata meleset. Konflik rumah tangga Icha dengan suaminya malah menjadi-jadi. Setelah akun Facebook saya dikonfirmasi. Icha lagi-lagi curhat. Icha katanya sudah nggak kuat. Icha ingin bercerai. Icha bingung. Icha galau. Sambil kirim emoticon menangis. Icha sampai mohon-mohon ke saya.

"Kalau malam ini kamu ngajak saya pergi. Saya akan pergi. Saya akan keluar dari rumah. Kalau perlu kabur lewat jendela"

Pas Icha bilang begitu. Setan yang menggoda saya di hari rabu sehari sebelum Icha nikah. Tiba-tiba berbisik lagi...

"Cowok belagu, lu. Pura-pura so alim. Kalau gua jadi elu, udah gua sikat tuh cewek..."

Astagfirullahaladzim...!!!

"Jangan begitu, cha. Kasihan suami kamu. Kasihan anak kamu."


"Saya sudah nggak peduli. Pokoknya saya mau bercerai. Kalau kamu nggak mau ajak saya pergi malam ini. Nggak apa-apa. Saya akan pergi sendiri."

"Jangan, cha. Jangan kabur. Please..!!!"

"Bodo amat. Saya sudah nggak kuat. Saya ingin bercerai pokoknya. Asal kamu tahu, surat-surat cinta dari kamu, kado ultah, kaset-kaset pemberian dari kamu, semuanya masih saya simpan"


"Haah...Masa? Disimpan di mana? Kok bisa nggak ketahuan?"


“Nanti saya jelasin. Sekarang tolongin saya dulu. Saya stress banget!”


***

Sampai sekarang saya dan Icha masih berteman di Facebook. Setelah obrolan terakhir malam itu, setelah saya nasehatin Icha ini itu, saya dan Icha nggak pernah bertegur sapa lagi. Alasannya bisa jadi Icha nurut sama kata-kata saya. Bisa juga sakit hati. Sakit yang terlalu dalam. Dalam hidupnya kini tak ada lagi pahlawan yang bisa diandalkan. Tak ada lagi kekasih yang bisa dijadikan sebagai sandaran.

Atau bisa juga...kalau benar Icha kena guna-guna. Pelet suaminya mungkin sudah di-upgrade ke versi yang terbaru. Icha benar-benar dibuat tak berkutik. Icha nggak pernah kepikiran lagi untuk kabur dari rumah.

Ah, apa pun itu. 

Saya lihat Icha dan suaminya sekarang sudah bahagia. Anaknya kini nambah jadi dua. Di status terbarunya. Icha dan suaminya sedang sibuk merenovasi rumah.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url