Belajar dari Kesuksesan Atlet Badminton Indonesia

SEBAGAI penggemar sepakbola. Yang saya tunggu-tunggu tentu saja kompetisi Liga Indonesia segera bergulir. Tapi sampai artikel ini saya posting belum ada tanda-tanda kapan kick off akan dimulai. Meski banyak pihak yang menyarankan kompetisi sebaiknya digelar sebagai sarana hiburan masyarakat agar imunnya meningkat. PSSI sepertinya belum berani mengambil keputusan.

Beruntung kita masih bisa menyaksikan pertandingan Piala Eropa yang kemarin kita sudah tahu siapa yang berhasil menjadi juaranya. Dengan menonton Piala Eropa setidaknya kita ada selingan sebagai hiburan. Beruntung juga setelah gelaran Piala Eropa kita disuguhi Olimpiade Tokyo. Kita bisa menyaksikan atlet-atlet kebanggaan kita bertanding memperebutkan medali.

Belajar-Dari-Kesuksesan-Altlet-Badminton-Indonesia.jpg

Salah satu cabang olahraga unggulan kita adalah badminton. Lewat olahraga yang satu ini atlet-atlet bulutangkis kita banyak yang berhasil mengukir sejarah. Kalau harus menyebut nama ada Alan Budikusuma, Susi Susanti, Ricky Subagja, Rexy Mainaky, Taufik Hidayat, Candra Wijaya dan Tony Gunawan. Seperti yang kita tahu, di Olimpiade Tokyo pun pasangan ganda putri dan pemain tunggal berhasil mencatatkan sejarah. Greysia polii dan Apriyani Rahayu berhasil meraih medali emas. Anthony Ginting berhasil meraih medali perunggu.

Saya termasuk yang menjadi saksi bagaimana perjuangan mereka di lapangan. Dari perjuangan mereka saya bisa mengambil pelajaran. Bahwa untuk sukses kita tidak bisa mendapatkannya secara instan. Sukses itu hasil dari sebuah proses dan kerja keras yang kita lakukan secara terus menerus tanpa kenal lelah. Untuk mencapai ke sana ada begitu banyak waktu, tenaga, dan materi yang harus kita korbankan.

Belajar-Dari-Kesuksesan-Altlet-Badminton-Indonesia.jpg

Ketika mereka mendapatkan sebuah penghargaan. Kita tidak boleh iri dengan pencapaian mereka. Keberhasilan mereka diajang bergengsi sekelas Olimpiade justru harus dijadikan cambuk dan pelecut untuk kita semakin semangat menjalani hidup. Profesi atau bidang apa pun yang kita kuasai harus kita cintai dan tekuni sepenuh hati. Kalau kita mencintai profesi atau pekerjaan kita. Profesi atau pekerjaan kita niscaya suatu saat akan memberi kita sebuah penghargaan.

Jika terkendala dengan modal, jarak, dan fasilitas. Kendala-kendala tersebut sebaiknya jangan dijadikan alasan untuk kita menyerah dan putus asa. Hukum alamnya memang seperti itu. Kalau kita mau sukses kita harus berdarah-darah dulu. Harus habis-habisan dulu. Tidak ada dalam kamus orang yang sukses bisa mendapatkannya dengan cara mudah. Coba cek kisah orang-orang yang sukses dan berhasil dari dulu sampai sekarang. Perjalanan hidupnya pasti penuh onak dan duri.

Balik lagi ke masalah sepakbola. Saya benar-benar iri dengan olahraga badminton. Dalam suasana pandemi kita masih bisa menunjukan kepada dunia bahwa kita bisa menjadi yang terbaik. Sementara olahraga sepakbola. Jangankan berbicara di level dunia. Di level asia pun kita masih tertatih-tatih. Belum masalah kompetisi yang sampai sekarang belum jelas kapan dimulai. Kalau boleh jujur, dibandingkan dengan badminton, sepakbola kita lebih banyak dramanya ketimbang prestasinya.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url