Sesuai Prediksi Saya, Italia Tampil Sebagai Juara Piala Eropa 2020
PIALA Eropa 2020 sudah berakhir. Tadinya saya berharap Belanda yang akan menjadi juara. Dari dulu saya adalah fans berat de orange. Tapi memang harus saya akui era keemasan timnas Belanda sudah lewat. Pada saat Van Versie, Arjen Robben, Wesley Sneijder, Dirk Kyut masih bermain. Harusnya timnas Belanda bisa menyabet sebuah gelar entah itu Piala Dunia atau Piala Eropa. Sayang, nasib baik tidak berpihak pada mereka.
Kegagalan timnas Belanda di Piala Eropa tahun 2020 tidak membuat saya kaget. Apalagi tim-tim hebat lainnya seperti Perancis, Jerman, Portugal, ikut berguguran. Piala Eropa 2020 benar-benar tidak bisa diprediksi. Semua tim merata. Hanya yang konsisten dan beruntunglah yang bisa melanjutkan pertandingan ke babak selanjutnya. Contoh pada saat Semi Final tiba-tiba Denmark muncul menjadi salah satu kontestan.
Yang menarik perhatian justru Italia. Dengan membawa muka baru mereka langsung menggebrak di awal. Di situ saya mulai ada feelling bahwa Italia akan berbicara banyak pada Piala Eropa tahun ini. Tapi fokus saya kemudian beralih ke Timnas Inggris. Tidak seperti biasanya Timnas inggris bermain seperti ini. Apakah mereka sedang memasuki golden age? Atau mereka ketiban rezeki akibat pandemi?
Bagaimana dengan Ronaldo. Aksi-aksi Ronaldo hanya muncul sesaat. Begitu Portugal terhenti nama Ronaldo bak hilang ditelan bumi. Nama yang muncul justru Kylian Mbappe. Itu juga bukan karena gocekannya yang khas. Tapi karena tendangan pinaltinya yang berhasil diblok. Kylian Mbappe dianggap sebagai biang kerok kegagalan Perancis melaju ke babak selanjutnya. Pada ajang Piala Eropa 2020 Ronaldo dan Mbappe muncul sebagai seorang pesakitan.
Piala Eropa 2020, sekali lagi, sudah berakhir. Sesuai prediksi saya, Italia tampil sebagai juara. Timnas Inggris harus kembali merajut mimpi lagi dari nol. Piala Eropa mungkin dilahirkan khusus untuk tim-tim yang memiliki sejarah panjang. Bukan untuk tim-tim kejutan yang datang hanya untuk meramaikan. Tim-tim yang selama ini diunggulkan namun belum beruntung harus segera bangkit dan kembali menyusun proyek jangka panjang.
Dalam situasi pandemi seperti ini. Sebenarnya saya malas untuk membahas sepakbola. Kondisinya sudah nggak seperti dulu lagi. Euforia masyarakat dalam menyambut Piala Eropa nggak seheboh dulu. Selama Piala Eropa berlangsung saya tidak pernah melihat masyarakat menempel jadwal pertandingan di pos kamling. Nggak ada acara nonton bareng. Karena situasinya memang tidak memungkinkan.
Kalau boleh jujur, Piala Eropa 2020 tahun ini. Sekalipun saya belum menontonnya secara langsung. Hasil-hasil pertandingan yang saya dapat semuanya saya tonton dari Youtube. Pandemi, Youtube, faktor usia, mungkin menjadi alasan saya malas untuk begadang tengah malam. Kalau siaran langsungnya jam 9 malam mungkin saya masih menyempatkan waktu untuk menontonnya. Kalau jam 11 malam ke atas mata ini udah nggak bisa lagi diajak melek.
Kegagalan timnas Belanda di Piala Eropa tahun 2020 tidak membuat saya kaget. Apalagi tim-tim hebat lainnya seperti Perancis, Jerman, Portugal, ikut berguguran. Piala Eropa 2020 benar-benar tidak bisa diprediksi. Semua tim merata. Hanya yang konsisten dan beruntunglah yang bisa melanjutkan pertandingan ke babak selanjutnya. Contoh pada saat Semi Final tiba-tiba Denmark muncul menjadi salah satu kontestan.
Yang menarik perhatian justru Italia. Dengan membawa muka baru mereka langsung menggebrak di awal. Di situ saya mulai ada feelling bahwa Italia akan berbicara banyak pada Piala Eropa tahun ini. Tapi fokus saya kemudian beralih ke Timnas Inggris. Tidak seperti biasanya Timnas inggris bermain seperti ini. Apakah mereka sedang memasuki golden age? Atau mereka ketiban rezeki akibat pandemi?
Bagaimana dengan Ronaldo. Aksi-aksi Ronaldo hanya muncul sesaat. Begitu Portugal terhenti nama Ronaldo bak hilang ditelan bumi. Nama yang muncul justru Kylian Mbappe. Itu juga bukan karena gocekannya yang khas. Tapi karena tendangan pinaltinya yang berhasil diblok. Kylian Mbappe dianggap sebagai biang kerok kegagalan Perancis melaju ke babak selanjutnya. Pada ajang Piala Eropa 2020 Ronaldo dan Mbappe muncul sebagai seorang pesakitan.
Piala Eropa 2020, sekali lagi, sudah berakhir. Sesuai prediksi saya, Italia tampil sebagai juara. Timnas Inggris harus kembali merajut mimpi lagi dari nol. Piala Eropa mungkin dilahirkan khusus untuk tim-tim yang memiliki sejarah panjang. Bukan untuk tim-tim kejutan yang datang hanya untuk meramaikan. Tim-tim yang selama ini diunggulkan namun belum beruntung harus segera bangkit dan kembali menyusun proyek jangka panjang.
Dalam situasi pandemi seperti ini. Sebenarnya saya malas untuk membahas sepakbola. Kondisinya sudah nggak seperti dulu lagi. Euforia masyarakat dalam menyambut Piala Eropa nggak seheboh dulu. Selama Piala Eropa berlangsung saya tidak pernah melihat masyarakat menempel jadwal pertandingan di pos kamling. Nggak ada acara nonton bareng. Karena situasinya memang tidak memungkinkan.
Kalau boleh jujur, Piala Eropa 2020 tahun ini. Sekalipun saya belum menontonnya secara langsung. Hasil-hasil pertandingan yang saya dapat semuanya saya tonton dari Youtube. Pandemi, Youtube, faktor usia, mungkin menjadi alasan saya malas untuk begadang tengah malam. Kalau siaran langsungnya jam 9 malam mungkin saya masih menyempatkan waktu untuk menontonnya. Kalau jam 11 malam ke atas mata ini udah nggak bisa lagi diajak melek.