Selama Kita Berusaha dan Berikhtiar, Tuhan Akan Mengabulkan Doa-Doa Kita
HIDUP di dunia tak ada yang abadi. Kadang di atas, kadang di bawah. Semua hal. Segala aspek. Tak terkecuali dengan bisnis. Hari ini bisa saja bisnis kita lancar. Produk kita laku. Barang kita banyak dicari orang. Besok belum tentu. Pun dengan kedudukan. Hari ini bisa saja kita termasuk orang kaya. Punya banyak harta. Punya banyak kendaraan. Aset bisnis ada di mana-mana. Setiap ketemu orang selalu dihormat dan dielu-elukan. Besok belum tentu. Besok nggak ada yang tahu.
Banyak sebenarnya kasus yang seperti itu. Bukan hanya di tempat saya. Di tempat teman-teman juga pasti ada. Orang yang tadinya jaya. Punya gelar terhormat. Termasuk tokoh yang selalu dimintai pendapat jika ada persoalan dan permasalahan di masyarakat. Pada periode tertentu tiba-tiba bisnisnya runtuh. Nama besarnya redup. Orang-orang sudah tidak hormat dan segan lagi padanya. Perjalanan hidupnya harus kembali ke titik nol. Harus kembali dari dasar.
Beratkah jika harus menjalani kehidupan seperti itu. Sangat-sangat berat. Apalagi jika selama kita berada di atas. Aktifitas kita senantiasa ditunggangi oleh rasa angkuh. Rasa sombong. Merasa diri paling benar. Merasa diri paling hebat. Merasa diri paling tahu. Begitu jatuh. Sakitnya langsung menusuk ulu hati. Sakitnya bisa bikin perut mules dan pening kepala. Bahkan penyakit yang tadinya tidak ada. Mendadak jadi ada. Beranak pinak. Sakit yang ini belum sembuh. Sudah datang lagi penyakit yang lain.
Satu-satunya obat yang bisa menyembuhkan adalah sabar. Sabar menerima nasib. Sabar menjalani takdir. Tentunya sambil merangkak lagi pelan-pelan. Memunguti kepingan-kepingan hidup yang hancur lebur. Merangkai kembali semangat yang lemah lunglai. Bukan meratapi nasib. Mengutuki takdir. Apalagi sampai kesal dan benci sama Tuhan. Seolah-olah Tuhan kejam. Membiarkan mahluknya terjerumus ke dalam jurang kehancuran. Membiarkan mahluknya tertatih dan terseok-seok.
Kebangkrutan yang menimpa kita justru harus dijadikan cermin. Harus dijadikan pelajaran. Dulu waktu bisnis kita lancar. Waktu kita banyak duit. Barangkali kita terlalu royal. Belanja belanji kita lepas kontrol. Segala dibeli. Segala diborong. Kita jadi orang serakah dan kemaruk mengikuti hawa nafsu hanya untuk memenuhi gaya hidup. Padahal semua barang dan benda yang kita beli ujung-ujungnya jadi sampah. Semua makanan dan minuman yang kita beli ujung-ujungnya jadi (maaf) tahi.
Esok atau lusa ketika kehidupan kita berubah. Ketika usaha kita kembali lancar. Dari kebangkrutan dan kehancuran yang kita alami di masa silam. Kita jadi punya pengingat. Kita jadi punya cambuk sekaligus patokan. Bahwa kita tidak boleh melakukan kesalahan yang sama. Kita tidak boleh terjerumus ke dalam lubang untuk yang kedua kali. Kita ini manusia. Kita bukan keledai. Kita punya kendali untuk menginjak rem. Kita punya otak dan fikiran untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan.
Sekali lagi, hidup tak ada yang abadi. Yang lagi bangkrut. Yang lagi ada masalah dengan keluarga. Yang lagi ada masalah dengan pekerjaan. Yang lagi ada masalah dengan bisnis. Teruslah bergerak. Teruslah optimis. Hadapi semua masalah dengan penuh keikhlasan. Hadapi semua ruwet dan rumitnya kehidupan dengan senyuman. Yakinlah, Tuhan tidak pernah diam. Selama kita berusaha dan berikhtiar. Tuhan akan mengabulkan doa-doa kita.
Banyak sebenarnya kasus yang seperti itu. Bukan hanya di tempat saya. Di tempat teman-teman juga pasti ada. Orang yang tadinya jaya. Punya gelar terhormat. Termasuk tokoh yang selalu dimintai pendapat jika ada persoalan dan permasalahan di masyarakat. Pada periode tertentu tiba-tiba bisnisnya runtuh. Nama besarnya redup. Orang-orang sudah tidak hormat dan segan lagi padanya. Perjalanan hidupnya harus kembali ke titik nol. Harus kembali dari dasar.
Beratkah jika harus menjalani kehidupan seperti itu. Sangat-sangat berat. Apalagi jika selama kita berada di atas. Aktifitas kita senantiasa ditunggangi oleh rasa angkuh. Rasa sombong. Merasa diri paling benar. Merasa diri paling hebat. Merasa diri paling tahu. Begitu jatuh. Sakitnya langsung menusuk ulu hati. Sakitnya bisa bikin perut mules dan pening kepala. Bahkan penyakit yang tadinya tidak ada. Mendadak jadi ada. Beranak pinak. Sakit yang ini belum sembuh. Sudah datang lagi penyakit yang lain.
Satu-satunya obat yang bisa menyembuhkan adalah sabar. Sabar menerima nasib. Sabar menjalani takdir. Tentunya sambil merangkak lagi pelan-pelan. Memunguti kepingan-kepingan hidup yang hancur lebur. Merangkai kembali semangat yang lemah lunglai. Bukan meratapi nasib. Mengutuki takdir. Apalagi sampai kesal dan benci sama Tuhan. Seolah-olah Tuhan kejam. Membiarkan mahluknya terjerumus ke dalam jurang kehancuran. Membiarkan mahluknya tertatih dan terseok-seok.
Kebangkrutan yang menimpa kita justru harus dijadikan cermin. Harus dijadikan pelajaran. Dulu waktu bisnis kita lancar. Waktu kita banyak duit. Barangkali kita terlalu royal. Belanja belanji kita lepas kontrol. Segala dibeli. Segala diborong. Kita jadi orang serakah dan kemaruk mengikuti hawa nafsu hanya untuk memenuhi gaya hidup. Padahal semua barang dan benda yang kita beli ujung-ujungnya jadi sampah. Semua makanan dan minuman yang kita beli ujung-ujungnya jadi (maaf) tahi.
Esok atau lusa ketika kehidupan kita berubah. Ketika usaha kita kembali lancar. Dari kebangkrutan dan kehancuran yang kita alami di masa silam. Kita jadi punya pengingat. Kita jadi punya cambuk sekaligus patokan. Bahwa kita tidak boleh melakukan kesalahan yang sama. Kita tidak boleh terjerumus ke dalam lubang untuk yang kedua kali. Kita ini manusia. Kita bukan keledai. Kita punya kendali untuk menginjak rem. Kita punya otak dan fikiran untuk menghindari hal-hal yang tidak kita inginkan.
Sekali lagi, hidup tak ada yang abadi. Yang lagi bangkrut. Yang lagi ada masalah dengan keluarga. Yang lagi ada masalah dengan pekerjaan. Yang lagi ada masalah dengan bisnis. Teruslah bergerak. Teruslah optimis. Hadapi semua masalah dengan penuh keikhlasan. Hadapi semua ruwet dan rumitnya kehidupan dengan senyuman. Yakinlah, Tuhan tidak pernah diam. Selama kita berusaha dan berikhtiar. Tuhan akan mengabulkan doa-doa kita.