Jangan Terlalu Mengandalkan Google Maps Kalau Nggak Mau Tersesat
JANGAN terlalu mengandalkan Google Maps. Ia hanya sebatas alat penunjuk jalan. Meski titik pencarian jelas di layar. Kebenaran atau kepastian alamat yang kita cari belum tentu 100% valid. Untuk memastikannya kita tetap harus mengandalkan manusia. Harus bertanya pada orang-orang yang kita temui di jalan. Harus manut pada pepatah lama. Malu bertanya sesat di jalan.
Selain memudahkan pencarian. Tujuan Google Maps sebenarnya baik. Kita tidak harus berinteraksi dengan manusia. Zaman sudah canggih. Serahkan segala urusan pada robot. Biarkan mesin yang bekerja. Adanya Google Maps benar-benar sangat membantu. Kita tidak bisa membayangkan seandainya tidak ada Google Maps pasti banyak ojek online yang tersesat. Banyak paket dan makanan yang tidak sampai.
Tapi secanggih-canggihnya sebuah mesin. Google Maps kerap menghadirkan kisah lucu yang membuat kita tersenyum. Juga kisah pilu yang membuat kita menangis. Kita mungkin pernah baca di media ada mobil yang tersesat di dalam hutan gara-gara mengikuti petunjuk Google Maps. Atau kita sendiri pernah mengalami. Masuk ke gunung, melewati pemakaman, hanya untuk mengantarkan barang atau menemui seseorang yang belum kita kenal gara-gara mengikuti arahan Google Maps.
Saya sendiri pernah mengalami. Waktu itu antar istri ambil barang ke salah satu tempat. Karena belum pernah ke sana. Saya dan istri terpaksa mengandalkan Google Maps. Saat di perjalanan Google Maps terus memberitahu kami lokasi alamat yang dituju plus berapa menit waktu yang dibutuhkan. Lucunya, sebelum sampai ke alamat yang dituju kita disuruh muterin dulu bukit dan area pemakaman. Udah gitu pas begitu sampai di titik pencarian Google Maps tiba-tiba ngeblank. Rumah yang kita tuju ternyata lokasinya di dalam gang.
Kemarin, istri saya ngajak COD-an lagi. Alamatnya kebetulan dekat dengan sekolahan anak saya. Setelah jemput anak sekolah kita langsung menuju ke sana dengan mengandalkan Google Maps. Sesuai perkiraan saya. Alamat yang kita tuju lokasinya bukan di jalan besar. Tapi masuk lagi ke jalan kecil yang hanya bisa dilewati sepeda motor. Karena tidak ada orang yang bisa ditanyai. Pas sudah dekat ke alamat yang dicari. Saya suruh istri untuk menelepon orangnya.
Begitu diangkat. Kita disuruh naik ke jalan yang menanjak. Katanya sedikit lagi. Dia menunggu di depan rumah. Waktu sudah sampai di atas ternyata jalan buntu. Hanya ada jalan setapak khusus orang-orang yang mau ke kebun. Di ujung jalan saya lihat banyak sekali kuburan lama yang tak terawat. Di sana kita sempat kebingungan. Beruntung orangnya keburu manggil. Rumah yang kita cari lagi-lagi di dalam gang. Tepatnya di ujung bukit dekat area pemakaman.
Berangkat dari pengalaman saya tadi. Buat teman-teman yang suka COD-an. Atau yang bekerja sebagai kurir dan ojek online. Gunakan Google Maps sebagai alat bantu. Jika alamat yang kita cari tidak ketemu sebaiknya tanya ke orang-orang yang ada di sekitar. Biar kita tidak tersesat dan tidak muter-muter. Mending kalau kita muter-muternya di daerah perkotaan yang banyak sekali penduduknya. Kalau di kampung atau di gunung yang sepi kita bisa repot dibuatnya.
Selain memudahkan pencarian. Tujuan Google Maps sebenarnya baik. Kita tidak harus berinteraksi dengan manusia. Zaman sudah canggih. Serahkan segala urusan pada robot. Biarkan mesin yang bekerja. Adanya Google Maps benar-benar sangat membantu. Kita tidak bisa membayangkan seandainya tidak ada Google Maps pasti banyak ojek online yang tersesat. Banyak paket dan makanan yang tidak sampai.
Tapi secanggih-canggihnya sebuah mesin. Google Maps kerap menghadirkan kisah lucu yang membuat kita tersenyum. Juga kisah pilu yang membuat kita menangis. Kita mungkin pernah baca di media ada mobil yang tersesat di dalam hutan gara-gara mengikuti petunjuk Google Maps. Atau kita sendiri pernah mengalami. Masuk ke gunung, melewati pemakaman, hanya untuk mengantarkan barang atau menemui seseorang yang belum kita kenal gara-gara mengikuti arahan Google Maps.
Saya sendiri pernah mengalami. Waktu itu antar istri ambil barang ke salah satu tempat. Karena belum pernah ke sana. Saya dan istri terpaksa mengandalkan Google Maps. Saat di perjalanan Google Maps terus memberitahu kami lokasi alamat yang dituju plus berapa menit waktu yang dibutuhkan. Lucunya, sebelum sampai ke alamat yang dituju kita disuruh muterin dulu bukit dan area pemakaman. Udah gitu pas begitu sampai di titik pencarian Google Maps tiba-tiba ngeblank. Rumah yang kita tuju ternyata lokasinya di dalam gang.
Kemarin, istri saya ngajak COD-an lagi. Alamatnya kebetulan dekat dengan sekolahan anak saya. Setelah jemput anak sekolah kita langsung menuju ke sana dengan mengandalkan Google Maps. Sesuai perkiraan saya. Alamat yang kita tuju lokasinya bukan di jalan besar. Tapi masuk lagi ke jalan kecil yang hanya bisa dilewati sepeda motor. Karena tidak ada orang yang bisa ditanyai. Pas sudah dekat ke alamat yang dicari. Saya suruh istri untuk menelepon orangnya.
Begitu diangkat. Kita disuruh naik ke jalan yang menanjak. Katanya sedikit lagi. Dia menunggu di depan rumah. Waktu sudah sampai di atas ternyata jalan buntu. Hanya ada jalan setapak khusus orang-orang yang mau ke kebun. Di ujung jalan saya lihat banyak sekali kuburan lama yang tak terawat. Di sana kita sempat kebingungan. Beruntung orangnya keburu manggil. Rumah yang kita cari lagi-lagi di dalam gang. Tepatnya di ujung bukit dekat area pemakaman.
Berangkat dari pengalaman saya tadi. Buat teman-teman yang suka COD-an. Atau yang bekerja sebagai kurir dan ojek online. Gunakan Google Maps sebagai alat bantu. Jika alamat yang kita cari tidak ketemu sebaiknya tanya ke orang-orang yang ada di sekitar. Biar kita tidak tersesat dan tidak muter-muter. Mending kalau kita muter-muternya di daerah perkotaan yang banyak sekali penduduknya. Kalau di kampung atau di gunung yang sepi kita bisa repot dibuatnya.