Gara-Gara Medsos Saya Jadi Malas Membaca Buku Lagi

Gara-Gara-Medsos-Saya-Jadi-Malas-Membaca-Buku-Lagi.jpg
SAYA
ingin sekali membaca buku. Saya rindu masa-masa di mana saya bisa begitu mesra dengan buku. Tapi, sejak saya mengenal bisnis online, saya jadi tidak punya waktu untuk membaca buku. Fokus saya sekarang sudah beralih. Dari yang tadinya kuat berjam-jam membaca buku. Sekarang jadi kuat duduk berjam-jam di depan laptop.

Buku itu jendela dunia. Dari buku yang kita baca kita jadi tahu tentang sesuatu. Tahu tentang sejarah para pahlawan. Tahu tentang flora dan fauna yang ada di Nusantara. Tahu tentang adat istiadat, agama dan budaya setiap bangsa. Tahu tentang ilmu kimia, fisika, biologi, matematika. Tahu tentang cerpen, puisi, novel. Tahu tentang script, kode html, edit foto, dan tehnik-tehnik lainnya.

Buku yang saya koleksi lumayan banyak. Jika dipajang di kamar dijejerin di dalam rak khusus biar bisa dilihat orang rasanya cukuplah. Tapi saya tidak punya rak. Tidak sempat dan belum kefikiran membeli rak. Buku-buku itu sebagian saya simpan di dalam lemari. Sebagian lagi saya simpan di atas meja kerja. Meja yang saya beli dari hasil jualan online itu lumayan cukup luas. Bisa untuk menyimpan laptop, printer, speaker aktif dan tentu saja buku.

Gara-Gara-Medsos-Saya-Jadi-Malas-Membaca-Buku-Lagi.jpg

Di bulan puasa ini. Harusnya saya bisa menyempatkan waktu untuk membaca buku. Ada beberapa kesempatan yang bisa digunakan untuk membaca buku minimal beberapa halaman. Pertama, setelah adzan dzuhur dari jam 1 siang sampai jam 2 siang. Kedua, menjelang buka puasa dari jam 5 sore sampai adzan maghrib tiba. Tapi alih-alih membaca buku, lagi-lagi, saya lebih tergoda untuk nyalain laptop. Berselancar di dunia maya. Baca-baca informasi yang tersebar di media sosial maupun media elektronik.

Situasi seperti ini, di mana perkembangan teknologi begitu pesat, ditambah dominasi media sosial semacam youtube, facebook, instagram dan aplikasi tiktok yang akhir-akhir ini cukup agresif dan signifikan. Tentu tidak bisa dipungkiri sangat berpengaruh terhadap budaya masyarakat. Sebelum ada medsos pun minat baca masyarakat kita sudah berkurang. Apalagi sekarang ketika semua informasi bisa kita dapatkan dalam genggaman. Membeli dan membaca buku sudah dianggap sebagai aktivitas yang sangat usang.

Kendati demikian. Saya merasa bersyukur pernah berada dalam satu masa di mana buku menjadi bacaan sehari-hari. Saya pernah berada dalam suatu kurun di mana saya bisa keluar masuk perpustakaan. Membaca buku langsung di tempat atau menyewanya untuk dibawa pulang ke rumah. Meski status saya saat itu bukan sebagai pelajar atau mahasiswa melainkan pengangguran alias tidak punya pekerjaan.

Aktivitas online yang saya lakukan idealnya bisa berjalan beriringan dengan aktivitas membaca buku. Tapi, itu tadi, saya termasuk ke dalam masyarakat yang terbawa arus gelombang. Saya sebenarnya sudah berusaha untuk mengelak. Tapi ternyata tidak bisa menghindar. Di samping itu, buku-buku terbaru yang saya beli lewat online. Yang sampulnya mengandung clickbait sementara isinya jauh dari memuaskan. Secara tidak langsung membuat fikiran saya terdistorsi, otak saya terdistraksi, sehingga membuat saya malas untuk membaca buku lagi.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url