Resolusi Tahun 2022, Harus Terukur dan Sesuai Kemampuan

UNTUK tahun ini, saya tidak terobsesi dengan resolusi. Masih bisa menghirup udara segar pas bangun pagi saja buat saya sudah bersyukur. Hidup harus dinikmati. Hidup harus dijalani. Resolusi tentu saja penting. Sebagai tolak ukur sekaligus pengikat biar hidup kita nggak ngelantur. Dengan catatan, resolusinya harus kita kejar. Harus kita jemput. Kalau cuma jadi hiasan. Sekedar ditulis. Sekedar dicatat. Ngapain juga percuma.

Dari daftar resolusi yang kita gaungkan di penghujung tahun 2020. Berapa persen yang terwujud di tahun 2021. Tebakan saya, paling 30% atau 40%. Sisanya menguap begitu saja. Atau masih disimpan untuk resolusi tahun berikutnya. Alias tahun ini. Kalau masih belum terwujud. Masih ada tahun depan. Tahun 2023. Resolusi yang belum menjadi kenyataan. Kembali ditulis. Kembali dicatat. Kembali digaungkan.

Resolusi-Tahun-2022-Harus-Terukur-dan-Sesuai-Kemampuan.jpg

Sampai pertengahan bulan Desember. Resolusi yang saya catat di tahun 2020 masih saya tempel di dinding kamar. Begitu masuk akhir Desember. Percisnya, setelah tetangga saya ikut sholat maghrib di kamar saya. Resolusi yang tulisannya mulai memudar dan kertasnya mulai menguning itu terpaksa saya copot. Saya sobek-sobek. Serpihan-serpihan kertasnya kemudian saya buang ke tong sampah. Saya malu. Resolusinya cuma jadi hiasan dinding.

Untuk tahun ini. Sekali lagi. Ketimbang membuat resolusi. Yang belum tentu menjadi kenyataan. Saya lebih tertarik untuk melakukan refleksi. Kenapa resolusi yang saya catat di penghujung tahun lalu tak ada satu pun yang menjadi kenyataan. Saya pun merenung. Jangan-jangan resolusi saya ketinggian. Jangan-jangan saya cuma ikut-ikutan. Dalam proses merenung itu, akhirnya saya sampai pada satu titik. Resolusi yang saya inginkan rupanya tidak sesuai dengan kemampuan.

Resolusi-Tahun-2022-Harus-Terukur-dan-Sesuai-Kemampuan.jpg

Bikin resolusi itu baik. Sangat-sangat bagus. Tapi harus terukur. Harus sesuai dengan kemampuan. Jangan mengawang-ngawang. Untuk mewujudkan resolusi tidak cukup dengan mengandalkan niat dan tekad saja. Tapi harus dibarengi dengan modal. Dengan aset. Dan juga riset. Modal di sini tentu saja uang. Asetnya berupa alat atau benda yang bisa kita gunakan. Risetnya adalah data analisis dari berbagai sumber yang bisa kita jadikan peta dan acuan dari mana kita mulai merintis.

Jika syarat-syarat di atas sudah terpenuhi. Kita akan menemukan vibrasi dan frekuensi. Hidup kita akan selaras. Hidup kita akan sejalur. Tidak mudah goyah oleh godaan. Tidak mudah runtuh oleh cercaan. Resolusi sejatinya adalah sahabat bagi orang-orang idealis dan perfeksionis. Untuk orang-orang yang pola hidupnya nggak teratur. Yang plin plan dan tidak punya pendirian. Resolusi malah akan menjadi musuh.

Setelah membaca artikel ini. Apakah teman-teman masih tertarik membuat resolusi di tahun ini? Jika masih, siapkan syarat-syaratnya. Tentukan titik kordinat dan garis start-nya. Kalau sudah, melajulah dengan penuh optimis, komitmen dan konsisten. Tapi jika ragu-ragu, dengan alasan resolusi tahun lalu masih banyak dan menumpuk. Saran saya, kerjain yang ada dulu. Kerjain yang mudah dan gampang dulu. Mumpung masih awal tahun. Tenaganya masih kuat. Energinya masih penuh.

Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url