Kenangan Ngetik dengan Mesin Tik dan Kursus Komputer
GEMETAR sih nggak. Cuma kikuk saja. Pas megang keyboard komputer. Jari-jari tangan mendadak kaku mau nulis apa mau ngetik apa. Padahal ngetik huruf di keyboard lebih mudah ketimbang ngetik huruf di mesin tik. Sebelumnya saya pernah nyoba ngetik di mesin tik. Kebetulan suami tante saya kerja sebagai TU di salah satu SMP. Kalau ada rekapan yang nggak beres di sekolah. Mesin tiknya suka dibawa ke rumah.
Waktu pas awal-awal nikah. Tante saya dan suaminya sempat ikut tinggal di rumah orang tua saya. Jadi saya sering memperhatikan suami tante saya bekerja. Setiap ada waktu senggang. Saya suka minta izin untuk belajar ngetik di mesin tik. Ngetik apa saja. Bebas. Seperti nulis abcdefg atau nulis 12345. Sekedar melenturkan jari. Sekalian belajar dan menghilangkan rasa penasaran.
Sayang, kebersamaan saya dengan mesin tik tidak berlangsung lama. Suami tante saya keburu mengundurkan diri. Dia dapat tawaran kerja di salah satu bank daerah. Setelah resmi kerja sebagai pegawai bank. Tante saya yang waktu itu baru punya anak satu dan masih bayi ikut diboyong dibawa pindah ke kabupaten di mana kantor bank tersebut berada. Dari situ mungkin awal mula saya ingin belajar mengetik. Awal mula saya ingin belajar menulis.
Keinginan saya untuk belajar mengetik dan menulis tidak saya dapatkan dengan mudah. Ada jeda waktu yang sangat panjang sebelum saya memutuskan untuk ikut kursus komputer. Selain belum memiliki alat transportasi dan informasi di mana tempat kursus komputer yang bagus, salah satu penyebab saya tidak cepat-cepat belajar kursus komputer adalah kondisi ekonomi orang tua saya yang saat itu belum stabil. Masih morat-marit akibat terdampak krisis moneter.
Saya masih ingat. Biaya kursusnya Rp 250.000. Lama kursusnya 2 minggu. Dalam 1 minggu ada 4 kali pertemuan. Lokasi tempat kursusnya berada di dalam gang. Bisa dilewati gerobak dan sepeda motor. Arah depan lurus ke SMA favorit dan Rumah Sakit. Arah belakang bolak belok tembusnya nanti ke taman bermain dan lapangan olahraga. Di tempat kursusan itu saya diajarkan cara mengetik yang benar. Cara mengoperasikan Microsoft Word. Diajarin gimana caranya bikin kop surat, Indent Spacing dan Mail Merge.
Banyak kenangan dan hikmah yang saya dapatkan dan tidak bisa saya lupakan begitu saja selama saya belajar kursus komputer. Pertama, saya jadi berani berangkat sendirian ke pusat kota. Kedua, saya kenal dengan guru pembimbing. Ketiga, kenalan dengan salah satu pelajar SMK yang waktu itu ikut kursus juga. Keempat, pulang dan pergi saya selalu membawa disket. Dulu flashdisk belum ada. Semua file hasil latihan selain disimpan di harddisk. Harus disalin juga ke dalam disket.
Balik lagi ke soal keyboard. Di tempat kursusan itulah saya mulai mengetik dengan rapi. Kalimat pertama yang saya ketik pas mulai pasih menggunakan keyboard komputer adalah "Aku Sayang Banget Sama Kamu" Padahal waktu itu saya masih jomblo. Nggak terasa. Tahun-tahun berlalu. Musim musim berganti. Dari disket pindah ke flashdisk. Dari kaset pindah ke CD. Dari Hp polyphonic pindah ke Hp android. Dari yang awalnya ngetik di mesin tik. Sekarang bisa nulis berpuluh-puluh artikel dengan lancar menggunakan laptop.
Waktu pas awal-awal nikah. Tante saya dan suaminya sempat ikut tinggal di rumah orang tua saya. Jadi saya sering memperhatikan suami tante saya bekerja. Setiap ada waktu senggang. Saya suka minta izin untuk belajar ngetik di mesin tik. Ngetik apa saja. Bebas. Seperti nulis abcdefg atau nulis 12345. Sekedar melenturkan jari. Sekalian belajar dan menghilangkan rasa penasaran.
Sayang, kebersamaan saya dengan mesin tik tidak berlangsung lama. Suami tante saya keburu mengundurkan diri. Dia dapat tawaran kerja di salah satu bank daerah. Setelah resmi kerja sebagai pegawai bank. Tante saya yang waktu itu baru punya anak satu dan masih bayi ikut diboyong dibawa pindah ke kabupaten di mana kantor bank tersebut berada. Dari situ mungkin awal mula saya ingin belajar mengetik. Awal mula saya ingin belajar menulis.
Keinginan saya untuk belajar mengetik dan menulis tidak saya dapatkan dengan mudah. Ada jeda waktu yang sangat panjang sebelum saya memutuskan untuk ikut kursus komputer. Selain belum memiliki alat transportasi dan informasi di mana tempat kursus komputer yang bagus, salah satu penyebab saya tidak cepat-cepat belajar kursus komputer adalah kondisi ekonomi orang tua saya yang saat itu belum stabil. Masih morat-marit akibat terdampak krisis moneter.
Saya masih ingat. Biaya kursusnya Rp 250.000. Lama kursusnya 2 minggu. Dalam 1 minggu ada 4 kali pertemuan. Lokasi tempat kursusnya berada di dalam gang. Bisa dilewati gerobak dan sepeda motor. Arah depan lurus ke SMA favorit dan Rumah Sakit. Arah belakang bolak belok tembusnya nanti ke taman bermain dan lapangan olahraga. Di tempat kursusan itu saya diajarkan cara mengetik yang benar. Cara mengoperasikan Microsoft Word. Diajarin gimana caranya bikin kop surat, Indent Spacing dan Mail Merge.
Banyak kenangan dan hikmah yang saya dapatkan dan tidak bisa saya lupakan begitu saja selama saya belajar kursus komputer. Pertama, saya jadi berani berangkat sendirian ke pusat kota. Kedua, saya kenal dengan guru pembimbing. Ketiga, kenalan dengan salah satu pelajar SMK yang waktu itu ikut kursus juga. Keempat, pulang dan pergi saya selalu membawa disket. Dulu flashdisk belum ada. Semua file hasil latihan selain disimpan di harddisk. Harus disalin juga ke dalam disket.
Balik lagi ke soal keyboard. Di tempat kursusan itulah saya mulai mengetik dengan rapi. Kalimat pertama yang saya ketik pas mulai pasih menggunakan keyboard komputer adalah "Aku Sayang Banget Sama Kamu" Padahal waktu itu saya masih jomblo. Nggak terasa. Tahun-tahun berlalu. Musim musim berganti. Dari disket pindah ke flashdisk. Dari kaset pindah ke CD. Dari Hp polyphonic pindah ke Hp android. Dari yang awalnya ngetik di mesin tik. Sekarang bisa nulis berpuluh-puluh artikel dengan lancar menggunakan laptop.