Liburan Ke Pangandaran Kali ini Benar-Benar Family Time
AKHIRNYA kita bisa mantai lagi. Alhamdulillah. Anak saya kelihatan gembira banget. Keinginannya berenang di pantai sepuasnya (meski anak saya tak ada puas-puasnya) akhirnya tertunaikan. Sebagai orang tua, saya dan istri, ikut merasa senang. Liburan ke Pangandaran kali ini, benar-benar family time. Kita ke pantai berangkat bertiga. Naik motor. Saudara nggak ikut. Mertua nggak ikut.
Tak ada lagi rona kedukaan dan kesedihan di wajah kita. Kejadiannya sudah lama soalnya. Sudah hampir 2 tahun. Keluarga dari mertua sudah move on. Uwa istri sudah tegar menerima kenyataan. Beliau sudah bekerja, bercanda, dan tertawa lagi seperti biasa. Uwa istri sudah nggak melarang lagi anaknya, cucunya, pergi berwisata ke pantai.
Gimana nggak sedih. Gimana nggak ngelarang. Uwa suami pergi (jadi korban kecelakaan tabrak lari) pas bulan suci Ramadhan di mana setiap Lebaran kita suka pergi ke pantai. Uwa istri meninggal setelah dirawat 3 hari di rumah sakit Pandega Pangandaran. Untuk menjaga dan menghargai perasaan Uwa Istri, tradisi pergi ke pantai setiap lebaran pun kita pending selama 2 tahun. Selama 2 tahun itu kita berlebarannya di rumah saja, nggak ke mana-mana.
Berangkat dari rumah mertua jam 9 pagi. Sampai di pantai Pangandaran jam 10 lebih. Begitu sampai di pinggir pantai kita langsung cari kursi dan meja yang kosong. Sebelum berenang kita isi perut dulu. Makan dulu. Kebetulan kita bawa bekal dari rumah. Masakan mertua terdiri dari nasi, gulai ayam, sambal terasi, jengkol mentah, dan kerupuk merah. Kita santap dengan lahap di pinggir pantai.
Sambil menunggu adzan dzuhur. Selesai makan kita jalan-jalan dulu ke pantai timur. Lihat wisatawan naik banana boat dan jet ski. Foto-foto di jembatan kayu yang menjorok ke tengah laut. Melihat aktifitas nelayan. Ada yang menarik jala ikan dari tengah laut. Ada yang sibuk memilih dan memilah udang kecil hasil tangkapan mereka. Ada juga wisatawan seperti kita yang santai menikmati pemandangan yang tersaji di pantai timur.
Kembali ke pantai barat. Kita sempat kebingungan nyari masjid buat sholat dzuhur. Padahal suara adzan dan iqomat terdengar sangat jelas. Saking bingungnya kita sampai bolak balik ke sana kemari nyari sumber suara. Ternyata suara adzan dan iqomat berasal dari masjid Baiturrahman tepat di mana kita memarkirkan sepeda motor. Masjid Baiturrahman lokasinya di dalam gang dekat Cagar Alam.
Habis sholat dzuhur kita langsung bergegas ke pantai barat untuk berenang. Berenang di pantai barat enaknya pagi-pagi. Tapi karena kita baru sampai jam 10 lebih. Berenangnya terpaksa siang-siang. Dari jam 12:30 sampai jam 13:30. Kita berenang di dekat Cagar Alam antara pos 1 dan pos 3. Sudah kenyang berenang. Kita tidak buru-buru pulang. Kita menyempatkan dulu untuk singgah di pantai Batu Hiu. Pantai Batu Hiu pemandangannya masih sama kayak 2 tahun yang lalu. Indah, bikin hati selalu kangen dan rindu.
Tak ada lagi rona kedukaan dan kesedihan di wajah kita. Kejadiannya sudah lama soalnya. Sudah hampir 2 tahun. Keluarga dari mertua sudah move on. Uwa istri sudah tegar menerima kenyataan. Beliau sudah bekerja, bercanda, dan tertawa lagi seperti biasa. Uwa istri sudah nggak melarang lagi anaknya, cucunya, pergi berwisata ke pantai.
Gimana nggak sedih. Gimana nggak ngelarang. Uwa suami pergi (jadi korban kecelakaan tabrak lari) pas bulan suci Ramadhan di mana setiap Lebaran kita suka pergi ke pantai. Uwa istri meninggal setelah dirawat 3 hari di rumah sakit Pandega Pangandaran. Untuk menjaga dan menghargai perasaan Uwa Istri, tradisi pergi ke pantai setiap lebaran pun kita pending selama 2 tahun. Selama 2 tahun itu kita berlebarannya di rumah saja, nggak ke mana-mana.
Berangkat dari rumah mertua jam 9 pagi. Sampai di pantai Pangandaran jam 10 lebih. Begitu sampai di pinggir pantai kita langsung cari kursi dan meja yang kosong. Sebelum berenang kita isi perut dulu. Makan dulu. Kebetulan kita bawa bekal dari rumah. Masakan mertua terdiri dari nasi, gulai ayam, sambal terasi, jengkol mentah, dan kerupuk merah. Kita santap dengan lahap di pinggir pantai.
Sambil menunggu adzan dzuhur. Selesai makan kita jalan-jalan dulu ke pantai timur. Lihat wisatawan naik banana boat dan jet ski. Foto-foto di jembatan kayu yang menjorok ke tengah laut. Melihat aktifitas nelayan. Ada yang menarik jala ikan dari tengah laut. Ada yang sibuk memilih dan memilah udang kecil hasil tangkapan mereka. Ada juga wisatawan seperti kita yang santai menikmati pemandangan yang tersaji di pantai timur.
Kembali ke pantai barat. Kita sempat kebingungan nyari masjid buat sholat dzuhur. Padahal suara adzan dan iqomat terdengar sangat jelas. Saking bingungnya kita sampai bolak balik ke sana kemari nyari sumber suara. Ternyata suara adzan dan iqomat berasal dari masjid Baiturrahman tepat di mana kita memarkirkan sepeda motor. Masjid Baiturrahman lokasinya di dalam gang dekat Cagar Alam.
Habis sholat dzuhur kita langsung bergegas ke pantai barat untuk berenang. Berenang di pantai barat enaknya pagi-pagi. Tapi karena kita baru sampai jam 10 lebih. Berenangnya terpaksa siang-siang. Dari jam 12:30 sampai jam 13:30. Kita berenang di dekat Cagar Alam antara pos 1 dan pos 3. Sudah kenyang berenang. Kita tidak buru-buru pulang. Kita menyempatkan dulu untuk singgah di pantai Batu Hiu. Pantai Batu Hiu pemandangannya masih sama kayak 2 tahun yang lalu. Indah, bikin hati selalu kangen dan rindu.